VIVAnews - Pakistan bersedia membuka kembali pasokan logistik untuk pasukan NATO di Afganistan. Keputusan ini muncul setelah Amerika Serikat meminta maaf atas serangan yang menewaskan tentara Pakistan tahun lalu.
Menurut kantor berita Reuters, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton Selasa kemarin menelpon koleganya asal Pakistan, Menlu Hina Rabbani Khar. Dalam percakapan itu, Clinton minta maaf kepada Khar atas insiden serangan udara NATO yang menewaskan 24 tentara Pakistan pada November 2011.
Serangan itu terjadi saat pasukan NATO - yang dipimpin AS - menggelar serangan atas posisi Taliban di perbatasan Afganistan-Pakistan. Insiden ini membuat marah Pakistan, sehingga menutup jalur pasokan logistik lewat darat untuk pasukan NATO di Afganistan.
Blokade ini, yang sudah berlangsung berbulan-bulan, ternyata menyulitkan operasional pasukan NATO di sana. Pasalnya, mereka mengandalkan kiriman logistik dari darat, yang lebih gampang dicapai dari Pakistan. Tiada yang bisa dilakukan pejabat AS selain minta maaf kepada Pakistan agar jalur logistik kembali dibuka.
"Kami minta maaf atas kehilangan yang diderita militer Pakistan. Kami berkomitmen bekerja dengan erat bersama Pakistan dan Afganistan untuk mencegah terulangnya lagi insiden serupa," kata Clinton dalam pernyataan setelah menelepon dengan Khar.
Menanggapi permintaan maaf itu, Menlu Khar menyatakan Pakistan akan membuka kembali jalur pasokan logistik bagi pasukan NATO ke Afganistan. Selain insiden itu, Pakistan juga gusar atas langkah sepihak militer AS yang memburu kaum teroris dan militan dengan melanggar wilayah mereka tanpa koordinasi dengan pemerintah tuan rumah.
Ini termasuk pembunuhan gembong al-Qaeda, Osama bin Laden, pada Mei 2011 di Kota Abbottabad, Pakistan. AS beralasan bahwa operasi rahasia memburu teroris maupun kaum militan di Pakistan rentan bocor bila bekerjasama dengan tuan rumah. (eh)
*
� VIVAnews