Ceriwis - View Single Post - Pemerintah Dorong PTPN Bangun Industri Hilir
View Single Post
  #1  
Old 24th January 2011
undercover's Avatar
undercover
Member
 
Join Date: Dec 2010
Posts: 98
Rep Power: 0
undercover is Ceriwis Prophetundercover is Ceriwis Prophetundercover is Ceriwis Prophetundercover is Ceriwis Prophetundercover is Ceriwis Prophetundercover is Ceriwis Prophetundercover is Ceriwis Prophetundercover is Ceriwis Prophetundercover is Ceriwis Prophetundercover is Ceriwis Prophetundercover is Ceriwis Prophet
Default Pemerintah Dorong PTPN Bangun Industri Hilir


TEMPO/Fahmi Ali


TEMPO Interaktif, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendorong beberapa PT Perkebunan Nusantara (PTPN), seperti PTPN III dan PTPN IV untuk membangun berbagai industri hilir, sebagai bagian dari pengembangan usaha. Deputi Bidang Industri Primer Kementerian BUMN Megananda Daryono mencontohkan, PTPN III bisa membangun industri hilir karet.

"Saya harap mereka bisa masuk pabrik ban sepeda motor, sarung tangan, dan benang karet," katanya, hari ini.

Menurut dia, selama ini produksi barang-barang yang berbahan dasar karet dikuasai negara lain, padahal bahan dasarnya dari Indonesia. Dulu PTPN III juga sempat memiliki pabrik benang karet dan sarung tangan, namun mesin-mesinnya sudah ketinggalan jaman.

Ia menyatakan, rencana strategis tersebut sudah harus masuk di RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) para PTPN. "Jadi kita tidak hanya ekspor bahan baku karet. Harga karet memang sekarang paling tinggi, tapi kalau kita terus-terusan jual bahan baku kan akan rugi," katanya.

Juga sama halnya dengan PTPN IV yang memproduksi crude palm oil (CPO), bisa dibangun industri hilir berupa pabrik minyak goreng. Pembangunan industri hilir bisa dikerjakan secara sendiri oleh PTPN yang bersangkutan, melalui konsorsium BUMN, ataupun dengan swasta.

"Diharapkan akhir tahun ini atau awal tahun depan sudah mulai produksi, CPO dan karet. Pembahasan sudah masuk finalisasi, saya kira pertengahan tahun bisa dibangun pabriknya," kata Megananda.