View Single Post
  #1  
Old 27th May 2012
tahugejrot's Avatar
tahugejrot tahugejrot is offline
Ceriwis Lover
 
Join Date: May 2012
Posts: 1,997
Rep Power: 16
tahugejrot mempunyai hidup yang Normal
Default Humor ala Bung Karno

Cerita ini diambil dari cerita Guntur putra sulung Bung Karno, juga H. Mangil Martowidjojo, mantan Komandan Detasemen Kawal Pribadi.



Dari semua buku perihal mantan Presiden Soekarno (Blitar 6 Juni 1901 - Jakarta 21 Juni 1970), mungkin buku Guntur Soekarno ini paling unik dan menarik. Buku kecil Bung Karno Bapakku-Kawanku-Guruku, tulisan putera sulungnya, meski bertutur ringan, anekdotik dan berbahasa populer, buku ini ternyata mampu menguak lebih jauh sisi kehidupan Bung Karno sebagai manusia, lelaki, pemimpin dan kepala keluarga. Juga Soekarno sebagai orang biasa dengan kehidupan yang biasa-biasa, namun "luar biasa", seperti ulasan ini.



Tidak banyak masyarakat yang tahu kegiatan pribadi seorang presiden. Demikian pula dengan kebiasaan sehari-hari Bung Karno (BK) semasa hidupnya, baik di dalam maupun di luar istana. Pribadinya yang sederhana dan akrab tapi lugas semakin tampak ketika H. Mangil Martowidjojo, mantan Komandan Detasemen Kawal Pribadi, menuangkan pengalaman dan pengamatannya dalam buku Kesaksian tentang Bung Karno 1945 - 1967 seperti disarikan berikut ini.








[/spoiler]
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Kentuti PBB:




Dis, gimana kabarnya Istana? ... Ada hindul-hindul yang nyeludup masuk nggak?

+ Kayaknya sih nggak; pada ngeri kali ... gara-gara Mas labrak si Deweh (Deweh maksudnga Dewi) ... Eh, Gun tapinya ya, aku sekarang ini di Istana agak curiga sama satu orang deh ... Aku takut, jangan-jangan Bapak naksir nantinya kan hindul-hindul markindul bisa jadi nambah ...



Siapa yang tahu kalau Megawati Soekarnoputri, ternyata bernama panggilan Gadis atau Adis. Ibu Fatmawati sebagai first lady dan ibu lima anak, masih sering berkata-kata dengan dialek bahasa Melayu Bengkulu. Guntur yang dipanggil "Gun" sama Mega, atau bernama akrab Mas Tok, ternyata dipanggil "Jang� alias Bujang oleh sang bunda. Uniknya, keluarga Soekarno ini ada kata sandi khusus untuk "buang air besar", yakni "o-ok".



Kalau "hindul-hindul markindul", merupakan kata sandi untuk isteri muda Soekarno, terutama gelar untuk Deweh alias Ratna Dewi gang hindul markindul asal Jepangnya Bung Karno. Hampir tiap peristiwa, Guntur berupaya mengenang kembali ingatannya, terutama masalah kutipan langsung pembicaraan sang bapak. Sebagai pemimpin besar bangsa Indonesia, Bung Karno terbaca amat piawai berkomunikasi dalam berbagai bahasa asing, juga berbahasa daerah. Selain berbahasa. Jawa, Soekarno senang memakai bahasa Sunda untuk berbicara dan mendamprat staf rumah tangga istana.

Misalnya dalam tulisan "Saro�i The Great", ada kata-kata Bung Karno kepada Saro�i - pengemudi keluarga Soekarno: "Nya! Geus dimaafkeun, umpama keur ngajar Guntur nubruk taneman Bapak jeung tembok istana make mobil! (Ya, sudah dimaafkan, misalnya waktu mengajar Guntur nabrak tanaman Bapak dan tembok istana)".



