
27th February 2011
|
 |
Ceriwis Geek
|
|
Join Date: Nov 2010
Location: PIC#01
Posts: 19,459
Rep Power: 0
|
|
Korban Gempa Selandia Baru Menjadi 145 Orang
Sebuah gereja rusak setelah gempa berkekuatan 6,2 skala richter menguncang Christchurch, Selandia Baru (22/2). REUTERS/Don Scott/Christchurch Press
Quote:
TEMPO Interaktif,Christchurch - Jumlah korban tewas akibat gempa bumi di Christchurch, Selandia Baru terus bertambah menjadi 145 orang. "Dengan semakin agresifnya tim penyelamat bekerja, jumlah jasad yang ditemukan di antara reruntuhan bertambah," kata Komandan Polisi setempat Dave Cliff, Sabtu (26/2).
Kemungkinan ditemukan korban selamat semakin sulit. Kemarin, selama proses pencarian, tim penyelamat tidak menemukan satu pun korban selamat. Para korban umumnya sulit dikenali lagi karena luka yang parah, sehingga diperlukan tes DNA untuk mengenali mereka.
Gempa bumi berkekuatan 6,3 skala richter mengguncang Christchurch Selasa lalu. Gempa itu berlangsung pada saat jam sibuk pukul 12.51 waktu setempat, di mana seluruh warga sedang melakukan aktivitas. Akibatnya banyak warga yang terluka dan terjebak di dalam reruntuhan gedung.
Di antara korban terdapat 20 warga negara asing. Mereka berasal dari Jepang, Cina, India, dan Taiwan. Sementara Kedutaan RI di Selandia Baru belum menemukan adanya laporan korban tewas maupun luka dari warga Indonesia. Tetapi, mereka terus memantau rumah sakit dan palang merah.
Inspektur Polisi Russel Gibson mengatakan proses pencarian masih terus dilakukan, namun sayang tidak ada kabar baik sejauh ini. Tidak ada korban yang ditemukan dalam keadaan hidup dalam dua hari terakhir.
Tim penyelamat tetap optimistis dalam bekerja, mereka tidak berhenti mencari. Setidaknya terdapat 700 orang yang terus bekerja. "Ini pekerjaan besar, dan kami memiliki orang-orang terbaik untuk melakukannya," katanya.
Namun, para keluarga yang masih kehilangan anggotanya diminta bersiap menghadapi berita terburuk. "Akan ada keluarga yang akan menerima kabar buruk dalam beberapa hari ke depan," kata Menteri Luar Negeri Murray McCully.
TVNZ/ Mail & Guardian/ Aqida Swamurti
|
|