Jumlah penduduk Uni Soviet pada sensus terakhir Januari 1989 adalah 286.717.000 sehingga menempati posisi ketiga setelah Cina dan India sebagai negara dengan populasi terbanyak di dunia. Antara tahun 1959 hingga 1989 jumlah penduduk naik 78 juta atau 37 %.
Di awal tahun 1917, Imperium Rusia hampir sepenuhnya adalah rural (pedesaan) dan hanya 18% di perkotaan. Gelombang urbanisasi terjadi di tahun 1930an, dikarenakan kebutuhan akan tenaga kerja seiring dengan kebijakan industrialisasi serta mencegah pemaksaan untuk bekerja di pertanian kolektif dan melarikan diri dari kelaparan di desa.
Penyebaran penduduk Soviet tidak merata antar republik dan wilayah lainnya. 50% tinggal di RSFS Rusia dan 18% di Ukraina bedasarkan sensus 1989. Populasi terendah ada di republik Estonia dengan hanya 1,6 juta jiwa atau kurang dari 1 persen dari keseluruhan. Kepadatan penduduk di Soviet di tahun 1989 13 jiwa per km² secara keseluruhan dengan kisaran rincian 6 jiwa per km di Kazakhtan hingga 129 jiwa per km² di Moldovia. Di daerah Siberia, provinsi Rusia di bagian utara dan gurun Asia tengah kepadatan bisa dibawah 1 jiwa per km². Lebih dari dua-per-tiga kepadatan penduduk Soviet kurang dari 5 jiwa per km².
Dua per tiga kota di Soviet melampaui 1 juta penduduk di tahun 1989 dan 35 berada diantara 500.000 hingga 1 juta penduduk. Moskwa, dengan sekitar 9 juta warga tidak hanya sebagai pusat pemerintahan Uni Soviet dan RSFS Rusia tapi juga sebagai sentral industri penting dan titik api sains, ilmu rekayasa (teknik) Soviet, hubungan masyarakat, dan aktivitas kebudayaan.
Di tempat kedua dengan 5 juta jiwa, Kota Lenin Leningrad (sekarang St. Petersburg) yang mana dibawah nama
Sankt Petersburg kemudian Petrograd telah menjadi ibukota Imperium Rusia dari 1712 sampai 1917; kota dengan pelabuhan laut yang terkenal dan pusat industri hingga Bolshevik memindahkan pemerintahan ke Moskwa di tahun 1918. Kota penting lainnya adalah ibukota republik, Kiev (sekarang Kyiv) di Ukraina; Toshkent, di Uzbekistan; Baku di Azerbaijan; dan Minsk, in Belorusia.
Kelompok Etnik
Pada sensus 1989, teridentifikasi ada sekitar 113 etnik atau bangsa yang memiliki populasi lebih dari 1000 dan beberapa lusinan kelompok yang hanya punya ratusan populasi. Hampir semua memiliki bahasa, adat, dan tradisi keagaman tersendiri meskipun dalam beberapa kasus kesadaran berbangsa berkurang hingga abad 20. 22 bangsa di Soviet memiliki populasi lebih dari 1 juta jiwa.
Etnik mayoritas adalah Rusia dengan 145,2 juta jiwa yang merupakan 50,8 % dari keseluruhan. Kemudian ada dari Slavia Timur yaitu, Ukraina 15,5 %, dan Rusia Putih (Belorusia) dengan 10 juta jiwa (3,5%). Daftar utama selanjutnya ada keturunan etnik Turki yang terutama di Azerbaijan dan tengah sungai Volga mencapai 17% populasi. Uzbek kemudian dengan 16,7 juta, Kazakh dengan 8,1 juta jiwa, Azerbaijan 6,8 juta jiwa, 6,6 juta Tatar, Armenia (4,6 juta), Tajik (4,2 juta), dan Georgia dengan 4 juta.
