for
1:
http://cdn-u.kaskus.co.id/71/zokvpxmr.jpg
Dibelakang barisan sesepuh dan pembawa sesaji, delapan anak berambut gimbal didampingi oleh orang tua masing-masing naik kendaraan odong-odong. Kemudian dibelakangnya diikuti puluhan kesenian tradisional diantaranya reog, tari wayang orang, kuda kepang, tek-tek bambu, barongsai, dolalak hingga marcing band.Sepanjang perjalanan menyusuri kampung terus menari, sementara ribuan wisatawan lokal dan luar negeri mengiringi sepanjang perjalanan.
Setelah keliling kampung, barusan prosesi ritual ini kemudian menuju Sumur Maerokoco yang terletak di Goa Gangsiran Aswatama. Diyakini sumur ini merupakan sumur yang mengalirkan air suci dan mampu menolah balak. Sampai di pinggir sumur, para sesepuh melakukan ritual kemudian dilanjutkan pengambilan air suci, setelah itu air yang telah diambil dibasuhkan pada rambut serta wajah bocah berambut gimbal secara bergiliran.
� Sumur Maerokoco ini merupakan sumber air tua di Dieng, sebagai langkah sebelum anak gembel dipotong rambutnya. Harus dibasuhkan dulu supaya tidak terjadi sesuai yang tidak diinginkan,� ujar Mbah Naryono.
Setelah semua anak gimbal selesai dibasuh wajah dan rambutnya, bersama rombongan anak gimbal dibawa ke depan Komplek Candi Arjuna. Di sana deretan sesaji serta barang dan makanan yang menjadi permintaan anak gimbal diletakkan secara berderetan. Barang dan makanan permintaan para anak gimbal ini terbilang unik, diantaranya ada yang meminta kambing, tempe kemul 100 biji, sepeda warna merah jambu, ayam, tempe mentah 500 biji, sepasang marmut, boneka warna pink, sepasang anting-anting hingga telur 500 biji. Kendati begitu, permintaan anak ini harus dipenuhi sebelum rambutnya di potong. Diyakini apabila tidak dipenuhi, sang anak bisa sakit dan rambut gimbalnya tumbuh kembali.