![]() |
(Share) Kearogansian seorang Guru di PTK Baru kali pertama saya mengalami sebagai pengemudi kendaraan bermotor beroda 2 dan ditabrak dari belakang oleh pengemudi kendaraan bermotor beroda 4 dan pengemudi mobil tidak merasa bersalah. Apakah karena jabatan beliau sebagai seorang Guru di PTK, Perguruan Tinggi Kepolisian, (katanya)? Namanya saja tidak disebutkan dalam TKP, ditanya tidak menjawab, cuma bilang., "kamu tahu siapa saya? Kamu tahu?". Kalau tahu, mana mungkin saya bertanya siapa beliau.
Berawal dari sebuah Mikrolet di Pasar Palmerah berhenti dan saya berhenti di belakangnya, saya dalam posisi berhenti, sebuah Avanza Hitam dengan plat nopol B 1873 PO menabrak saya dari posisi kanan. Beruntung saya tidak terjatuh tetapi body fairing belakang dan pelindung sadel saya bengkok parah. Beliau juga mengalami kerusakan di mobilnya, bemper depan dan roda kiri depan. Menurut saya, suatu hal yang wajar sebagai pihak penabrak untuk menanyakan kondisi korban. Tapi supirnya, hanya memberi tangan tanda minta maaf, menepi dan pada saat saya mendekat, berkata, "bagaimana bapak ini menyupir tidak hati-hati?" dan dijawab sang supir, "saya sedang meleng karena melihat mikrolet berhenti dan tidak melihat anda". Lalu beliau, sang Guru dari PTK sebagai pemilik mobilnya malah dengan arogan, mengucapkan, "sudah biasa di jalanan terjadi musibah ditabrak dan menabrak. Lihat mobil saya parah begini dan situ tidak apa-apa kan? yasuda" Mendengar reaksinya saya heran, lalu saya menjawab, "saya memang tidak menderita luka parah, tapi bagaimana juga bapak menabrak saya dan bagaimana bapak bertanggungjawab?". Dijawab beliau, "tanggung jawab apa? Saya lihat kamu tidak apa-apa, mobil saya lebih parah, kamu lihat?" Dan terus beliau berdebat hingga bilang, "panggil saja polisi!". Akhirnya dipanggil polisi ke TKP, sampai di TKP, polisi menanyakan perihal kejadian perkara dan beliau dengan arogan berkata-kata, "lihat kamu! Ini semua anak didik saya. Mau apa kamu?" dengan mata melotot. "kalau saya gampar kamu di depan polisi-polisi ini, bisa apa kamu?" dan banyak perkataan arogan keluar dari mulut beliau. Wah..dalam hati saya hanya bisa istighfar, begini toh yang namanya seorang Guru di PTK, mencerminkan bagaimana kalau guru begini, apalagi muridnya? Sungguh mencoreng citra Kepolisian RI yang saat ini dengan gencar membersihkan citranya dari korup dan arogan. Bagaimana dengan Tribrata dan Catur Prasetya? Kalau beliau seorang Guru di PTK yang benar-benar mencerminkan seorang guru, pantaskah berlaku demikian? Saya tidak banyak berkata-kata lagi kepada beliau setelah para bapak-bapak dari kepolisian datang sebagai pihak penengah. Karena beliau sangat arogan dan sama sekali tidak memandang muka wong cilik. Polisi pun hanya bisa menengahi dan memberikan komentar, sebagai yang muda mengalah saja kepada yang tua, legowo. Yang sudah tua seharusnya yang lebih bijak tetapi seperti itu, mau bagaimana lagi. Saya menghormati bapak-bapak dari kepolisian Polsek Palmerah, jadi saya ikut damai. Saya berjabat tangan dengan bapak-bapak polisi sebagai tanda persetujuan saya untuk tidak memperpanjang masalah. Tetapi saya sama sekali tidak menjabat tangan apa lagi menghampiri Sang Guru dari PTK. Setiap perbuatan baik akan mendapatkan balasan yang baik, perbuatan buruk akan mendapatkan balasan yang buruk juga. Insya Allah, dosa saya karena saya legowo banyak diikhlaskan oleh Allah yang Maha Kuasa. </div> |
All times are GMT +7. The time now is 01:34 AM. |