Ketika Perang Dunia II, banyak etnik muslim kaukasus diusir ke Asia Tengah oleh Stalin (
laknatullah ‘alaih) karena dituduh bersekongkol dengan Jerman. Begitu pula dengan orang Yahudi yang didiskriminasi hingga banyak dari mereka pindah ke Israel.
Kehidupan Beragama di Soviet
Karl Marx yang melihat sejarah bergerak semata-mata atas dasar material, melihat dengan buruk tentang keyakinan beragama dengan menyebutnya “candu masyarakat” dalam tulisannya. Rezim Soviet yang berakar Marxisme dan ketidak-percayaan mereka kepada semua pekumpulan sosial dan sistem kepercayaan yang tidak dikontrol langsung membuatnya secara terbuka menyerang institusi keagamaan sejak permulaan. Segera setelah 1917, rezim Bolshevik yang baru berkuasa langsung menyita harta Gereja Ortodox Rusia, melarang perintah agama, menginstitusikan propaganda anti agama, dan menganiaya kamu agamawan. Gerak ateistik mereda di tahun 1920an dan berkibar lagi setelah 1929 ketika ratusan gereja dimatikan sekaligus diruntuhkan. Selama PD II demi mobilisasi masa, gereja dihidupkan kembali walaupun tetap dalam pengawasan amat ketat. Perang melawan agama bangkit lagi selama masa Khrushchev namun tindakan yang lebih pelan dilakukan penggantinya, Leonid Brezhnev.
Uni Soviet secara resmi menyatakan negara sekuler dan diajarkan di sekolah-sekolah. Hanya ada 500 gereja dari sekitar 54.000 sebelum revolusi tetap dibuka di tahun 1941. Setelah program perestroika, di akhir 1980an Gereja Ortodox Rusia telah memiliki penganut 50 juta dengan 7000 gereja yang aktif terdaftar. Lebih dari 4000 gereja tersebut berada di Republik Ukraina. Sedang ditahun 1950 diketahui ada sekitar 2 juta umat protestan yang sebagian besar ada di Ukraina.
Islam menempati posisi kedua dengan penganut terbanyak dengan sekitar 45 sampai 50 juta jiwa. Sebagian besar dari muslim secara etnik beda dengan Slavia Timur dan banyak dari mereka yang tak mampu berbahasa Rusia secara lancar. Jumlah Mesjid berkurang drastis dari 25.000 di tahun 1917 ke 500 di akhir 1970an. Stalin menindak keras para Ulama dan mengubah mesjid mesjid gudang.
Dalam sebuah penyelidikan oleh otoritas Soviet di tahun 1982, diperkirakan 20% orang Soviet mengakui masih aktif dalam kegiatan keagamaan. Agama Kristen Orthodox disusul dengan Islam merupakan agama mayoritas di Soviet. Kehidupan beragama benar-benar pulih ketika Mikail Gorbachev berkuasa.
Pendidikan
Secara terang, pemimpin Soviet menegaskan pendidikan dasar merupakan hal yang wajib demi kepentingan ekonomi, modernisasi sosial dan doktrinisasi politik. Di tahun 1918, kaum Bolshevik mengambil alih semua sekolah swasta dan keagamaan serta perguruan tinggi, menghapus biaya kuliah dan menentukan bahwa semua anak-anak umur 8 hingga 15 tahun harus mengikuti kegiatan sekolah secara penuh. Wajib belajar secara perlahan-perlahan rentangnya diperpanjang sehingga di tahun 1980an wajib belajar mulai dari umur 7 hingga 17 tahun.
