TEMPO Interaktif, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah lama menempuh upaya perbantuan hukum(Mutual Legal Assistence)dengan Singapura untuk menangkap Nunun Nurbaeti, tersangka cek pelawat pemilihan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia, Miranda Swaray Goeltom pada 2004. "Tapi hanya sebatas pemberian informasi," kata juru bicara KPK, Johan Budi SP, Jum'at, 3 Juni 2011.

KPK juga telah bekerja sama dengan Kejaksaan Thailand lewat surat yang dikirim resmi. KPK minta Kejaksaan Thailand membantu menghadirkan Nunun di Kedutaan Besar RI di Bangkok, disertai penjelasan status Nunun dalam kasus cek pelawat. Surat tersebut dibawa empat orang tim KPK ketika berangkat ke Thailand pada pekan lalu. Tim KPK juga menyampaikan kepada Kepolisian Thailand jika paspor Nunun sudah ditarik Direktorat Jenderal Administrasi pada 26 April lalu.

Pimpinan KPK, Haryono Umar, ketika dikonfirmasi mengenai upaya bantuan hukum yang ditempuh KPK dengan Kejaksaan Thailand, enggan membeberkannya. "Detailnya ada pada penyidik," kata Haryono.

Johan Budi mengatakan, KPK berencana bekerja sama dengan lembaga pemberantas korupsi di Singapura (Corrupt Practices Investigation Bureau) dan di Hongkong (Independent Commission Againtst Corruption). "Saya belum tahu kapan akan mengirim surat," kata Johan.

Tim KPK yang berangkat ke Thailand pekan lalu menjemput Nunun kini sudah kembali ke Indonesia. Namun, Haryono mengaku belum mengetahui hasil kerja tim ini. "Belum ada laporan dari mereka," kata Haryono. Menurut Johan Budi, tim akan melapor ke pimpinan KPK Senin mendatang.

Nunun ditetapkan sebagai tersangka cek pelawat oleh KPK pada Februari lalu. Komisi menduga Nunun berperan menyebarkan puluhan lembar cek pelawat bernilai Rp 24 miliar kepada 25 anggota DPR periode 1999-2004 pada pemilihan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia yang dimenangkan Miranda S. Goeltom. Komisi telah menetapkan 30 tersangka, empat di antaranya sudah divonis pengadilan, 25 anggota Dewan dalam proses persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, serta seorang lagi, yaitu Nunun, belum ditangkap KPK.

RUSMAN PARAQBUEQ