Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Religion > Kristen

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 18th November 2010
Pendeta Pendeta is offline
Ceriwiser
 
Join Date: Nov 2010
Posts: 976
Rep Power: 16
Pendeta mempunyai hidup yang Normal
Default Kata "Tidak" dari Allah

Kata "Tidak!" dari Allah Justru Adalah Anugerah!


Sudah tekun berdoa sama Tuhan, kok, masih saja gagal? Itu jelas bukan karena Tuhan nggak mahakuasa, tapi karena Ia menolak untuk mengabulkan. Tuhan menjawab: "Tidak" Tapi mengapa?

1 Kegagalan, cita-cita nggak kesampaian bukan "soal biasa". Jangan percaya kata-kata mutiara yang bilang "Kegagalan adalah soal biasa". Gagal bukan soal biasa atau kecil, dan jangan dijadikan kebiasaan! Setiap kegagalan harus dijadikan masalah. Rencana yang mentok, cita-cita yang kandas, harus kita pertanyakan dengan serius. Jangan hidup seperti binatang yang hidup secara Try en error doang. Jangan hidup kelewat easy going en cuek bebek. Hasrat yang nggak kesampaian, itu harus dipermasalhkan. Kalau nggak, ruginya banyak. Pertama, kita nggak akan pernah belajar dari kegagalan untuk menuju keberhasilan. Rugi lainnya, kita nggak menggunakan kesempatan yang mungkin menjadi jalan kita menemui Tuhan. Yup! bukankah banyak orang yang insaf untuk mencari Tuhan lantaran kecewa berat atau ditimpa kegagalan?

2 Kalau kita merasa sudah dekat Tuhan, sudah hidup sesuai firTu, sudah rajin berdoa, tapi keberhasilan nggak juga Tuhan kasih, gimana?! Terhadap pertanyaan seperti ini, harus segera diingatin beberapa point berikut: Pertama, pertanyaan yang menggugat Tuhan seperti itu nggak boleh buru-buru diajukan. Jangan sampai gugatan kita padaNya itu adalah justru gugatan yang nggak adil. Nggak adil sama Tuhan. Karena mungkin kita "merasa" sudah sesuai Tuhan, padahal sebenarnya belum. Kedua, bisa saja kita memang sudah hidup sesuai firTu dan sudah memohon dalam doa yang tekun, tapi yang kita minta dari Tuhan itu sebetulnya cuma berdasar keinginan-keinginan kita semata dan bukan kebutuhan kita yang sebenarnya. Kita harus selalu membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Bedain antara want dan need gitu lho! Ketiga, bisa saja kita sudah saleh dan tekun berdoa en yang diminta memang kebutuhan, tapi nggak dikasih Tuhan. Jangan langsung protes. Tuhan sudah melihat lebih dulu akan terjadi bahaya kalau sekarang kita memperoleh apa yang kita minta itu. Kita sudah sering dengar atawa baca kesaksian orang yang semula kecewa karena dibatalin acara pesiarnya, tapi lantas bersyukr sebab pesawat yang nggak jadi ditumpanginya itu mengalami musibah. Kemungkinan lain, misalnya jatuhnya kita dalam dosa gara-gara mabok kepayang di puncak keberhasilan. Dan Tuhan punya rencana lain bagi pribadi yang sangat dikasihNya, Ia nggak ngizinin untuk jatuh sekarang. Pendek kata,selalu jauh lebih baik kata "Tidak!" dari Allah daripada keinginan kita dikabulkan oleh Sang Sumber Kejahatan dan Kebinasaan.


3 Gimana kalau sudah hidup taat ssuai firTu, sudah dikaruniakan kemampuan, tekun berdoa, mencita-citakan hal yang mulai, dan karakter sudah mantapa banget sehingga sukar buat jatuh, tapi masih juga gagal? Bacalah kitab Ayub, jangan kutuk Tuhanmu, atau mengira Tuhan nggak ada. Berbahagialah karena Tuhan sedang mengizinkan hamba andalanNya masuk dalam ujian untuk naik tingkat sanga tinggi. Supaya lebih mampu dipercayakanNya mengemban tugas dan tanggung jawab lebih besar dan agung.

4 Kecewa karena keinginan nggak kesampaian, itu normal. Kecewa adalah bagian dari perasaan manusia yang diciptakanNya juga. Rasa kecewa kita butuhin sebagai "monumen kegagalan" supaya kita mudah mengingat dan jangan mengulangi seba-sebab kegagalan itu. Rasa kecewa - yang nggak kita sukai - itu menjadi rambu lalu lintas yang bikin kita jangan lebih bodoh daripada keledai, jangan terperosok ke lobang yang sama. Dengan mengingat pengalaman yang sedih itulah maka kita diarahkan untuk selalu berusaha menghindari sebab-sebab kegagalan. Jadi, jangan menasehati orang lain atau diri sendiri untuk nggak kecewa pas gagal, laren nggak mungkin dan nggak boleh kecewa.

5 Jadi persoalannya bukanlah jangan kecewa - karena sekali lagi, nggak mungkin dan nggak boleh nggak kecewa- tapi yang terpenting adalah ke mana arah kekecewaan kita. Kemana atau kepada siapa kekecewaan itukita alamatkan? Itu yang bakal menentukan kualitas langkah hidup kita selanjutnya, termasuk seberapa dalam kekecewaan itu membawa ekses buruk pada diri kita. Kalau kecewa itu kita tujukan pada Than maka seluruh harapan kita bisa punah. Iman yang hilangpun akan semakin membenamkan kita pada kecewa yang berkepanjangan, sehingga rasa kecewa bukan lagi faktor yang mendorong serta mengarahkan kita, tapi sudah menjadi faktor terbesar yangmneimbun dan menenggelamkan kita. Sebaliknya, kalau kecewa itu kita tujukan pada Tuhan maka seluruh harapan kita bisa punah. Iman yang hilang pun akan semakin membenamkan kita pada kecewa yang berkepanjangan, sehingga rasa kecewa bukan lagi faktor yang mendorong serta mengarahkan kita, tapi sudah menjadi faktor terbesar yang menimbundan menenggelamkan kita. Sebaliknya, kalau kecewa itu pertama-tama kita arahkan pada diri kita sendiri, itu namanya instropeksi dan otokritik, sehingga langkah-langkah kita ke depan akan semakin terarah benar. Di samping itu, karena masih ada Tuhan yang nggak per membiarkan kita, maka kita tetap memiliki iman yang membuat kita tenang dan selalu bersukacita sehingga lebih menjamin keberhasilan uasaha kita.

Reply With Quote
Reply

Thread Tools

Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 01:51 PM.


no new posts