FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]()
BAHAYA KHURUJ (MELAWAN) TERHADAP PEMERINTAH[1]
Oleh Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari Gerakan khuruj (pemberontakan) dan inqilab (melancarka kudeta) terhadap suatu pemerintahan (yang sah) bukanlah sarana untuk memperbaiki masyarakat. Bahkan justru memicu timbulnya kerusakan di tengah masyarakat. Khuruj terhadap pemerintah muslim, bagaimana pun tingkat kezhalimannya, merupakan bentuk penyimpangan dari manhaj Ahlus Sunnah (Wal Jama'ah). Ada dua macam bentuk khuruj,
terhadap pemerintahan muslim, pada hakikatnya telah melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan tersebut. padahal, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh kita untuk bersabar, sebagaimana sabda beliau. Spoiler for Muttafaq 'alaih:
Renungkanlah perkataan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Kecuali engkau melihat suatu kekufuran". Penuturan beliau tidak terhenti sampai di situ saja, tetapi diiringi dengan keterangan "kekufuran yang sangat jelas". Lantas beliau menambahkan keterangan lebih lanjut "yang dapat engkau buktikan tentang itu di sisi Allah". Di dalam hadits ini, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan lima buah penekanan untuk mencegah orang dari khuruj dan takfir (mengkafirkan pemerintah atau pun individu muslim) yang merupakan perbuatan sangat buruk dan berbahaya. Karena dapat mengakibatkan kerusakan dan kehancuran di tengah masyarakat. Bahkan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata di dalam kitabnya, I'lamul Muwaqqi'in : "Tidak ada satu pemberontakan pun terhadap pemerintah muslim yang membawa kebaikan terhadap umat pada masa kapan pun" Begitu juga hujatan terhadap pemerintah. Manakala sebagian orang menjadikan hujatan terhadap pemerintah sebagai materi ceramah dan "nasihat-nasihat" yang mereka sampaikan untuk memperoleh simpati manusia. Manusia pada dasarnya menyukai hujatan terhadap pemerintah, juga terhadap para penguasa dan pemimpin, serta kepada setiap orang yang mempunyai posisi lebih tinggi dari mereka. Seakan-akan hujatan dan celaan tersebut sebagai hiburan yang dapat menyenangkan hati mereka Sungguh suatu fenomena yang sangat menyedihkan ketika kita menyaksikan hujatan, makian, serta cercaan terhadap pemerintah, saat ini menjadi materi-materi ceramah dan "masukan" bagi sebagian da'i zaman sekarang, khususnya pada waktu terjadinya fitnah. Hingga materi yang mereka sampaikan akan membuat orang-orang berkomentar :"Masya Allah, Syaikh ini orang yang berani, atau Syaikh ini orang yang kuat". Padahal fakta ini sesungguhnya tidak mendatangkan manfaat apa pun, melainkan hanya akan menghasut dan mengotori jiwa. Sebagian orang justru mengira, tindakan tersebut merupakan bentuk upaya menasehati pemerintah. Padahal terdapat metode dan prosedur dalam menasehati pemerintah, seperti termaktub dalam sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ini menjelaskan bahwa nasihat kepada para penguasa atau pemerintah, hendaklah disampaikan secara rahasia. Karena bila ditempuh secara terang-terangan akan menimbulkan gejolak hati, yang merusak hati. Kalau di antara kita -para penuntut ilmu- ada yang terjatuh ke dalam suatu kesalahan, kemudian salah seorang menasihatinya di depan umum, ia langsung akan berkata : "Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah. Janganlah kamu membuka aibku di depan umum. Kalau engkau ingin menasihatiku, maka lakukanlah dengan empat mata". Kalau para penuntut ilmu, para da'i yang mengajak manusia kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam -yang mengetahui keutamaan ilmu, keutamaan al-haq dan kembali kepadanya (setelah mengalami kekeliruan)- tidak menyukai metode seperti ini dalam memberikan suatu nasihat, maka bagaimana mungkin para penguasa yang memiliki kedudukan, kekuasaan, senjata, serta tentara yang banyak -bagaimana mungkin mereka- akan dapat menerima