Quote:
Originally Posted by
C. Tsubasa
Ya, saya hanya menulis untuk mengajak umat kita supaya tidak terlalu terikat dengan budaya yang tidak jelas maknanya. Jadi, usaha saya cuma melalui berbagai tulisan.
Terus menggali ajaran rohani dalam Bhagavad Gita supaya tidak terikat keduniawian. Tapi saya menyadari bahwa saya masih jauh dari kualitas rohani.
Wah, saya tidak punya kenalan Pedanda Pak, jadi tidak ada tempat untuk bertanya. Saya juga malu berbicara dengan Pedanda karena tidak bisa Bhs. Bali halus.
Sebenarnya di dalam Veda sendiri sudah ada standar bonafit. Yaitu melalui garis perguruan kerohanian yang telah ada secara turun-temurun. Tidak mesti memiliki siddhi (kekuatan batin), yang penting telah mampu memahami dan menjelaskan kerohanian atau ajaran Ketuhanan.
Sistem ini disebut sistem Sampradaya, dan cara belajarnya disebut Upanisad yaitu duduk dekat kaki guru.
melalui tulisan atau dengan dharmawacana, semuanya bagus, sepanjang niatnya baik untuk tujuan perbaikan /peningkatan pemahaman umat tentang ketuhanan menurut ajaran weda.
menyinggung Bhagavadgita. menurut saudara, apa dan kenapa, Vyasa menulis BG. dengan 700 sloka dan dijadikan 18 bab ?
makna apa yang ingin dia sampaikan kepada pembacanya ?
astra = rahasia......ada tiga simbol rahasia didalam diri manusia, yaitu : Rah, Ung , Phat. tiga rahasia ini adalah kunci dari keberhasilan manusia dalam menjalani hidup, kalau dia berhasil memecahkan kuncinya.
kalimat kedua, adalah permohonan agar atma (jiwa pribadi) menjadi suci, dan kalimat ketiga, permohonan agar menjadi sempurna lahir dan bathin,
kalimat keempat , mengandung permohonan, semoga dengan kesempurnaan, Rah Ung Phat berubah menjadi Hum phat, dan selanjutnya menjadi satu aksara yaitu Om (omkara).
biasanya, orang biasa, dilarang oleh pedande atau pinandita, mengucapkan mantra ini.
sekarang ini, televisi sudah bisa dianggap sebagai sebuah sampradaya. permasalahannya adalah, belum ada orang yang benar2 menguasai hakekat dari ajaran weda, sehingga yang mereka sampaikan adalah hanya kulit2 nya saja, dan selalu berkutat pada masalah sesaji, upakara dan upacara.
kalau terus begini, kapan umat hindu naik derajatnya dimata Tuhan ?