Hanya soal waktu Daerah Perbatasan Indonesia - Malaysia akan jadi wilayah Malaysia
 

Daerah perbatasan biasanya yang dijuluki sebagai beranda terdepan bangsa malah menjadi kawasan kumuh. Janji pemerintah untuk membangun perbatasan tak kunjung terealisasi. Penduduk pun mengancam pindah warga negara.



Yagung Bangau, Kepala Adat Krayan Darat, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, mengaku sudah tidak bisa menghitung lagi jumlah pejabat pemerintah yang berkunjung ke daerah itu. Saban berkunjung, kata dia, para pejabat mengumbar janji untuk membangun wilayah yang berbatasan dengan Serawak, Malaysia, itu. �Kami sudah bosan dengar janji pejabat,� kata Yagung.



Menurut Yagung, daerah itu miskin infrastruktur jalan darat sehingga banyak daerah yang terisolasi. Jalan yang ada pun, kata dia, hanya bisa dilalui saat musim kemarau. Itulah sebabnya, kata dia, kebutuhan pokok warga di perbatasan disuplai dari Malaysia.



Setali tiga uang nasib warga per batasan di Desa Kumba, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Mereka ditelantarkan.

Kepala Desa Kumba Udiansyah menjelaskan daerah itu saban tahun dilanda banjir sehingga petani selalu gagal panen.



Banjir tahunan itu juga mengacaukan kalender pendidikan.

Pihak sekolah terpaksa meliburkan proses belajar-mengajar hingga banjir surut. �Jika di sekolah lain semester I dimulai pada Januari, kami baru mulai pada Februari,� kata Susana, guru SDN 5 Saparan.



Padahal menurut Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010, pembangunan perbatasan Indonesia menjadi tanggung jawab Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP). Bahkan Anggaran pengelolaan perbatasan pada tahun ini mencapai Rp3,85 triliun.


[/spoiler][spoiler=open this] for Anggaran Yang Entah kemana?:






http://cdn-u.kaskus.co.id/72/vvmhbgwt.jpg









Tapi entah uang tersebut menguap kemana. Itulah sebabnya warga Putussibau di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, berhasrat pindah kewarganegaraan. Mereka sangat iri oleh pembangunan perbatasan Serawak yang kian gencar. �Kalau disuruh memilih, saya lebih baik menjadi warga negara Malaysia,� kata Silvester Rommy, 37, warga Putussibau, Jumat (4/5).



Perbedaan pembangunan daerah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia ibarat bumi dan langit. Jalan sepanjang 90 kilometer menuju perbatasan Indonesia-Malaysia di Sintang, Kalimantan Barat, rusak parah.

Saat musim hujan, sebagian jalan menjadi kubangan lumpur. Sebaliknya, jalan perkampungan di Malaysia mulus.



Aliran listrik di Kecamatan Ketungau Tengah, Sintang, hanya ada di malam hari, sedangkan listrik di negara tetangga mengalir sepanjang hari. Pemerintah Malaysia juga menggratiskan biaya pengobatan dan pelayanan di rumah sakit.



Warga perbatasan IndonesiaFilipina di Pulau Miangas, Sulawesi Utara, juga merasa ditelantarkan. Harga kebutuhan pokok mahal. Minyak tanah dijual Rp30 ribu per liter.

</div>