nasihat dengan cara yang tidak simpatik ini. Justru yang lebih utama, tidak menasihati mereka di depan umum ; kalaupun hal ini tidak mendatangkan maslahat bagi pemerintah, paling tidak akan memberi maslahat bagi diri kita sendiri. Hal ini, tentunya apabila mereka (para penguasa) adalah orang-orang muslim. Batasan yang paling rendah untuk menghukumi mereka sebagai seorang muslim, ialah apabila mereka tunduk dan mengakui kebenaran agama Islam. Meskipun mereka melakukan suatu penyelewengan, mempunyai kesalahan yang banyak dan berbuat dosa-dosa besar. Dan ini semua tidak menjadikan mereka sebagai orang kafir, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. Spoiler for Muttafaqun 'alaih:
Kemudian Syaikh Muqbil rahimahullah berkata : "Kami tidak memandang kudeta sebagai jalan untuk membenahi masyarakat. Bahkan gerakan tersebut, justru menimbulkan kerusakan dalam masyarakat" Marilah kita simak sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Shahih Muslim, dari hadits Arfajah Radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. Spoiler for HR Muslim:
Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan bahwa pemberontakan terhadap suatu pemerintah, yang dapat menimbulkan suatu perpecahan di kalangan masyarakat merupakan salah satu hal yang mewajibkan seseorang untuk dibunuh. Akan tetapi, perlu diingat, bahwa yang dapat menjatuhkan sanksi ini adalah waliyyul-amr, pemerintah yang memegang kekuasaan Dalam sebuah hadits dari Ubadah bin Shamit Radhiyallahu 'anhu, ia menceritakan. Spoiler for Muttafaqun 'alaih:
Akan tetapi, ketaatan ini tidak boleh berlawanan dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Spoiler for Muttafaqun 'alaih:
Dan sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits yang lain. Spoiler for HR Thabrani di dalam Al-Mu'jamul Kabir:
Kalau mau merenung sejenak, niscaya kita akan memperoleh fakta bahwa dalam sejarah Islam, tidak ada satu pemberontakan pun yang berhasil. Lain halnya dengan orang-orang kafir, kebanyakan pemberontakan yang mereka gerakkan berakhir dengan keberhasilan. Di sini seakan-akan Allah Subhanahu wa Ta'ala sedang menghendaki, supaya kita mau melihat dan memperhatikan bahwa cara seperti ini, bukanlah metode syar'i.Allah Subhanahu wa Ta'ala hanya menginginkan kita supaya menempuh metode syar'i yang telah digariskan oleh-Nya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam kitab-Nya. Spoiler for (Ar-Ra'd : 11):
Spoiler for (Muhammad : 7):
Spoiler for (Al-Hajj : 40):
Dari sini, kita dapat mengetahui bahwa metode syar'i adalah tidak keluar dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Allah Azza wa Jalla berfirman. Spoiler for (Al-An'am : 153):
Spoiler for Hadits ("Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu, ia berkata ):
Dari sini jelaslah bagi kita, bahwa tidak ada jalan untuk memperbaiki kondisi masyarakat melainkan dengan mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan menjauhi segala macam bentuk bid'ah. Mari kita simak firman Allah Azza wa Jalla yang sangat agung berikut ini. Spoiler for (Yunus : 46):
Banyak di antara manusia yang berkata "kami belum melihat kejayaan Islam". Ketahuilah ! Bahwa tidaklah mesti kita melihat segala apa yang telah dijanjikan Allah kepada kita, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun tidak melihat segala apa yang dijanjikan oleh Allah. Coba kita menyimak firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang merupakan janji-Nya kepada orang-orang beriman. Spoiler for (An-Nur : 55):
Sungguh ini merupakan janji Allah Subhanahu wa Ta'ala. Apabila kita dapat merealisasikan perintah Allah ini, niscaya Allah Subhanahu wa Ta'ala pun akan merealisasikan apa yang telah Dia janjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kita. Wallahu 'alam, wa shallallaahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihii wa shahbihi wa sallam. Spoiler for Footnote:
Spoiler for Sumber:
|
![]() |
|
|