putra1st |
16th March 2011 08:55 AM |
Hanya Bom Peringatan, Tidak Membunuh
Quote:
BOM buku yang dikirim kepada Ulil Abshar Abdalla diduga bukan bom yang diproyeksikan untuk membunuh, tapi hanya melukai. Hal tersebut diungkapkan salah seorang aktivis Islam radikal yang tak mau namanya disebutkan kepada FAJAR kemarin.
��Bukan kelompok kami yang melakukan. Tapi, melihat metode dan jenis bomnya, itu adalah pesan dan berniat membuat Ulil cacat seumur hidup dan tak bisa menulis lagi karena tangannya sudah hancur,�� ungkapnya.
Hal itu terlihat dari jenis bom yang dikirim. Bom buku yang dikirim kemarin sebenarnya tak lebih dari detonator saja. Detonator adalah elemen bom yang berfungsi sebagai pemula ledakan dan ledakannya memang kecil. ��Bahan peledak tak bisa meledak bila tak ada pemula ledakan atau pemicu ledakan, yakni detonator itu,�� jelas pria yang pernah malang melintang di sejumlah daerah konflik, mulai Poso hingga Mindanao, tersebut.
Selain itu, dikirimkannya satu detonator saja menegaskan indikasi tersebut. ��Kalau niat membunuh, paling tidak butuh tiga, empat, hingga lima detonator. Tapi, ini satu saja. Jadi, niatnya memang melukai, bukan membunuh,�� ujarnya.
Berdasar analisis dia, bom buku yang tak lain adalah detonator tersebut berbahan lead acid, campuran natrium acid dan lead nitrat. ��Itu adalah detonator yang paling sensitif. Terguncang sedikit saja langsung tak stabil dan memicu ledakan,�� imbuhnya.
Sumber tersebut menyatakan, perancang bom itu, tampaknya, cukup profesional dan jago membuat bom. ��Dia bisa merancang dan mendesain bom dalam bentuk buku itu menunjukkan tingkatnya cukup jago. Kalau dia mau, bukan hanya tangan yang hancur,�� tegasnya.
Selain itu, dia mengungkapkan, bom tersebut kini menjadi bahan pembicaraan di kalangan ikhwan. ��Sebab, ini bukan perbuatan kelompok-kelompok yang biasanya menjadi mainstream. Ini perorangan atau membuat kelompok sangat kecil, tampaknya,�� ucapnya.
Dia juga menuturkan, berdasar analisis sejumlah ikhwan, bom tersebut identik dengan bom sepeda pancal pada pertengahan 2010. ��Namun, belum jelas hingga kini dari kelompok mana pelakunya,�� katanya.
Hal tersebut dibenarkan Ali Fauzi, salah seorang mantan pentolan Jamaah Islamiyah. ��Melihat metode dan sasarannya, pelaku pengeboman ini bukanlah Jemaah Islamiyah maupun anasir-anasirnya,�� ujarnya.
Hanya, dia tidak bisa menduga pelakunya berasal dari kelompok mana. Menurut dia, di Indonesia sangat banyak yang bisa membuat bom.
Sebagai mantan koordinator Kompak (Komisi Penanggulangan Krisis), salah satu elemen radikal Islam saat konflik Poso dan Ambon, Ali mengaku melatih banyak orang untuk membuat bom. ��Tapi, pelatihan tersebut untuk kebutuhan saat itu. Saat itu setidaknya saya melatih 300 orang dari Jakarta,�� jelasnya.
Jadi, pelakunya bisa siapa saja. Karena 300 orang Jakarta itu pulang, entah berapa banyak lagi yang menguasai bila kemudian 300 orang tersebut juga melatih temannya
|
.
source
:shake::shake: kalau bermanfaat, ga nolak ijo ijo ndan :shake::shake:
|