Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > HOBI > Other Discussion > Save Our Planet

Save Our Planet Forum diskusi tentang penyelamatan lingkungan hidup, tips, dan ide untuk GO Green

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 6th April 2011
basta323's Avatar
basta323VIP basta323 is offline
� Secret Member �
 
Join Date: Dec 2010
Location: Ceriwis
Posts: 3,547
Rep Power: 36
basta323 is Ceriwis Gurubasta323 is Ceriwis Gurubasta323 is Ceriwis Gurubasta323 is Ceriwis Gurubasta323 is Ceriwis Gurubasta323 is Ceriwis Gurubasta323 is Ceriwis Gurubasta323 is Ceriwis Gurubasta323 is Ceriwis Gurubasta323 is Ceriwis Gurubasta323 is Ceriwis Guru
Default Melepas Penat di Pulau Bidadari



Sudah saatnya masyarakat Jakarta mengganti pola rekreasinya dari Puncak Kepulauan Seribu. Selain menikmati panorama laut, anda juga bisa tidur di penginapan yang nyaman lengkap dengan AC-nya. Untuk edisi kali ini, yuk kita kunjungi Pulau Bidadari yang jaraknya paling dekat dari pelabuhan Marina, Ancol, Jakarta Utara.
(Di penghujung Agustus 2009).
Sekitar pukul 10.00 Wib, saya, Bayu, dan Robert (kami bertiga adalah wartawan Majalah Biru Voice), sudah berkumpul di pelabuhan Marina Ancol. Siang itu langit terlihat cerah. Tepat pukul 11.00 kami berangkat dari Marina menuju Pulau Bidadari menggunakan speedboat yang sudah didisain menyerupai kapal. Terdapat kursi yang nyaman untuk tempat duduk, serta atap yang kokoh yang melindungi penumpang dari hujan dan panas.
Menurut anak buah kapal, sekali berangkat speedboat ini mampu membawa sekitar 65 orang. Namun siang itu kami hanya sekitar 40 orang, yang terdiri atas penumpang 35 orang dan crew kapal 5 orang. Meski kebanyakan penumpang adalah orang Indonesia, namun ada juga beberapa orang Korea dan satu orang Eropa yang didampingi oleh ceweknya yang orang Indonesia. Diterpa oleh angin laut yang sejuk, cinta mereka seolah kian bersemi.

Speedboat yang membawa kami melaju dengan kencang. Gulungan ombak yang tak seberapa besar, kadang-kadang membuat kapal ini seolah terbang dan beberapa detik kemudian kembali mendarat ke laut. Sensasi ini membuat saya ketakutan, tapi sekaligus bersemangat.
Hanya dalam tempo 20 menit, speedboat yang kami tumpangi sudah merapat di sebuah dermaga kecil yang terbuat dari kayu. Kami sudah menjejakkan kaki di Pulau Bidadari. Mentari yang tetap garang memancarkan sinarnya yang membuat kami masih bisa melihat gedung-gedung pencakar langit di Jakarta.
Dari pelabuhan kecil ini, kami langsung menuju ke �gerbang� penerima tamu. Meski hari itu masuk bulan puasa, namun pengelola Pulau Bidadari tetap menyediakan minuman penyambutan berupa sirup. Sebagian dari para penumpang rupanya tidak berpuasa, sehingga langsung saja sirup-sirup tersebut diseruput.
Di sini ada Benteng Belanda Lho
Apa sih yang paling menarik dari Pulau Bidadari? Masing-masing pengunjung tentu mempunyai jawaban sendiri-sendiri. Tapi buat saya, yang paling menarik adalah Benteng Belanda yang disebut Martello yang dibangun sekitar abad ke-19. Benteng ini diba-ngun untuk mengawasi pulau Onrust (hanya sekitar 1 Km dari Pulau Bidadari) yang dulunya dijadikan galangan kapal oleh Belanda. Namun sekitar tahun 1800-1810 pulau Onrust diserang oleh Inggris dan Benteng Martello pun ikut dihancurkan oleh mereka. Kondisi benteng Martello sendiri saat ini sudah tinggal separuh-nya. Bagian-bagian tertentu dari benteng ini sudah banyak yang hancur. Namun beberapa papan informasi yang ada di benteng tersebut masih bisa membantu kita untuk mengenali beberapa ruang dari benteng tersebut. Misalnya ruang gudang mesiu, bak air, dan sebagainya.
Menakjubkan dari benteng ini adalah kontruksi bangunannya. Bahan utama benteng ini adalah batu-bata dengan tebal tembok mencapai 1 meter. Batu-bata tersebut disusun sedemikian rupa, sehingga untuk membuat atap di antara lorong kamar, sama sekali tak dibutuhkan konstruksi beton seumumnya ba-ngunan sekarang.
Dan yang tak kalah menakjubkan, persis di samping benteng ini terdapat sebuah pohon yang cukup tinggi. Dan di atas pohon itu terdapat induk Elang Bondol yang sedang mengerami telornya. Elang Bondol sendiri adalah satwa yang dilindungi oleh negara karena sudah hampir punah. Di sekitar benteng ini juga terdapat biawak yang sesekali muncul dari dalam semak-semak.
Omong-omong, kenapa pulau ini disebut Pulau Bidadari ya? Menurut para petugas,, pada jaman Pengeran Jayakarta dahulu, pulau ini sudah dijadikan sebagai tempat rekreasi keluarga kerajaan, dan hanya keluarga kerajaan saja yang boleh berekreasi di pulau ini. Karena itulah pulau ini disebut Pulau Bidadari. Andai saja ada wisatawan yang bertemu muka dengan bidadari di pulau ini, maka ceritanya tentu saja akan lebih seru.

