Mari ke Afrika, melihat salah satu negara itu, Zimbabwe yang kini sedang dikoyak hiperinflasi hingga 2,2 juta persen. Cuma untuk membeli setangkup roti di negeri ini membutuhkan ratusan juta dollar Zimbabwe dan setandan pisang bisa berharga milyaran dollar. Begitu tidak bermutu uang di negara itu, sehingga pencetakan uang baru harus pula menembus rekor yang juga baru: 100 miliar dolar. Ini uang pecahan terbesar yang pernah ada di jagat raya.
Apa dampaknya? Tatanan sosial lalu menjadi serupa karikatur. Cuma untuk belanja bumbu dapur, seorang ibu rumah tangga akan memerlukan berkarung-karung uang. Bank tidak bisa lagi hanya punya brankas karena ia sudah butuh kontaienr dan bunker-bunker uang. Cuma untuk membayar rekening listrik, seseorang harus antre mengambil berpeti-peti uang di bank dan bank pasti amat kepayahan melayani panjang antrean.
Zimbabwe bukan Negeri miskin sesungguhnya. Negeri ini punya bakat makmur dan pernah makmur. Ia menjadi hancur-hancuran seperti itu lebih karena politik, dan konflik tak berskesudahan. Begitulah memang watak sebuah pertengkaran. Ia bisa merusak apa saja tak peduli betapapun kaya dan makmurnya sebuah negara. Karenanya, yang harus diwaspadai adalah bahaya pertengkaran itu. Bahya yang sesungguhnya ialah ketika untuk bersama saja kita tidak pernah benar-benar bisa.
Betapa tidak menariknya memiliki uang di Zimbabwe sekarang, karena dengan 100 milyar dollar di tangan pun, seseorang cuma bisa membawa pulang beberap kilo beras. Yang terjadi kemudiain ialah, depresi sosial terjadap nilai. Setiap melihat uang di tangan rakyat di negeri itu bisa memunculkan berbagai akspresi: ada yang terhina karena begitu rendah kedudukan negaranya. Ada yang rendah diri karena martabat tak lagi mereka miliki di hadapan bangsa-bangsa lain di dunia. Bagaimana mungkin berani bermartabat ketika 1 juta dolar Amerika harus mereka tebus dengan 800 juta dollar mereka. Betapa hinanya kedudukan nilai tukar semacam ini.
Tapi pasti ada juga rakyat yang tergelak melihat kehidupan mereka sudah serupa film kartun. Karena cuma dunia kartun yang memungkinkan seluruh kemustahilan terjadi dalam kenyataan. Tetapi apapun reaksi rakyat Zimbabwe, muarannya pasti satu saja: kehinaan massal terhadap keadaan. Dan siapa biang kerok dari itu semua itu: para pemimpin yang bertikai. Yang menang untuk jadi sewenang-wenang, sementara yang kalah tak mau menyerah. Bangsa yang belum siap menang dan belum siap kalah itu ternyata berisiko menimbulkan kehancuran hebat bagi diri mereka sendiri..
