Spoiler for for 2:
Diantara syarat bercinta dalam Islam ialah mencari tempat yang nyaman dan merahasiakan apa yang terjadi pada saat bercinta, baik istri maupun suami, tidak diperkenankan menceritakan 'geliat' percintaan yang dilakukannya kepada orang lain. Dalam sebuah hadis riwayat Abu Said Khudri, ia menuturkan, Rasulullah SAW bersabda: Selazimnya bagi kaum lelaki diantara kalian yang hendak memenuhi hajat biologisnya, mencari tempat yang nayaman, jauh dari hiruk pikuk keluarganya, dan menutup pintu rapat-rapat, serta mengenakan sehelai kain, barulah bercinta (bersetubuh). Kemudian apabila telah selesai bercinta, hendaknya tidak menceritakan hubungan badannya kepada orang lain. Selazimnya bagi kaum wanita diantara kalian, yang hendak memenuhi hajat biologis, mencari tempat yang nyaman, menutup pintu rapat-rapat, dan mengenakan sehelai kain untuk menutup tubuhnya. Dan jika selesai memuaskan dahaga cinta, hendaknya tidak menceritakan hubungan intimnya kepada yang lain. Salah seorang wanita berujar: Demi Allah, wahai utusan Allah, kebanyakan daripada kaum wanita menceritakan apa yang mereka alami saat senggama kepada yang lain, serta jamak melakukan percintaan di tempat terbuka. Rasulullah SAW berkata tegas. Janganlah kalian melakukan hal seperti itu - menceritakan sesuatu saat senggama dan bersetubuh di tempat terbuka, serta bertelanjang bulat. Sebab perbuatan seperti itu, sama persisnya dengan perbuatan setan pria bertemu dengan setan wanita di tengah jalan, lalu bersetubuh di tempat terbuka, setelah setan pria selesai melampiaskan dahaga seksnya, lantas meninggalkan si wanita begitu saja. Rasulullah SAW juga meyerukan untuk mengenakan kain saat bercinta, sebagaimana sabdanya: Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla adalah maha lembut, maha malu, maha menutup diri. Dia mencintai rasa malu dan menutup aurat. Menutup aurat, tidak saja dalam 'laku' kehidupan di ruang publik, tetapi juga saat bercinta.
Spoiler for for 5:
Tidak Telanjang Bulat. Rasulullah SAW menyuruh setiap Muslim yang bercinta untuk menutup tubuh mereka dengan sehelai kain, dan tidak melakukan senggama dengan telanjang bulat. Sebab, setiap manusia selalu diiringi oleh malaikat, yang tidak pernah berpisah sekejappun. Maka tatkala orang seorang bersenggama dengan telanjang bulat, malaikat Allah akan malu melihatnya. Karenanya, Rasulullah SAW menyuruh umatnya untuk menutup tubuh saat bercinta. Rasulullah SAW bersabda: Janganlah kalian bertelanjang, maka sesungguhnya bersama kalian adalah para malaikat yang tidak pernah berpisah dengan kalian, kecuali ketika kalian berada di kamar mandi, serta sewaktu para lelaki menggauli isteri mereka. Oleh sebab itu, malulah kalian kepada mereka (malaikat) dan hormatilah mereka. (HR Turmudzi). Rasulullah SAW menyuruh kita mengenakan sehelai kain saat bercinta, agar ibadah nikmat kita dicatat sebagai kebaikan dan beroleh ridha Allah Azza wa Jalla, serta membuahkan anak turun yang saleh dan salehah.
Spoiler for for 8:
Bercinta Sesuai Aturan Syariat. Salah satu tujuan making love (bercinta) adalah untuk melahirkan keturunan. Dan proses kelahiran hanya terjadi manakala terjadi pembuahan sperma laki-laki dan perempuan dalam rahim. Karenanya, bercinta harus dilakukan dengan cara yang benar, yatitu melalui tempat yang semustinya, bukan melalui anus (dubur) maupun lisan (oral sex) - sebagaimana yang jamak dilakukan orang-orang yang memiliki kelainan seksual, serta orang yang tidak paham niali-nilai agama. Lain daripada itu, bersenggama tidak sesuai aturan sama halnya menafikan kehormatan wanita yang disetubuhinya. Dan cara seperti itu mustahil bisa melahirkan keturunan. Ajaran Islam memberi syarat, bahwa senggama harus ditempatkan pada tempat yang semustinya, yaitu vagina wanita, bukan melalui anus (dubur) atau mulut wanita (seks oral). Sebab percintaan yang dilampiaskan pada tempat selain vagina, mustahil dapat membuahkan keturunan. Oleh sebab itu, Allah Azza wa Jalla berfirman: Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki (QS. al-Baqarah/2: 223).
Spoiler for for Etika Sesudah Bercinta::
Ketika seseorang selesai bersenggama, ia dalam kondisi berhadas besar, sehingga diwajibkan baginya mandi jinabah. Dalam sebuah hadis riwayat Aisyah Ra, disebutkan, Aisyah Ra menuturkan: Usai bercinta, aku sering mandi bareng dengan Rasulullah SAW, dalam satu tempat mandi. Antara tanganku dan tangannya saling bergantian mengambil air. Tetapi, Rasulullah SAW sering mendahului diriku (lebih cepat) dalam mengambil air, sampai-sampai aku berujar, 'Sisakan untukku, sisakan untukku' (HR Bukhari dan Muslim). Ajaran tersebut juga ditegaskan firman-Nya, ...Dan jika kami junub maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS al-Maidah / 5: 6)
|