Faktor dan Efek Poligami Bagi Anak
http://2.bp.blogspot.com/_JL8DZQJk8H...0/poligami.jpg
Poligami sebagai fenomena sosial tidak hanya terjadi di Indonesia. Dalam sebuah penelitian komprehensif yang dilakukan oleh Elbedour dkk (2002-2007) menyebutkan bahwa poligami terjadi juga di 850 masyarakat di seluruh dunia, mayoritas dipraktekkan di etnis Non-Western dan dalam agama tertentu. Pernikahan poligami terbanyak terjadi di Afrika dan Timur Tengah.
Poligami dianggap sebagai perkawinan yang sah di antaranya di Aljazair, Chad, Ghana, Benin, Kongo, Gabon, Togo, Tanzania, Arab Saudi, dan Israel.
Bahkan, poligami mencapai angka 20-50% dari total jumlah perkawinan yang ada di Afrika. Adapun di Kuwait jumlah populasi poligami mencapai 13% dari semua pernikahan yang ada.
Faktor pernikahan poligami:
Poligami dianggap sebagai perkawinan yang sah di antaranya di Aljazair, Chad, Ghana, Benin, Kongo, Gabon, Togo, Tanzania, Arab Saudi, dan Israel.
Bahkan, poligami mencapai angka 20-50% dari total jumlah perkawinan yang ada di Afrika. Adapun di Kuwait jumlah populasi poligami mencapai 13% dari semua pernikahan yang ada.
Faktor pernikahan poligami:
- Dalam budaya Arab Badui dan Israel pernikahan poligami berbentuk “exchange marriage (pernikahan pertukaran)”, yaitu di mana 2 pria bertukar adik atau kakaknya untuk dinikahi. Misal A punya adik B, dan C punya adik D. Maka A menikahi D dan C menikahi B. Jika salah satu dari pria itu kemudian memiliki istri kedua maka pria satunya pun merasa harus memiliki istri lagi.
- Ada juga alasan demografis untuk poligami, yaitu keinginan untuk meningkatkan jumlah anak, di mana tingkat kematian anak di suatu daerah tergolong tinggi dan di mana ada lebih banyak wanita daripada pria usia kawin.
- Di banyak daerah, poligami dipandang sebagai cara untuk menjamin keamanan sosial ekonomi keluarga dan stabilitas, yaitu kemampuan untuk memberikan keamanan bagi orang tua di usia tua. Semakin tinggi jumlah anak-anak, lebih ekonomis lagi orang tua di masa tua.
- Dari faktor agama, poligami juga terjadi di hampir semua agama. Hanya saja umumnya pemeluk agama Islam lebih banyak mempraktekkan Poligami dibanding yang lain. Di Nigeria bahkan 98% poligami adalah Muslim. Dalam penelitian yang lain, persentase pernikahan poligami di dunia adalah: Muslim 43%, Katolik 25%, Protestan 24%, dan yang tidak ada afiliasi keagamaan 39%.
- Dari faktor lingkungan, sekira 25% wanita yang dinikahi untuk poligami tinggal di daerah perkotaan, dan sekira 32% tinggal di masyarakat pedesaan.
- Dari faktor pendidikan, di Afrika misalnya umumnya poligami dipraktekkan oleh masyarakat yang berpendidikan rendah. Bahkan, mayoritas wanita yang dipoligami adalah yang tidak memiliki pendidikan formal.
- Penelitian yang dilakukan oleh banyak peneliti menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga poligami lebih banyak mengalami dampak dari akibat konflik perkawinan dibanding yang monogami, seperti kekerasan dalam keluarga dan kenakalan anak.
- Perselisihan memiliki efek langsung pada status kesehatan mental anak-anak. Dalam sebuah studi pada anak usia 8 sampai 18, perilaku anak yang tidak dapat dikendalikan 11%-nya dipengaruhi oleh konflik perkawinan dan tidak efektifnya peran orangtua akibat poligami.
- Gangguan perkembangan anak-anak yang diakibatkan oleh perkawinan poligami adalah sebagai berikut: miskin kompetensi sosial, stress, miskin prestasi sekolah, serta kenakalan dan brutalitas.
- Konflik perkawinan poligami juga cenderung mengganggu efektivitas orangtua dalam keterlibatan mendidik anak. Anak-anak yang mengalami konflik perkawinan yang intens cenderung menggunakan perilaku agresif yang berlebihan sebagai sarana pemecahan masalah, menunjukkan pola bermusuhan dalam berinteraksi dengan teman, dan dapat dipaksa untuk melawan orang tua yang lain (yang bukan ibu kandungnya).
Quote:
Disarikan dari hasil penelitian:
Salman Elbedour, Anthony J. Onwuegbuzie, Corin Caridine, and Hasan Abu-Saad (2002, 2005, dan 2007). “The Effect of Polygamous Marital Structure on Behavioral, Emotional, and Academic Adjustment in Children:A Comprehensive Review of the Literature“, dipublikasikan dalam Jurnal Clinical Child and Family Psychology Review, Vol. 5, No. 4.
