Warna-warni Festival Musim Panas di Jepang
Sepanjang tahun di Jepang dipenuhi dengan festival-festival yang menarik. Kita tentu telah sangat akrab dengan banyaknya hari libur di Indonesia. Di Jepang kita akan menjumpai jumlah hari libur yang kurang lebih sama banyaknya. Sebagian besar hari libur itu adalah untuk memperingati festival yang secara rutin digelar tiap tahun secara turun temurun, yang slah satunya adalah festival musim panas. Sebuah perpaduan yang sangat indah antara masa lampau dengan masa kini, manakala melihat rombongan gadis berkimono melenggang di tengah rimbunan gedung pencakar langit, dan ribuan orang berjas rapi di kawasan kota Tokyo.
Spoiler for hanabi:
Perayaan khas di musim panas, bermula dari zaman Edo (1600-1868). Merupakan pesta kembang api yang diadakan di seluruh wilayah Jepang pada pertengahan bulan Agustus. Selain itu, ada juga permainan-permainan seru seperti menangkap ikan mas koki menggunakan kawat berlapis kertas tipis, dan banyak kedai-kedai yang menjual berbagai macam makanan seperti permen apel, manisan, dan lain-lain.
Di sekitar tempat dimana berlangsung pesta kembang api terdapat berbagai kios-kios hiburan yang menyediakan makanan, minuman, permainan anak tersebut. Mereka datang bersama keluarga, sebagian ada yang mengenakan yukata (kimono dari katun, sederhana) sambil membawa kipas kertas pengusir udara panas di musim panas.
Festival ini selalu dilakukan di lapangan luas dekat sungai dan tanpa dipungut bayaran, dengan maksud untuk melepaskan segala lelah di musim panas, dengan melihat keindahan berbagai macam bentuk kembang api di malam hari. Para penonton datang dari berbagai tempat. Untuk mendapatkan posisi tempat duduk 'lesehan' yang strategis, beberapa orang rela berdatangan beberapa jam sebelum acara di mulai ke tempat tersebut.
Para penonton berdatangan secara berkelompok bersama keluarga, rekan kerja atau berpasangan. Mereka sengaja membawa tikar plastik sebagai alas duduk dan bekal yang akan dinikmati sambil menyaksikan indahnya kembang api yang ditampilkan di malam itu.
Spoiler for O-Bon:
Merupakan peristiwa keagamaan Budhis dimana setiap keluarga di Jepang menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut datangnya arwah para leluhur yang tinggal untuk beberapa hari lamanya di rumah mereka. Sejumlah penerangan api yang dipasang di sekitar rumah merupakan sambutan selamat datang. Selama masa O-bon, keluarga meletakkan sesajen buah-buahan dll, di meja sajen. Di beberapa daerah juga, dilakukan tarian massal O-bon dengan iringan sejumlah instrumen musik tradisional seperti tambur taiko, sruling, dll dengan irama yang dinamis. Sebagai penutup perayaan, dilakukan pelarungan lentera-lentera kecil berwarna-warni di sungai terdekat secara beramai-ramai.
Acara ritual yang biasa dilakukan saat festival Obon adalah melakukan tarian yang disebut Obon Odori (ancentour's soul folk dance), pada malam hari. Mereka percaya bahwa saat melakukan tarian sang arwah pun turut bergembira menari bersama.
Tua, muda, anak-anak, laki, perempuan dengan memakai yukata (summer kimono)pada malam itu berkumpul bersama di suatu lapangan luas, membentuk lingkaran besar, bergembira menarikan Obon Odori. Music pengiring obon odori (tarian arwah) biasanya diletakan di dalam lingkaran tersebut, yang disebut Yagura (standing stage) yaitu berupa tabuh gendang.
Selain tarian Obon Odori, mereka pun biasanya membuat Toro Nagashi (floating paper lantern), yaitu lentera yang didalamnya diberi lilin menyala. Lentera ini kemudian dialirkan ke sungai atau digantungkan di depan kuil, untuk mengantar para arwah pulang ke makamnya masing-masing (Ohaka = family tomb).
Spoiler for awa odori:
Tari Awa (???? ,Awa Odori?) adalah tari asal Provinsi Awa (Prefektur Tokushima), Jepang yang ditarikan secara beramai-ramai di berbagai kota dan desa di Prefektur Tokushima untuk menyambut perayaan Obon. Setiap tahun tanggal 12-15 Agustus, tari Awa dilangsungkan di tengah kota Tokushima.
Penari Awa menari dalam kelompok-kelompok yang disebut ren sambil berpawai di jalan-jalan. Satu kelompok penari bisa terdiri dari lusinan penari. Tari Awa adalah sejenis Bon Odori. Penari wanita menari dengan posisi tubuh tegak dan tangan yang digerak-gerakkan di atas kepala. Pria menari dengan pinggul direndahkan, serta gerakan tangan dan kaki yang dinamis.
Musik pengiring menggunakan alat musik yang terdiri dari shamisen, perkusi (taiko dan tsuzumi), genta (kane), dan flute (yokobue). Lagu yang dimainkan adalah lagu populer dari zaman Edo yang berjudul "Yoshikono". Liriknya berupa ajakan kepada penonton untuk turut menari, "Erai yatcha, erai yatcha, yoi yoi yoi yoi, odoru aho ni miru aho, onaji aho nara odorana son son." Lagu "Yoshikono" hanya digunakan untuk mengiringi kelompok tari Awa yang terkenal, sedangkan kelompok tari Awa yang lain menari dengan diiringi seruan "Yatto sa Yatto saa".
Merupakan bagian dari perayaan O-bon dalam rangka menyambut dan mengantarkan kembali arwah para leluhur. Tarian massal ini konon dimulai lebih dari 400tahun yang lalu, dan dewasa ini diikuti oleh ratusan ribu peserta yang menari berirama dengan iringan alat music tradisional shamisen, tambur, seruling, dan lonceng. Biasanya ada pembimbing tari yang memimpin agar para peserta dapat menari secara sinkron.
Spoiler for tenjin matsuri:
Tenjin Matsuri (24-25 Juli) di Osaka
Merupakan salah satu festival besar dan terkenal di Jepang, dimulai sekitar tahun 1000. Ribuan orang berarakan menggotong kuil-kuil kecil o-mikoshi dari kuil Temmangu ke Jembatan Tenjin, kemudian naik perahu-perahu hias dan selanjutnya dilakukan pesta kembang api.
Spoiler for hari ke-1:

Flower Girls (Hanamusume)

Portable Shrine (Mikoshi)

Danjiri

Blessing

Lion Dance (Shishimai)

Procession (Ujichi-junkou)
Spoiler for hari ke-2:

Taiko - Naka

Sarutahiko

Umbrella Dance (Kasa-odori)

Ootori Mikoshi
----------------------------------------------------------------------------------
Kalau repost mohon dimaafkan /sry...
|