TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Lukman Hakim meminta agar seluruh pihak melihat sisi positif dari hasil penelitian yang dilakukan Institut Pertanian Bogor terhadap susu formula. "Perhatikan hasil positifnya, jangan mencari yang negatif terus,"ujarnya dalam rapat kerja dengan Komisi IX di gedung DPR, Rabu (23/2).
Menurut dia, hasil penelitian tersebut justru memberikan keuntungan kepada banyak pihak. Pasalnya, setelah ditemukan adanya bakteri
Enterobacter Sakazakii, bakteri itu kemudian dimasukkan ke dalam
Codex International, yang sebelum itu tidak menjadi pertimbangan kesehatan susu formula. "Tanpa penelitian ini, bisa jadi BPOM justru akan lebih lama mengungkapkan dan memasukkan ke
Codex," kata Lukman.
Ia khawatir berlarut-larutnya pembahasan kasus penelitian susu formula yang tercemar bakteri ini akan merugikan kalangan peneliti. "Jangan sampai orang nanti jadi takut untuk mengumumkan hasil penelitiannya," kata Lukman.
Persoalan ini bermula dari hasil penelitian seorang peneliti IPB, Sri Estuningsih, yang dilakukan pada 2003-2006 terhadap 22 sampel susu formula. Hasil penelitian menyebutkan, 22,73 persen susu formula yang dijadikan sampel mengandung Enterobacter sakazakii. Namun merek-merek susu yang tercemar bakteri yang potensial menyebabkan diare, dehidrasi, sampai radang otak ini tidak dipublikasikan sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat.
David M.L. Tobing menggugat masalah itu ke pengadilan. Gugatannya dimenangkan oleh pengadilan tingkat pertama hingga kasasi di Mahkamah Agung. Ia pun mendesak agar merek susu yang tercemar tersebut diumumkan. �Namun, hingga sekarang, tidak juga diumumkan," kata David saat mengadukan masalah ini ke Komisi Informasi Pusat, Rabu lalu.
RIRIN AGUSTIA