Kentuti PBB

Bung Kurno yang berhobi berat makan durian, tapi tak suka makan petai dan jengkol, karena kalau "ki'ih" (kencing-red) akan berbau. Namun Ir. Soekarno suka lugu klasik Italia. Khususnya kalau beranjangsana ke Italia, Soekarno selaku kepala negara RI tak segan ikut mementang suaranya melagukan "0 Sole Mio", bersama pelayan hotel. Sampai-sampai Guntur pun menjuluki bapaknya The Great Caruso.



Sebagai putra sulung, Guntur rupanya paling banyak sering mendapat kesempatan belajar langsung dari ayahnya. Apalagi selewatnya masa akil baliknya Guntur, si anak pertama ini tak cuma diindoktrinasikan soal paham negara RI yang anti barat sama neokolonialisme dan imperialisme, tapi juga soal "isme-isme" lainnya, termasuk wanita cantik.



Misalnya sekali waktu, Bung Karno berdiskusi soal wanita canfik di obyek lukisannya:

+ ... perhatikan sorot matanya ... belum lagi bentuk hidung dan bibirnya ... apa pernah lihat bentuk yang secantik ini ... potongannya bagaimana? Ini ia punya bentuk tubuh maksudku ... Ini figur puteri Solo asli! Pernah punya pacar orang Solo? ... Kalau mau cari pacar orang Solo, figurnya harus seperti ini ... baru namanya cantik ...

Memangnya dia siapa sih Pak?



+ Ho, ho rahasia ... Pendek kata cantik tidak? ... boleh bandingkan dengan pacar-pacarmu, kalau memang kau punya!



Si Mas Tok ini, menuturkan pula bagaimana dirinya tak jarang menjadi sekretaris istimewa, atau pelayannya perpustakaan kepresidenan. terutama di saat Soekarno sedang mepersiapkan pidato kenegaraannya. Sang Bapak selalu memanggil Mas Tok, seraya menyebut nama penulis atau judul buku, hingga Guntur harus pontang-panting menyiapkan buku referensi bagi bapak tercintanya.



Meja makan merupakan arena paling akrab untuk keluarga besar Soekarno. Seusai makan, keluarga presiden ini biasanya melahap bebuahan segar dan manis, terufama di musim rambutan dan durian. Untuk buah berduri ini, Guntur mengisahkan betapa bapaknya pernah mengajarkan teori memilih durian.



+ .Jadi Bapak ulangi! Satu! ... periksa tangkainya. Dua! ... lihat duri-durinya. Tiga! ... cium baunya dari sebelah pantat. Kalau ketiga-tiganya baik itu tandanya durennya jempolan! Nanti kau bisa buktikan setelah duren-durennya ini Bapak pilih ferlebih dahuiu ...



Yaaa Pak! Kok durennya bosooookk! Duiiillaaahhl Gimana sih Bapak milihnya?

+ Ndak tahulah! Sekali ini Bapak meleset pilih duren! Uh ... ini duren mungkin jenis baru ... Emangnga jenis apa Pak?



+ .Jenis duren ... kontra revolusi!



Tampak sekali, Presiden pertama RI yang di dunia internasional disegani, karena sikap dan ucapannya yang keras soal kolonialisme dan imperialisme, serta dinilai sebagai pemimpin besar yang gandrung akan persatuan dan kesatuan, serta getol menanamkan sikap patriotisme dan nasionalisme bagi rakyatnya.



Guntur sebagai "sparring partner" Bung Karno, tentu tak lepas dari persoalan beginian. Meski di hadapan anaknya, Soekarno memiliki cara dan gaya diskusi tersendiri. Tak jarang Bung Karno meledakkan emosinya, sambil melampiaskan juga perasaannya yang tak mungkin diumbar di muka umum. Sekali waktu (dalam judul "Penyelundup Senjata"), Bung Karno mengisahkan kepada Guntur, soal peranan RI dalam membantu kemerdekaan Aljazair, seusai acara makan duren.



+ Eh aku mau kasih tahu, kalau hari Sabtu jangan makan duren. Dus malam Minggu; pasti pacarmu nggak mau kau cium, karena kau bau duren ... ngerti?!