Kurikulum 9 tahun pada sekolah dasar dan sekolah menengah pertama menekankan pada bahasa, sastra, matematika, pelatihan fisik dan militer, sejarah, kerajinan tangan, dan ilmu pengetahuan alam. Anak berbakat atau anak yang memiliki koneksi politik sering belajar di sekolah khusus yang juga menambah pengetahuan bahasa asing, musik, ballet, dan kesenian. Di luar sekolah, para murid didesak untuk mengikuti organisasi kepemudaan yang didukung PKUS. Hal ini meliputi Pemuda Oktoberis untuk anak-anak umut 6 hingga 9 tahun, “Sang Pioner” untuk umur 10 hingga 15 tahun, dan Komsomol Lenin (Liga Pemuda Komunis) untuk umur 14 hingga 28 tahun.
Kehidupan Nyata Masyarakat Soviet
Rezim Soviet mengklaim bahwa tujuan mereka untuk membangun masyarakat tanpa kelas; masyarakat komunis sebagaimana diuraikan pakar teori Jerman, Karl Marx di abad 19. Partai Komunis Uni Soviet (PKUS) berikrar dalam programnya di tahun 1961 untuk membangun secara utuh komunisme dalam generasi Soviet nanti. Tragetnya terbukti tak dijewantahi. Teori dari PKUS mengklasifikasi masyarakat sosialis dalam tiga kelompok – kelas pekerja (
proletar), petani, dan intelektual kerah putih – hidup sejaman dengan harmonis dan tidak mementingkan kepentingan diri sendiri merupakan utopia masyarakat komunis nantinya. Kenyataan lain berkata, struktur sosial cenderung lebih rumit ketimbang teori, dan partai berkuasa hanya memikirkan bagaimana melanggengkan kekuasaan dan hak istimewa yang mereka miliki ketimbang bagaimana memikat hati rakyat dan menyiapkan masa depan yang baik.
Beberapa kebebasan individual dikekang dengan kuat di Uni Soviet. Ketika Stalin berkuasa, karyawan memerlukan izin dari manajemen untuk mengganti pekerjaan dan akan menerima dakwaan kriminal untuk keterlambatan dan ketidakhadiran. Hukuman yang kejam ditinggalkan pada tahun 1950an; tetapi kebanyakan pembatasan tetap berlangsung. Warga Soviet tetap sebagai target pengawasan dan campur tangan polisi politik. Mereka hanya bisa bergabung dalam perkumpulan yang disetujui PKUS. Mereka tidak dapat membangun bisnis atau menawarkan jasa secara pribadi, kecuali untuk bidang kecil seperti mengajar atau penitipan anak. Negara memaksakan regulasi pada gerakan penduduk untuk wajib membawa paspor internal dan meminta cap polisi sebelum berganti alamat. Berkunjung ke luar negeri diperbolehkan hanya dengan otoritas khusus. Kebaktian militer diwajibkan (wajib militer) dan lulusan perguruan tinggi harus menerima penempatan kerja, kadang di tempat yang tak diinginkan, di tahun pertama setelah menerima sarjana. Kaum dewasa yang sehat jasmani tidak menunaikan pekerjaannya dikutuk sebagai “sampah masyarakat/ benalu sosial” dan ditendang dari kota.
Kondisi kehidupan rata-rata memburuk antara revolusi 1917 hingga kematian Stalin di tahun 1953, ditekan oleh pergolakan sosial, peperangan, kecenderungan perencanaan kepada kekuatan militer dan pengeluaran industri. Kemajuan belakangan datang di masa Krushchev dan Brezhnev dalam upaya mendorong suplai bahan makanan, barang konsumsi, dan perumahan. Meskipun demikian, standar kehidupan tetap ketinggalan jauh dibelakang Barat yang makmur. Badan Intelijen AS (CIA) memperkirakan output nasional Soviet di tahun 1991 kira-kira $9100 per kapita, dibandingkan dengan $15,000 per kapita di Kerajaan Serikat (UK) dan $21,800 di Amerika Serikat.
