TEMPO Interaktif, Jakarta - Tertangkapnya Jaksa Urip Tri Gunawan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi tidak membuat jera oknum jaksa nakal. Hal itu terbukti dengan tertangkapnya jaksa intelejen Kejaksaan Negeri Tangerang, Dwi Seno Wijanarko karena dugaan pemerasan pegawai BRI Ciputat, Tangerang.

Menurut peneliti hukum Indonesia Corruption Watch Donal Fariz Kejaksaan Agung gagal dalam pengawasan terhadap anggotanya. "Kejagung terkesan tidak melakukan perubahan mendasar terhadap sistem pengawasan para jaksa. Hingga muncul jaksa seperti Dwi," kata Donal saat dihubungi wartawan, Minggu (13/2).

Trend jaksa nakal yang dirilis Kejaksaan Agung periode 2008-2010, lanjut dia, menunjukkan ada peningkatan di tiap tahunnya. Karenanya Donal berharap Jaksa Agung Basrief Arief dapat memaksimalkan pengawasan internal lembaganya. "Seharusnya data itu jadi warning," ujarnya.

Di tempat berbeda, Wakil Koordinator ICW Emerson Junto menyatakan banyaknya oknum jaksa nakal lembaga penegak hukum itu tidak memiliki sanksi tegas untuk para aparatnya. "Tidak pernah ada sanksi pidana, hanya sanksi administratif seperti mutasi saja," kata Emerson.

Penyidik KPK menangkap Jaksa Dwi pada Jumat (11/2) di Raya Serpong, Tangerang Selatan usai menerima uang hasil memeras pegawai BRI sebesar Rp 50 juta. Dengan barang bukti uang itu, penyidik menetapkan Dwi sebagai tersangka pada Sabtu (12/2) dan menahannya di rumah tahanan Cipinang, Jakarta Timur selama 20 hari ke depan.



CORNILA DESYANA