Kok Bapak kelihatannya seneng bener? Ada apa sih?



Lalu Soekarno menuturkan peranan RI, sambil menyebut berita ini "top secret" kelas A. Katanya, RI bukan cuma memberi dukungan diplomatik terhadap Aljazair, malah pernah membantu dengan mengelundupkan senapan.



Kalau waktu itu misalnya ketahuan gimana Pak? Dunia kan geger?



+ Ya biar saja geger, aku ndak rewes (ndak rewes = ndak peduli) ... Aku tidak feeerduliii! Buat Bapak kalau urusan membantu kemerdekaan satu bangsa, hanya satu yang bisa melarang ... Tuhan! Lain tidak! Tahu kau! (Bapak melotot kepadaku sambil memukul-mukul meja dengan tinjunya) ... Ayoooo ... mau apa! PBB mau kutak-kutik? Mau tahu akan aku apakan PBB? Tahu ndaaakk?! ... PBB Bapak akan beginikan ....



Tiba-tiba dari bawah meja terdengar suara ... duuuut ... duuut ... breeettt! Hiih! ... Bapak kentut ya!



+ Ya! ... aku akan kentuti PBB kalau mereka berani turut campur urusan orang rnerebut kemerdekaan!!










[spoiler=open this] for Kencing Sembarangan:




Beberapa pengalaman Guntur dari Istana Kepresidenan, amatlah menarik dan mengundang senyum. Bung Karno di saatnya jaya, selain dianggap banyak pihak sebagai "super hero", juga disegani seabgai macan podium. Dari beberapa kisah Guntur, Soekarno tergambar sebagai Bapak-Kawan-Guru, dan Soekarno sebagai manusia penuh gairah, malah kadang-kadang juga berakal nakal.



Suatu saat Bung Karno keasyikan mengorek kuku kakinya, hingga ujung jarinya terkelupas dan berdarah. Lukanya dianggap tak serius, dibiarkan saja tanpa pengobatan. Beberapa hari kemudian, luka lecet itu terasa �senut- senut� infeksi. Makin lama makin bengkak, akibatnyu Bung Karno sulit berjalan normal. Langkahnya harus berjingkat-jingkat.



Yang pasti pada saat itu tidak seorang pun berani tertawa. Termasuk Guntur

Pak jalannya kenapa pincang?

+ Jempolnya bengkak ... Bapak ingin segera sembuh. kau tahu empat hari lagi, aku harus terima surat kepercayaan duta besar asing!



Pada suatu sore ... Pak Adung menemui aku.

+ Mas, Pak Adung mau pinjam gunting, ada? Buat bikin lobang !

Mangga wae (silahkan saja) ... buat apa sih Pak Adung?

+ Buat ngebolongin karet ... Bapak yang suruh.

Karet buat apa?

+ Eh ... itu Mas, sepatu tenis.

Waktu saat penerimaan Dubes akan dimulai, aku mengintip dari kamar untuk melihat Bapak memakai sepatu kepresidennya .... keluarlah Presiden R.I. dengan gagah dan tegapnya mengenakan kopiah hitam yang khas, jas pantalon kebesaran plus sederetan tanda-tanda jasa ... tidak ketinggalan stock komando kepresidenan ... dan yang paling bawah .... sepatu tenis yang salah satu ujungnya bolong di mana tersembul ibu jari Bapak yang dibalut perban!



Tuturan Guntur soal bapaknya, makin terasa intim dan di luar dugaan umum. Sebab sosok Presiden Soekarno itu kharismatik sebagai proklamator dan �founding father�-nya bangsa Indonesia, ternyata dalam kehidupan biasanya sering terjadi hal-hal biasa, namun luar biasa bagi orang biasa. Sebagai contoh, siapa menduga, kalau Bung Karno yang perlente, tahu etiket dan terbiasa bergaul di kalangan atas, ternyata berperilaku macam orang kebanyakan.













Reply With Quote