TEMPO Interaktif, Semarang - Ketua Dewan Pertimbangan Nasional Demokrat (Nasdem), Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan semboyan negara Indonesia Bhineka Tunggal Ika yang dulu menjadi spirit bangsa untuk bersatu, kini telah berubah drastis.
"Bhineka Tunggal Ika saat ini hanya jadi simbol negara. Tak mampu menjadi penggerak untuk kemajuan dan perbaikan bangsa," kata Sri Sultan dalam pidato deklarasi Nasdem Jawa Tengah, di Gelanggang Olah Raga Jatidiri, Semarang, Minggu 23 Januari 2011.
Seharusnya, kata dia, Bhineka Tunggal Ika bukan sekadar simbol tapi harus bisa menjadi strategi integrasi bangsa. Sebab, dulu banyak suku, ras, agama, dan etnik di Indonesia yang terpecah kemudian menyatakan diri bergabung membentuk negara kesatuan RI.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta itu juga mengaku heran, mengapa bangsa Indonesia yang sudah merdeka 66 tahun tapi hingga kini masih berkutat pada masalah-masalah kebangsaan. Bahkan, belakangan telah terjadi dominasi kelompok atau golongan-golongan tertentu.
Ke depan, Sri Sultan meminta agar pemerintah memberikan pelayanan kepada masyarakat yang terbaik. "Masyarakat jangan jadi obyek tapi harus menjadi subyek pembangunan," kata dia. Tanpa itu, bangsa Indonesia tak akan pernah bisa mandiri.
Terkait pertahanan bangsa, Sultan juga mendesak pemerintah memperhatikan sektor kelautan karena Indonesia adalah negara maritim. "Tak hanya jadi arus perdagangan, tapi juga bisa menjadi ketahanan dan pertahanan bangsa," kata Sultan.