View Single Post
  #2  
Old 20th July 2011
Reporter's Avatar
Reporter Reporter is offline
Ceriwiser
 
Join Date: May 2010
Posts: 972
Rep Power: 17
Reporter memiliki kawan yg banyakReporter memiliki kawan yg banyakReporter memiliki kawan yg banyak
Default Rebutan Wilayah & Tak Percaya Aparat, Tawuran Jadi Kebiasaan

Jakarta - Beberapa pekan terakhir, tawuran marak di Jakarta. Bahkan dalam sehari tawuran bisa terjadi lebih dari sekali. Perebutan wilayah ditambah dengan ketidakpercayaan pada aparat keamanan ditengarai membuat tawuran menjadi habitus alias kebiasaan.

"Tawuran yang terjadi di kota-kota besar saya kira problem akar persoalannya karena kontestasi ruang yang yang semakin tajam. Ini dikarenakan ruang-ruang publik semakin tergerus dimakan kapitalisme, industri, mal, termasuk juga industri transportasi," kata sosiolog Robertus Robert dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (20/7/2011).

Akibat tergerusnya ruang publik, ruang warga semakin sempit dalam arti geografis serta sosial-ekonomi dan kebudayaan. Karena sempitnya ruang gerak, jika ada gesekkan sedikit, bisa memicu kemarahan orang-orang yang berada dalam kelompok yang sama.

"Selain itu, ada politik identitas. Jadi setiap kelompok, bahkan kelompok kecil sekalipun, ingin dikenal sebagai kelompok yang ingin dikenal. Karena ingin dikenal kelompok lainnya, ingin citra kelompoknya baik karena jadi pemenang, maka melahirkan tawuran," papar Robertus.

Hal ini ditambah negara melalui aparat keamanannya tidak berdaya. Bahkan ada indikasi masyarakat tidak percaya lagi pada aparat keamanan negara. Itu sembua memuat tawuran menjadi habitus atau kebiasaan.

"Karena kemudian menjadi habitus maka ketika ketemu kelompok lain yang berbeda, enak diajak ribut. Ketemu kampung beda, maunya ribut," imbuh akademisi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini.

Untuk mengatasi masalah tawuran yang demikian marak, maka akar ekonomi perlu dibereskan. Artinya kesempatan bekerja perlu lebih dibuka lagi. Selain itu, ekspresi kebudayaan harus lebih dibuka dan ditata.

"Perlu perubahan kebijakan distribuisi keadilan di kita, perlu politik kebudayaan yang lebih aktif. Akarnya harus ketemu. Jangan hanya menyelesaikan tawuran, tapi harus akar tawurannya," pesan Robertus.

sumber
Reply With Quote