Dalam ranah perumahan sebagai umpama, 15% keluarga hidup hanya dalam satu kamar di tahun 1989 dan 47% dalam dua kamar. Waktu menunggu apartemen bantuan pemerintah -yang mana disewakan dalam jumlah kecil sekali penyediaan- bisa sampai 10 tahun atau lebih di beberapa kota. 60% rumah tangga Soviet tak punya sambungan telepon. Konstruksi perumahaan menurun drastis dari yang dibutuhkan setelah pertengahan 1970an, dikarenakan hanya enam atau tujuh apartemen yang dibuat untuk setiap 10 rumah tangga baru yang ada. Peralatan rumah tangga dan barang konsumen tahan lama lainnya terjangkau luas, meskipun dengan kualitas yang memperihatinkan, dengan keanekaragaman (variasi) yang terbatas, dan fasilitas perbaikan yang langka. Kelangkaan barang memaksa rakyat untuk menghabiskan waktu dalam antrian di toko-toko pemerintah dan untuk menimbun barang, sebagai antisipasi jika terjadi kekurangan barang di pasaran. Perbedaan antara harga resmi dan pasar gelap melahirkan korupsi diantara pegawai.
Pemikiran ideal tentang kesetaraan sering kali bertolak-belakang dengan hasrat memacu produktivitas dan kesetiaan dengan membedakan upah yang diterima rakyat. Ketidakmerataan pendapatan dan status sosial terserap dalam rezim Stalin dan tetap terjadi sesudahnya meskipun ada usaha untuk memperbaiki segmen masyarakat yang miskin. Upah terbaik dari rata-rata 10 persen tenaga kerja tiga kali dari bayaran terburuk 10 persen di tahun 1976. Anggota aparat PKUS, manajer ekonomi senior, dan kelompok penyokong lain menikmati tak hanya gaji yang lebih besar tetapi juga mendapatkan apartemen yang nyaman, kesempatan rekreasi yang lebih baik, akses untuk barang mewah, dan perjalanan ke luar negeri.
Pelayanan publik gratis meliputi pelayanan kesehatan gratis, pendidikan, dan jaminan sosial. Meskipun isu masalah mutu, ketersediaan, dan keadilan tetap membara di bawah permukaan. Perawatan kesehatan di rumah sakit memang tanpa biaya, tapi terungkap bahwa ditahun 1980an setiap rumah sakit kedua memiliki mesin sinar-x dan hanya 20 persen rumah sakit daerah dan klinik memiliki penyalur air panas. Pasien seringkali harus membayar terapi dan pengobatan dengan “tip” ilegal. Elit Soviet sebagai pembanding, menerima perawatan kesehatan yang istimewa dengan fasilitas rahasia tertutup dari pantauan masyarakat. Rendahnya dana untuk program kesejahteraan memunculkan pertumbuhan stress dan konsumsi alkohol, dan memburuknya polusi lingkungan menyebabkan keburukan jelas dalam indikator kesehatan di akhir era Soviet. Angka kematian bayi meloncat dari 80,7 per 1000 kelahiran di tahun 1950 ke 22,9 per 1000 pada 1971, naik ke 27,3 per 1000 pada 1980, sedikit menurun menyentuh 25,4 per 1000 di tahun 1987. Perkiraan untuk pria, 66 tahun di pertengahan 1960an,merosot ke 62 tahun di awal 1980an.
Partai Komunis
Di tahun 1980an, PKUS memiliki anggota hingga 20 juta atau 10% total penduduk dewasa Soviet. Setiap republik kecuali RSFS Rusia memiliki cabang PKUS.
Tingkatan tertinggi dalam Partai Komunis adalah Komite Pusat, dipilih pada Kongres Partai dan Konferensi. Komite Pusat pada gilirannya memilih Politburo (disebut Presidium pada 1953 hingga 1966), secara tidak langsung merupakan jabatan tertinggi di Uni Soviet. Kemudian, setelah berbagai konsolidasi kekuasaan salah satu dari anggota Politburo akan dipilih orang yang akan memimpin partai sekaligus negara yang disebut dengan Sekretaris Jenderal. Secara resmi, sekjen PKUS dipilih dalam kongres partai yang diadakan empat atau lima tahun sekali dan dipilih oleh anggota Komite Pusat.
