![]() |
Strategi Marketing �Saya Memang Katolik, tapi Belajar Pemasaran Lihat Hadis�
Hermawan Kartajaya bagi Strategi Marketing di Balikpapan TRANSFER ILMU: Hermawan Kertajaya di tengah peserta seminar di Novotel kemarin.(gusti ambri/kp) Kalangan entrepreneurship memang tahu kalau Hermawan Kartajaya adalah guru marketing berkelas. Gaungnya bahkan hingga ke dunia internasional. Tapi tak banyak yang tahu kalau pemikirannya sangat kental dengan nuansa Islam. LAUHIL MACHFUDZ, Balikpapan �NABI Muhammad adalah nabi umat Islam yang pandai berdagang. Nah, kalau ada umat Islam yang gagal atau tidak mengerti berdagang, ini pasti ada yang salah,� tuturnya disambut tawa ringan ratusan peserta seminar 12 GoldenRules Marketing di ballroom Hotel Novotel kemarin. Sebab tata cara berdagang Nabi Muhammad, lanjut Hermawan, semuanya tertuang dalam hadis. Dasar utama marketing yang diterapkan Nabi Muhammad, kata dia, ialah kejujuran. �Saya memang Katolik, tapi saya rajin ke pesantren mempelajari hadis untuk mengetahui konsep berdagang Nabi Muhammad. Enggak salah toh, Islam kan rahmatan lil alamin? Kan untuk semua umat. Yang saya pelajari habluminannas (hubungan ke sesama manusia, Red). Kalau habluminallah (hubungan dengan Tuhan, yah itu urusan masing-masing lah,� tutur Presiden MarkPlus&Co, perusahaan konsultan manajemen yang dirintisnya sejak tahun 1990. Di awal seminar kemarin juga digelar launching MarkPlus&Co cabang Balikpapan, yang disaksikan Wali Kota Balikpapan HM Rizal Effendi. Kejujuran, menurut Hermawan adalah bagian dari strategi berbisnis. Kejujuran akan memberikan nilai lebih ke pelanggan dalam jangka panjang. Sebaliknya, penyebab kegagalan dalam pemasaran ialah kekecewaan pelanggan terhadap suatu produk yang dipromosikan tak sesuai fakta. �Ingat, kunci utama branding adalah excellent operational. Nah, ini membutuhkan kejujuran. Begitu pula yang dijalankan Nabi Muhammad dalam berdagang,� ucapnya. Lewat pemaduan konsep berdagang Islam dengan sejumlah penelitian, MarkPlus&Co yang dipimpinnya sempat dipercaya oleh Gubernur Bank Indonesia Budiono (kini Wapres RI) untuk menata ulang konsep bank syariah di tanah air yang kala itu tidak berkembang. Dengan Islamic Bank (IB) yang ia cetuskan, Hermawan berhasil mengangkat aset bank syariah dari Rp 30 triliun menjadi Rp 130 triliun dalam tempo yang tidak terlalu lama. Kuncinya, kata dia, Islam rahmatan lil alamin. �Dulu, konsep bank syariah terlalu eksklusif. Terbatas hanya untuk orang yang beragama Islam. Terbatas pada fatwa. Nah, dengan lahirnya konsep IB, bukan saja orang Islam, tapi non Islam, bahkan banyak orang Tionghoa yang kini menanamkan dananya di bank syariah. Yang penting kan konsepnya tetap syariat. Hanya saja, sisi eksklusivitasnya yang dibuka. Rebranding dengan tatanan yang lebih terbuka bagi siapa saja,� jelas mantan Direktur Distribusi PT HM Sampoerna ini. Hermawan Kartajaya menjelaskan ada tiga kekuatan penggerak dunia saat ini. Kekuatan yang tadinya vertikal menjadi horizontal, eksklusif menjadi inklusif, dan individual menjadi sosial. Hal ini berlaku di dunia, termasuk di Kalimantan. Sebagai contoh bagaimana kekuatan hubungan vertikal antara Hollywood dan box office pemutaran film bioskop. Tapi pada faktanya, kekuatan horizontal antarayoutube dengan para pemirsanya jauh lebih dahsyat. Hubungannya tidak atas ke bawah, tapi langsung dari masyarakat ke masyarakat. �Sama halnya dengan perusahaan cabang. Vertikal ke Horizontal ini menjadi penting karena kantor pusat perusahaan tidak mungkin dapat mengetahui seluruh permasalahan yang dihadapi oleh daerah. Hanya orang di daerah yang mengamati langsung yang dapat melakukan penanganan yang tepat. Berikan kewenangan ke cabang untuk mengambil keputusan di daerah, karena mereka yang lebih paham,� tukasnya sumber </div> |
All times are GMT +7. The time now is 01:55 AM. |