Menyusuri Jejak Anak Krakatau
Gunung Krakatau yang dalam ejaan Inggrisnya: Krakatoa atau dalam ejaan lokal: Rakata pernah meletus pada 26 -- 27 Agustus 1883 yang termasuk letusan dahsyat sepanjang sejarah umat manusia. Betapa tidak kala itu sepertiga bagian bumi seakan 'mati' karena tertutup oleh awan hitam hasil erupsinya. Nyaris hampir 36 ribu jiwa menjadi korban. Pada awa ltahun 1927 mulai muncul puncak baru yang disebut dengan Anak Krakatau di pusat kaldera yang meletus pada 1883. Saya diberi kesempatan menyusuri jejak gunung yang terletak di Selat Sunda yang masuk Provinsi Lampung.
Perjalanan saya mulai dari Jakarta, tepatnya Slipi bersama rombongan sekitar pukul 20.00 hari Jumat. Kami menyewa bus sampai Merak kemudian menyebrang Selat Sunda dengan menggunakan Kapal Ferry milik ASDP. Perjalanan terasa lama karena kami harus menunggu antrian kapal yang ketika telah sampai pelabuhan Bakauheni waktu menunjukkan pukul 04.45. Sesampai di Bakauheni, lanjut menggunakan angkot sewaan menuju Dermaga Canti Kalianda dan ketika sampai waktu menunjukkan pukul 07.00. Kami pun beristirahat sejenak melepas lelah perjalanan. Pukul 09.00 kami lanjut menyebrang selat kecil menuju Pulau Sebesi menggunakan kapal motor tempel ala nelayan lokal sekitar 2 jam hingga waktu menunjukkan pukul 11.00.
[/spoiler]
Gunung Krakatau yang dalam ejaan Inggrisnya: Krakatoa atau dalam ejaan lokal: Rakata pernah meletus pada 26 -- 27 Agustus 1883 yang termasuk letusan dahsyat sepanjang sejarah umat manusia. Betapa tidak kala itu sepertiga bagian bumi seakan 'mati' karena tertutup oleh awan hitam hasil erupsinya. Nyaris hampir 36 ribu jiwa menjadi korban. Pada awa ltahun 1927 mulai muncul puncak baru yang disebut dengan Anak Krakatau di pusat kaldera yang meletus pada 1883. Saya diberi kesempatan menyusuri jejak gunung yang terletak di Selat Sunda yang masuk Provinsi Lampung.
Perjalanan saya mulai dari Jakarta, tepatnya Slipi bersama rombongan sekitar pukul 20.00 hari Jumat. Kami menyewa bus sampai Merak kemudian menyebrang Selat Sunda dengan menggunakan Kapal Ferry milik ASDP. Perjalanan terasa lama karena kami harus menunggu antrian kapal yang ketika telah sampai pelabuhan Bakauheni waktu menunjukkan pukul 04.45. Sesampai di Bakauheni, lanjut menggunakan angkot sewaan menuju Dermaga Canti Kalianda dan ketika sampai waktu menunjukkan pukul 07.00. Kami pun beristirahat sejenak melepas lelah perjalanan. Pukul 09.00 kami lanjut menyebrang selat kecil menuju Pulau Sebesi menggunakan kapal motor tempel ala nelayan lokal sekitar 2 jam hingga waktu menunjukkan pukul 11.00.
[/spoiler]
Spoiler for open this: