for
Ki Hajar Dewantara:
http://s.kaskus.id/images/1013882_20120503040535.jpg
Kita ini senang mengunggul-ungguli simbol tapi gagap pada substansi, Ki Hadjar Dewantoro diagung-agungken jadi Bapak Pendidikan, tapi Taman Siswa sendiri hidup tak mau matipun enggan, Taman Siswa seperti sekolah rakyat yang tak tersentuh, jauh dari sekolah para dewa, sekolah internasional dan sekolah negeri yang beracuan pada pendidikan barat.
Bapak Pendidikan secara realistis harus diberikan kepada Daendels, sebab dia-lah penguasa di Nusantara pertama yang menciptakan sistem sekolah rakyat. Pada bulan Juni 1810, di Cirebon Daendels melihat bahwa rakyat sama sekali tak dapat pendidikan aksara, tak mendapat pendidikan mengenal lingkungannya. Lalu ia berbicara dengan Pangeran Cirebon untuk segera dibentuk �Sekolah Ronggeng�. Pada dasarnya sekolah ronggeng adalah sekolah pertama kali yang memadukan sistem pendidikan barat dengan sistem pendidikan timur dimana siswa didik dikenalkan pada lingkungannya dengan melek huruf, disini berarti ada pertemuan antara ketercerahan jiwa dengan ketercerahan intelektual.
Daendels terobsesi dengan pemikiran Descartes yang ingin mengenalkan ilmu pengetahuan kepada banyak orang - di masa lalu Descartes menjebol buku-buku berbahasa latin ke bahasa Perancis yang juga berarti bahasa rakyat banyak, apa yang dilakukan Descartes berlawanan dengan sakralitas ilmu pengetahuan di Eropa pada masanya, tapi Descartes menjawab �Ilmu pengetahuan bukanlah barang suci, ia sekedar informasi dan setiap orang berhak atas informasi yang disampaikan ilmu pengetahuan-. ,
Memang ada kesan congkak dalam pemimpin cabutan Napoleon Bonaparte ini, tapi tugas utama Daendels di Jawa yang membangun benteng pertahanan melawan Inggris, juga ia lakukan dengan membangun skema pendidikan dalam tahapan paling dasarnya.
Pada tahun 1811 di Batavia, Daendels melihat begitu banyak kematian bayi-bayi, dan tidak adanya perawatan kesehatan. Daendels memerintahkan dibentuknya sekolah bidan. �Sekolah Bidan� Daendels bisa dikatakan sebagai sekolah kedokteran tahap pertama sebelum adanya sistem pendidikan yang sistematis pada masa-masa selanjutnya.
Daendels mencatat semua persoalan-persoalan penduduk pribumi dalam sebuah arsip, namun manifestasi persoalan penduduk pribumi. Setelah era Daendels datanglah era Raffles dimasan Sir Thomas Stamford Raffles, tidak diperhatikan pendidikan rakyat, Raffles tergila-gila pada ilmu pengetahuan, ia tak peduli dengan pembagian informasi ilmu pengetahuan, Raffles malah membangun perpustakaannya sendiri, kemudian setelah kematiannya di Singapura perpustakaannya jadi sumber penyumbang terbesar bagi perkembangan ilmu sejarah, sosiologi dan arkeologi Asia Tenggara ke Perpustakaan London, salah satu yang menikmati hasil kerja keras Raffles adalah Karl Marx dan Marx sendiri khusus menyebutkan Raffles ke dalam salah satu karya terbesarnya �Das Kapital�. Namun kerja Raffles sama sekali tak menyentuh akar-akar pendidikan rakyat. Begitu juga Gubernur-Gubernur Jenderal selanjutnya seperti Van den Bosch yang lebih terobsesi mengembalikan biaya-biaya perang Diponegoro dengan kerja rodi di banyak perkebunan.
Bila Daendels bisa dikatakan Bapak Pendidikan di Nusantara, maka Van Heutz bisa dikatakan Bapak Pembuka Sistem Pendidikan. Van Heutz adalah Gubernur Jenderal terbesar pada masa Hindia Belanda, dimasa dia-lah seluruh Nusantara dijadikan satu jaringan sistem pemerintahan yang tertib dan teratur. Setelah pidato-nya yang terkenal di Lapangan Banteng 10 Mei 1907 terntang kesempurnaan geopolitik di wilayah Hindia Belanda, setelah pidato itu ia mengumpulkan seluruh penggede Hindia Belanda dan akan melakukan politik pendidikan rakyat, disini Van Heutz membentuk sistem sekolah desa, sebagai alat pencerdasan rakyat dan memberantas buta huruf, rakyat harus dikenalkan pada dunia baca dan dunia tulis sehingga pikirannya berkembang. -Dimasa Van Heutz pula dibicarakan tentang gagasan sekolah peralihan (Schakel School). Disini Van Heutz menerapkan dasar-dasar pedagogi yang secara sistematis mengenalkan dunia aksara dan dunia hitung lewat sistem yang lebih teratur, Van Heutz juga membaca arsip-arsip yang dilaporkan pada masa Daendels, dan keinginan Daendels membangun sistem pendidikan modern di Jawa sebagai uji coba sistem pendidikan bagi anak pribumi, Van Heutz juga membaca laporan-laporan tentang perkembangan politik di Parlemen Belanda yang menuntut adanya sistem pendidikan teratur di Hindia Belanda, Parlemen Belanda yang pada waktu itu dikuasai dua kelompok besar : Sosialis dan Liberal menuntut dengan satu suara �Hidupkan Sistem Pendidikan Pribumi�.