ps3black |
27th May 2012 05:52 PM |
membangun pola pikir beretika
...Kalau berkenan, di rate 5 dulu yah gan
http://3.bp.blogspot.com/-edtj-YQaDW...320/em%2B1.jpg
Dalam suasana hiruk-pikuk kekinian di masyarakat kita, pengembangan perilaku seseorang menjadi amat penting. Karena itu upaya membangun pola pikir dan sistem nilai yang dapat menjiwai seseorang dalam bertingkah di tengah kemajemukan kehidupan, menjadi kata kunci.
Pertanyaannya, kenapa menjadi penting? Ini lantaran perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh pola pikir dan sistem nilai yang dianutnya. Dalam perspektif pola pikir dan sistem nilai inilah ada baiknya direnungkan kembali tentang pentingnya membangun pola pikir dan sistem nilai di masyarakat kita.
Pemikiran Howard Gardner (Five Minds For The Future, 2006) menarik untuk disimak. Ada lima level pola pikir yang ada di tengah-tengah masyarakat.
[/quote]
Quote:
Pertama, disciplined mind, pola pikir yang berbasis pada satu disiplin keilmuan, tanpa mau tahu ada atau tidak pola pikir lain atau perkembangan lain diluar dirinya. Pola pikir semacam ini sangat rigid, sehingga dalam kehidupan yang majemuk seperti di masyarakat kita, mengandalkan dan membangun pola pikir semacam ini bukanlah pilihan tepat.
|
Quote:
Kedua, synthesizing mind, pola pikir yang dikembangkan dengan cara mengkombinasikan beragam disiplin keilmuan, sehingga lebih komprehensif dan memiliki beragam sudut pandang dalam melihat permasalahan. Tetapi tetap berpijak pada frame disiplin keilmuan yang ada. Sudah barang tentu pola pikir kedua ini sedikit lebih baik ketimbang pola pikir pertama di tengah kemajemukan masyarakat kita. Tapi mengandalkan dan mengembangkan synthesizing mind saja belumlah cukup.
|
Quote:
Ketiga, creating mind. Pola pikir di level ini setingkat lebih tinggi dibanding dengan synthesizing mind. Pola pikir ini tidak hanya mampu mengkombinasikan terhadap disiplin keilmuan yang ada, tetapi mampu berpikir di luar 'kotak' disiplin keilmuan yang telah ada. Dengan ide-ide kreatifnya, pola pikir ini mampu memberikan sesuatu yang segar dan baru untuk memecahkan stagnasi yang menjemukan. Konsekuensinya akan menghasilkan keanekaragaman (deversity) produk pemikiran yang bisa jadi memiliki potensi terjadinya benturan (clash) antar produk pemikiran tersebut yang justru menimbulkan masalah baru.
|
Quote:
Keempat, respectful mind. Pola pikir ini dikembangkan atas dasar fakta adanya keanekaragaman dalam kehidupan. Menghormati (respectful mind) menjadi salah satu syarat wajib dalam kemajemukan baik yang sifatnya alami (given) maupun yang dihasilkan akibat kreasi manusia. Dengan saling menghormati dan menghargai akan adanya kemajemukan, keharmonisan dalam kemajemukan dapat dikembangkan. Tentunya, saling menghormati dan menghargai itu memiliki keambangbatasan, karena setiap orang atau masyarakat memiliki batas kemampuan untuk menerima akan adanya perbedaan dan keanekaragaman atau yang sering disebut dengan toleransi.
Intinya, toleransi itu ada batasnya. Dari sinilah, tentang pentingnya dikembangkan pola pikir kelima yaitu ethical mind. Pola pikir yang lebih mempertimbangkan nilai-nilai etika, kepantasan dan kepatutan. Bukan berarti seseorang yang dengan kemampuan kreasinya bebas mengeluarkan produk pemikirannya dan orang lain diminta untuk menghargai dan menghormatinya. Tidaklah demikian. Kreatifitas tetap harus didorong dan dihargai, tetapi bersamaan dengan itu juga harus memperhatikan dimensi etika, kepatutan dan kepantasan yang berlaku di masyarakat. Bukan kreatifitas di 'ruang hampa'.
|
[quote]
Pola pikir kelima inilah sesungguhnya yang cocok untuk menuju keharmonisan di tengah kemajemukan masyarakat kita yang kini ditambah dengan hiruk-pikuk berbagai persoalan. Pola pikir ini merupakan level tertinggi, karena sesungguhnya upaya saling harga-menghargai dan hormat-menghormati belumlah cukup, mengingat upaya menghargai dan menghormati sesungguhnya juga punya batasan. Pada titik inilah upaya dalam mengembangkan dan menggunakan ethical mind menjadi kata kuncinya.
</div>
|