View Single Post
  #1  
Old 7th January 2011
reputation's Avatar
reputation reputation is offline
Member Aktif
 
Join Date: Nov 2010
Posts: 227
Rep Power: 0
reputation is Ceriwis Prophetreputation is Ceriwis Prophetreputation is Ceriwis Prophetreputation is Ceriwis Prophetreputation is Ceriwis Prophetreputation is Ceriwis Prophetreputation is Ceriwis Prophetreputation is Ceriwis Prophetreputation is Ceriwis Prophetreputation is Ceriwis Prophetreputation is Ceriwis Prophet
Default ...PPP harus Ubah Struktur Politik...



MAKASSAR--MICOM:

Quote:
Pengamat politik Universitas Hasanuddin, Makassar Argam Azikin menyatakan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) perlu mengubah struktur politiknya jika ingin lebih diperhitungkan.

Berbicara dalam diskusi PPP Mendengar yang digelar menjelang Muswil VI PPP Sulawesi Selatan di Makassar, Kamis (6/1) Argam mengatakan struktur politik PPP yang cenderung stagnan melemahkan posisi tawar partai itu. Menurutnya, struktur politik PPP harus lebih terbuka sehingga bisa memperluas segmen pemilih dan simpatisan. "Dari orde baru ke era reformasi, partai ini tidak melakukan perluasan segmentasi simpatisan," katanya.

Ketidakterbukaan struktur politik PPP, menurutnya, bisa dilihat pada penggarapan komunitas perempuan pemilih dan pemanfaatan kader partai Islam yang terlibat konflik internal partai. Ia menjelaskan, perempuan pemilih di Makassar mencapai 50 persen dari sekitar satu juta pemilih tetap. Jika PPP mampu menggarap 5-10 persen saja, partai tersebut berpotensi memiliki kader 25 ribu hingga 50 ribu orang.

"Bayangkan, berapa kader dan simpatisan yang akan diperoleh jika satu perempuan pemilih itu mengajak semua anggota keluarganya," kata Argam.

Selain kalangan perempuan, menurut Argam, segmen yang tak tersentuh oleh PPP adalah kalangan pemuda dan pelajar berusia 17 tahun ke atas. Padahal dalam keseharian di sekolah para pelajar telah mempraktikkan model-model politik seperti halnya model praktis yang dilakukan lembaga-lembaga politik.

"Mereka mulai mengadopsi model-model politik dalam proses memilih pemimpin di sekolah, meski mereka sebenarnya belum paham bahwa realitas seperti itu juga terjadi di dunia politik," katanya.

Belum dilakukannya komunikasi ke segmen tersebut, kata Argam, patut disayangkan mengingat pemuda usia 17 tahun sudah masuk dalam segmen politik.


Reply With Quote