Komite Pusat berfungsi sebagai badan pembuat keputusan secara formal dengan Politburo mengurus masalah kebijakan dalam dan luar negari dan Sekretariat mengurus internal partai dan organisasi bawahannya.
Pemerintahan
Soviet Tertinggi hampir secara bulat dipilih oleh rakyat tanpa keraguan dengan pemilihan rahasia, dan Soviet Tertinggi merupakan badan tertinggi dalam sejarah Soviet yang pada awalnya merupakan tidak lebih dari institusi stempel karet.
Selanjutnya, fungsi Soviet Tertinggi diperluas dengan membuat komisi negara baru dan penyetujuan rencana 5 tahun dan keuangan negara. Soviet Tertinggi memilih seorang Presidium untuk memiliki pengaruh dalam rapat paripurna yang biasanya diadakan 2 tahun sekali. Selain itu pula, Soviet Tertinggi dapat menunjuk Mahkamah Agung,
Procurator General, dan Dewan Menteri, yang diketuai Premier dan mengatur hampir seluruh tanggung jawab birokrasi untuk administrasi ekonomi dan masyarakat. Dewan Menteri (sebelum tahun 1946 disebut Dewan Komisar Rakyat) memiliki kabinet terbanyak dari negara Barat. Sebagai contoh, di tahun 1987 dewan beranggotakan 67 orang diketuai Nikolay Ryzhkov dibantu 13 deputi premier setiap memimpin lebih dari satu segmen birokrasi. Dari 56 kementerian dan badan setingkat diwakilkan di dewan dan mempunyai tanggung jawab sama seperti pemerintahan nasional lainnya tapi mayoritas diatur oleh penyelenggara ekonomi negara.
Setiap republik kecuali RSFS Rusia memiliki Soviet Lokal, Komite Eksekutif, Komite Pusat, Politburo, dan Sekretariat yang tunduk kepada Kremlin.
KGB
KGB atau Komite Keamanan Negara merupakan kelanjutan peran dari VeCheka (Komisi Luar Biasa Seluruh Rusia untuk Melawan Kontra-Revolusi dan Sabotase) yang didirikan Desember 1917 dengan berganti-ganti nama bertahun kemudian.
Polisi keamanan negara banyak memainkan peranan penting dalam sejarah politik Soviet. Ia digunakan sebagai instrumen peneror oleh Stalin dan anteknya terutama Nikolay Yezhov sang kepala. Setelah kematian Stalin, polisi keamanan ditempatkan diabwah kontrol partai. KGB juga memiliki berbagai organ seperti penyensor Glavlit, bertugas mengumpulkan informasi tentang tren ekonomi dan sosial serta bertanggung-jawab dalam kontra-intelijen melawan mata-mata luar. Divisi lain melipuri unit penjaga yang mengatur komunikasi rahasia, tentara perbatasan tentara yang menjaga garis depan perbatasan Uni Soviet dan Departemen khusus yang menjaga kepercayaan politik dari angkatan bersenjata. Dibawah kepemimpinan Andoropov (kepala ditahun 1967-1982), KGB terlibat dalam penindasan desiden, memelihara jaringan informan yang luas, dan mempertegas dirinya sebagai aktor politik untuk memperluas independensinya dari struktur partai, dan memuncak dalam kampanye anti korupsi yang menargetkan petinggi-petinggi partai diakhir 1970an dan awal 1980an.
Menurut perkiraan praktisi Barat, KGB memiliki setidaknya 400.000 hingga 700.000 karyawan penuh tidak termasuk agen dan informan. Polisi non politik dan peranan masyarakat diorganisasikan oleh agen terpisah yang disebut MVD (Kementrian Urusan Internal).