Lantas, kalau sudah begini, apakah masih harus ada keinginan untuk poligami? |
Salman Elbedour, Anthony J. Onwuegbuzie, Corin Caridine, and Hasan Abu-Saad (2002, 2005, dan 2007). “The Effect of Polygamous Marital Structure on Behavioral, Emotional, and Academic Adjustment in Children:A Comprehensive Review of the Literature“, dipublikasikan dalam Jurnal Clinical Child and Family Psychology Review, Vol. 5, No. 4.
26th June 2011 07:04 AM
DreamWorld#2
yg jelas berpengaruh pada dampak psikologis anak pada saat tumbuh besar nantinya :ide:
26th June 2011 09:18 AM
meR#3
sebenarnya poligami sih biasa aja, dan ga begitu berpengaruh sejauh orang tuanya mendidik yang benar ke anak2nya...... bahkan dalam monogami sekalipun kalo orangtuanya selalu ribut akan membawa pengaruh pada si anak kan??? .....
saya punya sodara yang poligami, anak2nya baik2 aja tu,,,,,, malah si anak punya 2 ibu buat mengadu....... (anak2nya menyebut ibu2nya dengan ibu tua dan ibu muda)
saya punya sodara yang poligami, anak2nya baik2 aja tu,,,,,, malah si anak punya 2 ibu buat mengadu....... (anak2nya menyebut ibu2nya dengan ibu tua dan ibu muda)
26th June 2011 01:27 PM
echizen#4
ane belom kawin ndan, mudah mudahan jangan sampe ane poligami :gg:
26th June 2011 08:20 PM
vals#5
Quote:
jika tidak perselisihan pasti akan terjadi seperti keluarga dr sdranya miss, dimana mereka dapat saling berbagi dan merasa nyaman di menjadi bagian dr keluarga.
jika tidak perselisihan pasti akan terjadi seperti keluarga dr sdranya miss, dimana mereka dapat saling berbagi dan merasa nyaman di menjadi bagian dr keluarga.
26th June 2011 08:35 PM
NeroLanz#6
26th June 2011 11:38 PM
meR#7
Quote:
kalo udah terjadi perselisihan maka ga perlu harus poligami sehingga mental anak2 rusak...... jadi tidak relevan kalo kerusakan mental akibat poligami.... yang benar kerusakan mental karena orang tua saling ribut dan bertengkar
27th June 2011 05:45 AM
hexxer#8
Quote:
nah bener ndan... ini yang lebih tepat...
klo mao bikin aja statistik lebih banyak mana keluarga yg ancur, kawin cerai, anak amburadul tuh dari keluarga poligami ato monogami.. jangan2 poligami malah jadi solusi alternatif untuk mengatasi semua, karena dalam poligami peran orang tua lebih banyak dalam memantau perkembangan anak. Ini klo poligaminya bener2 diterima oleh wanita loh, tapi banyak juga yang egois gak mau berbagi :D
klo mao bikin aja statistik lebih banyak mana keluarga yg ancur, kawin cerai, anak amburadul tuh dari keluarga poligami ato monogami.. jangan2 poligami malah jadi solusi alternatif untuk mengatasi semua, karena dalam poligami peran orang tua lebih banyak dalam memantau perkembangan anak. Ini klo poligaminya bener2 diterima oleh wanita loh, tapi banyak juga yang egois gak mau berbagi :D
27th June 2011 09:00 AM
ChandraDewi#9
Quote:
ibu tua = mbok tuwo.
ibu muda = mbok enom.
hihihi...
kalo poligami tu buat yg mampu secara ekonomi, kalo yg secara ekonomi ga mampu ya TTM aja...
ibu tua = mbok tuwo.
ibu muda = mbok enom.
hihihi...
kalo poligami tu buat yg mampu secara ekonomi, kalo yg secara ekonomi ga mampu ya TTM aja...
27th June 2011 09:19 AM
meR#10
Quote:
mending poligami di banding TTM kalo di liat dari kacamata wanita......
poligami menuntut tanggung jawab pihak pria,
sedangkan TTM dilakukan oleh pria ga pertanggung jawab..... umumnya cuma mau nyari gratisan ........
kalo secara ekonomi ga mampu lebih baik pake yang ada ajalah, ga usah maksain diri...... semua yang dipaksakan hasilnya selalu kehancuran, bayangin aja kalo "senjata" di paksa nembak terus, bisa "ngilu" tuh :D:D:D
poligami menuntut tanggung jawab pihak pria,
sedangkan TTM dilakukan oleh pria ga pertanggung jawab..... umumnya cuma mau nyari gratisan ........
kalo secara ekonomi ga mampu lebih baik pake yang ada ajalah, ga usah maksain diri...... semua yang dipaksakan hasilnya selalu kehancuran, bayangin aja kalo "senjata" di paksa nembak terus, bisa "ngilu" tuh :D:D:D
Halaman 1 dari 4 | 1 | 2 | > | Terakhir » |