Beragam Fasilitas
Pulau Bidadari sudah dilengkapi dengan beragam fasilitas. Untuk kamar tidur tersedia berbagai tipe, yaitu The Lux, Family, dan Suite. Semua kamar ini dilengkapi dengan fasilitas AC, TV, dan listrik yang hidup 24 jam. Tidak semua pulau di Pulau Seribu memiliki fasilitas listrik 24 jam. Jadi inilah salah satu kelebihan Pulau Bidadari. Fasilitas air bersih pun di pulau ini tergolong istimewa karena sudah ditreatment sedemikian rupa sehingga terlihat jernih dan layak pakai.
Bagi perusahaan yang ingin membuat meeting di pulau ini, juga tersedia fasilitas ruang meeting. Terdiri atas ruang meeting I yang mampu menampung hingga 200 orang dan ruang meeting II yang mampu menampung 70 orang. Ruang meeting ini sudah dilengkapi dengan layar screen, LCD proyektor dan sound system. Biaya sewa ruang meeting I Rp.1,5 juta/hari, sedangkan ruang meeting II Rp.1 juta/hari.
Ada beragam paket wisata yang bisa anda pilih. Untuk satu hari wisata (tanpa menginap) anda akan dikenakan biaya Rp. 260.000/orang. Ini sudah termasuk biaya transport pergi pulang dan makan siang. Jika anda ingin menginap, untuk 2 orang dikenakan biaya Rp.560.000/orang/hari sudah termasuk makan 3 kali. Ini pada hari biasa. Kalau weekend harganya lebih mahal sedikit menjadi Rp.775.000/orang./hari. Jika rombongannya lebih banyak, maka harganya tentu saja lebih murah dan bahkan disediakan fasilitas diskon yang lumayan.

Selain itu tersedia juga fasilitas jet ski dengan biaya sewa Rp.600.000/setengah jam. Sedangkan kalau anda ingin menyewa kapal, biayanya Rp.250.000/jam.
Oh ya, buat keluarga yang anaknya mengidap penyakit autis, Pulau Bidadari juga menyediakan fasilitas terapi autis dengan menggunakan lumba-lumba. Biayanya Rp.150.000/sete-ngah jam. Ada dua ekor lumba-lumba yang akan melakukan tugas ini. Mereka adalah Yossy yang berumur 12 tahun dan Nia yang berumur 17 tahun.
Menurut Husein, General Mana-ger dari badan usaha Pulau Bidadari, ke depan Pulau Bidadari akan dijadikan sebagai tempat pembibitan ikan lumba-lumba. Jika jumlahnya sudah memadai, maka akan dibuka kesempatan anak-anak berenang bersama lumba-lumba. �Anak-anak akan memiliki pengalaman yang sangat istimewa,� ujarnya.
Di Pulau Bidadari juga tersedia aneka makanan yang tentunya cukup nikmat untuk disantap. Di antaranya Nasi Goreng seharga Rp.20.000/porsi, Mie Kuah Rp.20.000/porsi, ikan Baronang Bakar Rp.55.000/porsi.
Dengan fasilitas selengkap itu, kayaknya sudah saatnya masyarakat Jakarta memvariasikan pola rekreasi-nya tidak hanya di Puncak, tetapi juga di laut seperti di Pulau Bidadari.
Kedepan yang perlu dipikirkan pemerintah dan pengelola Pulau Bidadari adalah bagaimana agar biaya transportasi ke tempat ini ditekan semurah mungkin agar lebih banyak orang yang tertarik untuk datang ke sini.
Tepat pukul 18.00 Wib, kami kembali ke Marina. Ombak yang lebih besar menemani kami dalam perjalanan. Tapi sensasi ini, mengundangku untuk kembali ke Pulau Bidadari dan pulau-pulau lainnya yang ada di Kepulauan Seribu. (Celestino Reda)
Sumber: http://www.biruvoice.com/berita/perj...-bidadari.html

__________________
Semoga Ceriwis Makin Rame Ya
Reply With Quote
Reply

Thread Tools

Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 02:30 AM.


no new posts