FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Widjajono Partowidagdo telah pergi untuk selamanya di atas Gunung Tambora. Namun buah pemikirannya soal energi khususnya migas di Indonesia masih tersisa. Berikut diantaranya Hasil Minyak Malaysia untuk Pendidikan, RI untuk Subsidi BBM dan Korupsi Industri minyak di Indonesia saat ini kalah jauh dari Malaysia lewat Petronas. Ini bukan hanya karena Malaysia meniru sistem bagi hasil kontrak minyak di Indonesia, tapi ada lagi hal lainnya. Apa saja? Almarhum Widjajono Partowidagdo dalam bukunya berjudul 'Migas dan Energi di Indonesia; Permasalahan dan Kebijakan' mengatakan, Malaysia menggunakan hasil minyaknya untuk pendidikan dan pengembangan kemampuan nasionalnya. "Sedangkan Indonesia menggunakannya untuk subsidi harga BBM, membayar utang, dan korupsi," tegas Widjajono dalam bukunya yang dikutip detikFinance, Senin (23/4/2012). Dikatakan Widjajono, pada saat dirinya sekolah di Amerika Serikat terdapat kira-kira 600 mahasiswa dari Taiwan, 400 mahasiswa Indonesia, dan 300 mahasiswa asal Malaysia. "Dari 400 mahasiswa Indonesia tersebut, hanya belasan yang dikirim oleh pemerintah, selebihnya adalah anak konglomerat. Sedangkan 300 mahasiswa Malaysia tersebut hampir semua dibiayai oleh negara. Tentunya ada ribuan mahasiswa Malaysia yang waktu itu belajar di seluruh Amerika Serikat," kata Guru Besar ITB ini. Itulah sebabnya, ujar Widjajono, kenapa Malaysia bisa lebih maju dari Indonesia, dan Petronas lebih maju dari Pertamina. Selain itu, Widjajono mengatakan, terdapat kritik bahwa birokrat di Indonesia punya kecenderungan tidak biasa bekerjasama. Karena tidak dibangun atas kebutuhan pembangunan (seringkali kita dengar istilah egoisme sektoral, egoisme profesi, egoisme eselon, dan sebagainya). Kritik ini juga menjelaskan bahwa hal tersebut disebabkan oleh warisan penjajahan, dan diperlukan usaha keras untuk mengubah budaya itu. Pada buku yang diterbitkan pada 2009 ini, Widjajono mengatakan pemerintah Malaysia hanya memberikan subsidi BBM Rp 800 per liter untuk harga minyak berapapun. Selain itu Malaysia merupakan net exporter minyak (produksi 755 ribu barel per hari, konsumsi 514 ribu barel per hari). Belum lagi, Petronas mengelola banyak lapangan migas di luar negeri. Pada tahun 2000. Petronas beroperasi di 24 negara. "Yang menyebabkan Malaysia lebih berhasil dari Indonesia adalah budaya birokrat, baik di pemerintahan maupun perusahaan milik negara yang lebih mendukung kemajuan bangsa. Salah satu hal yang menyebabkan Pertamina kurang maju adalah karena bermental bouwher (juragan) pada masa lalu," cetus Widjajono. Widjajono mengkritik kinerja orang-orang Pertamina saat itu yang dinilai kurang memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu sendiri. "Kalau bisa, semuanya dilakukan oleh pihak ketiga, baik di hulu maupun di hilir," imbuhnya. Walau begitu, lanjut Widjajono, ada banyak orang Pertamina yang ingin mengerjakan sendiri, tetapi tidak dominan. "Ada seorang pimpinan Pertamina yang menyebut mental mandor. Ada juga yang menyebut mental feodal. Ciri mental juragan atau feodal yang lain adalah dia mudah tersinggung kalau dikritik," katanya. Dikatakan Widjajono, Pertamina bisa menjadi perusahaan multinasional dengan belajar dari perusahaan multinasional di dunia. Pertamina tidak perlu mengikuti langkah Petronas karena UU Migas menyebabkan Pertamina berbeda posisinya dengan Petronas. "Tetapi kita bisa mencontoh CNOOC dan Petrochina di Chinba, Petrobas (Brasil), Statoil (Norwegia), dan bahkan Medco di Indonesia," katanya. Widjajono mencontohkan Medco, karena perusahaan milik Arifin Panigoro ini dinilai sebagai perusahaan minyak swasta nasional yang memulai usahanya dari perusahaan pengeboran, sehingga jiwa dari perusahaan ini adalah wirausaha. Usaha pengeboran maju karena mengutamakan pelayanan prima. "Ketika mengelola perusahaan minyak, dia (Medco) mempekerjakan orang-orang yang kenyang makan asam garam di perusahaan multinasional. Sehingga karena prestasinya di nasional, dia kemudian menjadi perusahaan multinasional dan melakukan hal-hal yang dilakukan perusahaan multinasional," kata Widjajono. Menurutnya, apabila Pertamina dapat mengatasi permasalahan dana serta SDM dan melakukan good corporate governance, maka tidak ada alasan untuk tidak menjadi 'World Class Company'. "Memang jalan yang ditempuh adalah mendaki dan sulit. Tetapi dengan ridho-Nya, tidak ada hal yang tidak mungkin. Semoga berhasil," tutup Widjajono. Memang WAMEN yang satu ini BRILIAN lebih cocok jadi menteri rasanya ![]() ![]() ![]() SUMBER Salama Newbie ![]() Semoga tidak ![]() Tolong bantu :sup2 dan ![]() Disodorin ![]() tapi jangan ![]() Mampir juga gan Jika wanita kebelet pipis wanita paling PeDe sedunia Prediksi - prediksi di Dunia yang keliru Berita gembira buat yang mancung kedalam Terobosan baru--> ATM dengan sidik jari Mama idola kitra semua Kenapa DEVI dan WENDA "dikeluarkan"? (analisa) Ternyata Gladiator wanita ada gan 9 RA Kartini masa kini Sejarah peracik KOPI 3 hal pengaruhi cita rasa kopi Jutaan Cita Rasa Kopi Ada di Nusantara Seri Pemikiran Energi Widjajono : Ivestor malas gali minyak RI karena KORUPSI dam BIROKRASI Seri Pemikiran Energi Widjajono : Indonesia Bukan Negara Kaya, Tak Bijak Bergantung Pada BBM Seri Pemikiran Energi Widjajono : Malaysia Belajar Minyak dari RI, Tapi Lebih Berhasil Terkait:
|
![]() |
Thread Tools | |
|
|