Dalam dunia pewayangan wayang kulit melalui tokoh-tokohnya sebenarnya memuat banyak simbol dan karakteristik watak seorang manusia. Sejumlah tokoh pewayangan dengan jelas juga merupakan simbol karakteristik seorang pria. Seperti tokoh Arjuna, pria lambang ketampanan, Yudhistira suka perdamaian, Bima adalah pria yang mahal dalam cinta dan tidak gampang tertarik terhadap perempuan.
Dan berikut adalah beberapa watak dari sejumlah tokoh pewayangan, yang sering dijadikan simbol watak pria, yang disarikan dari pedalangan gagrak Yogyakarta maupun Surakarta.
Yudhistira termasuk putra sulung Pandawa, putra dari Dewi Kunthi. Ketika mudanya bernama Puntadewa, raja Amarta. Puntadewa juga terkenal dengan sebutan gelar Sang Ludira Seta yang artinya berdarah putih. Ini melambangkan pria yang tulus ikhlas dalam berbagai hal. Bahkan dalam satu cerita, Puntadewa rela memberikan isteri tercintanya ketika diminta oleh orang lain yang sangat mengagumi dan mencintainya. Yudhistira adalah lambang dari pria yang teguh hati, penyabar dan suka perdamaian. Sangat setia terhadap isteri, anak dan keluarganya. Yudhistira sangat benci terhadap permusuhan. Walaupun bermandi harta, Yudhistira menentang poligami, sehingga isterinya hanyalah satu, Dyah Ayu Drupadi. Ketika muda, Yudhistira gemar berbusana yang indah-indah, tetapi setelah tua dia justru berpenampilan sederhana.
Nama Arjuna konon berasal dari kata Jun yang bermakna jambangan. Konon, nama Janaka juga berasal dari Bahasa Arab Jannah yang berarti sorga. Kedua kata tersebut mengandung makna hening atau keheningan. Arjuna memiliki sifat dan watak fitrah, murni. Tak sedikit wanita yang kasmaran kepadanya. Wujud ketampanan Sang Arjuna adalah lambang kehalusan serta keagungan budi seorang pria. Arjuna juga dikenal menyukai sesuatu yang bersifat estetis, asri, sangat sensitif jiwanya, dan lembut hatinya. Sang Arjuna sulit mengucap kata �tidak� dan kata �jangan�, khususnya terhadap kaum wanita. Di situlah kelemahan Sang Arjuna, maka tak sedikit wanita yang sangat merindukannya, walau mereka telah bersuami.
Ketika muda, Kresna bernama Narayana. Ia kemudian menjadi raja di Dwarawati. Meskipun secara fisik pria ini berkulit hitam, berdarah hitam dan berdaging hitam, tetapi Kresna tidak �hitam� ulahnya. Kresna adalah lambang pria yang ramah, mudah bergaul, supel, banyak kawan, dan suka bercanda (humor). Ketika memberi fatwa, ia menggunakan berbagai sindiran yang begitu lembut, sehingga yang dinasihati tidak merasa sakit hati. Kresna banyak didatangi sahabat tua-muda dan pria-wanita, untuk sharing atau konsultasi. Umumnya, sepulang dari konsultasi dari Dwarawati, para �relasi� Kresna pulang dengan menggenggam semangat. Kresna memang terkenal sangat strategis dalam menghadapi keluhan para �klien�-nya. Kresna memiliki karier yang sulit ditandingi, terlebih di bidang politik. Di mata sesamanya, Kresna memiliki wibawa yang sangat tinggi dan pengaruh yang luar biasa. Dedikasi dan loyalitasnya sangat oke, karena itulah semua anak buah Kresna patuh kepadanya. Dalam rumah tangga, Kresna tidak mengecewakan. Walaupun beristeri tiga orang, Kresna sangat adil. Nasihat yang terkenal dari Kresna kepada para isterinya ialah, agar mereka mengedepankan rasa kemanusiaan dan mengesampingkan busana glamour.
Dretarastra adalah saudara tua dari keluarga Pandawa, bibit darah Pandawa. Ketika Pandhu mangkat, singgasana kerajaan diambil alih oleh Dretarastra, sehingga Pandawa Lima tersingkir. Sebenarnya, Dretarastra memiliki watak agung budi, sabar dan suka mengalah. Tetapi karena terbawa oleh watak isteri tercintanya yang bengis dan ambisius, yang bernama Gandari, maka watak yang sabar, dan suka mengalah tersebut justru dimanfaatkan oleh Sang Gandari, untuk menyetir sang suami, agar sang suami mengikuti seluruh kehendaknya. Dretarastra bisa digambarkan sebagai lambang suami yang terkalahkan dan disetir sang isteri. Maka tidak mustahil jika watak Dretarastra, belakangan berubah. Tak mustahil pula kalau orang-orang yang bekerja pada Dretarastra, jarang yang betah lama, karena Gandari menganggap hina setiap orang yang menghamba kepada Dretarastra. Demikian juga kepada keluarga sang suami. Dretarastra sendiri tak bisa berbuat apa-apa. Gandari memang cantik, tetapi ia berwatak iri, dengki, semena-mena, dan mudah terhasut. Semua perwatakan itu sangat mempengaruhi watak Dretarastra. Bahkan anak-anak Dretarastra yang berjumlah 100 orang, tak ada satupun yang bisa dijadikan teladan.
Keperkasaan pria bernama Bima tentu sudah tidak diragukan lagi. Watak Bima memang sangat jauh dari watak angkuh dan sombong, walau dikaruniai kekuatan yang luar biasa. Bima sangat tinggi rasa sayangnya terhadap orang tua dan saudara. Bima juga terkenal jujur kalau berbicara, bahkan tidak pernah berbohong. Namun Bima kurang suka sesuatu yang bersifat formal. Sang Bima selalu bersikap teguh memegang prisip, tidak gampang terhasut atau dipengaruhi dengan apapun, walau si penghasut mempergunakan berbagai jurus dan cara. Bima juga memiliki tenggang rasa yang sangat dalam terhadap siapapun, sehingga ia akan serta-merta memberi pertolongan kepada siapapun yang sedang dilanda musibah dan kesusahan. Ia juga sangat kuat berpegang pada sariat agama dan paugeran kenegaraan. Bima adalah sosok patriotis yang selalu setia kepada lingkungannya dan negerinya sendiri. Dalam komunikasi sosial, Bima dikenal sangat menghormati kaum wanita. Bima juga bukan tipe pria �mata keranjang�. Ketika dia tertarik dan memperisteri Dewi Arimbi, semata-mata ia tertarik pada keluhuran budi dan keagungan sang Dyah Ayu.
Spoiler for open this:
Quote:
Quote:
[spoiler=open this] for "6. Drona (Paranormal Pengeruk Keuntungan)":