Para ceriwiser bisa menjadi bagian dari perubahan. Kita, ceriwiser dan rakyat Indonesia, sudah muak dengan segala kebobrokan dalam tubuh DPR.
Oleh karena itu, ane mohon SEBARLUASKAN THREAD INI, baik lewat Facebook, Twitter, Forum-forum lain, detik..com, vivanews.com, Metrotvnews.com, dan semua media elektronik yang bisa kita uraikan opini kita.
Sekarang untuk 2014. Jangan ada celah bagi "Kadir-Kadir" lain yang bisa melenggang ke Senayan.
Ane minta tolong kepada ceriwiser, supaya ada yang bisa membantu dengan mengumpulkan semua link-link media massa yang telah mengekspos berita mengenai komisi VIII DPR ini (Bisa di PM atau komen). Mohon bantuannya.
Ane nemu artikel ini pas ane lagi surfing dan browsing untuk mencari topik baru di blog ane. Entah kenapa, pas mengunjungi BlogRating, ada salah satu topik di sebuah blog yang sangat populer. Trafficnya rata-rata menanjak cepat. Makanya ane buka.
Ternyata ceritanya anggota DPR "jalan-jalan" ke Australia dalam rangka Kunjungan Kerja Panitia Kerja RUU Fakir Miskin (alesan basi menurut ane). Tapi si penulis blog bercerita bagaimana pertemuan antara PPI Australia dengan para anggota dewan tersebut. Dan baru kali ini, mahasiswa Indonesia secara intelektual (non-demo) bisa "menelanjangi" para anggota dewan dengan cerdiknya. Maka sekarang ane copas, supaya bisa agan2 bisa membaca mengapa 2014 kita mesti golput.
Kesempatan itu akhirnya datang juga. Sudah lama saya menunggu-nunggu waktu bertemu dengan para anggota DPR yang terhormat. Saya sangat penasaran dengan justifikasi kunjungan kunjungan kerja mereka ke luar negeri. Akhirnya mereka datang juga ke Australia dalam sebuah kunjungan berlabel Kunjungan Kerja Panitia Kerja RUU Fakir Miskin. Kebetulan para utusan komisi 8 ini mau menyempatkan diri berdialog dengan para mahasiswa dan warga Indonesia yang bermukim di Melbourne. Sejumlah wacana telah beredar di kalangan mahasiswa di Melbourne, rata-rata bernada negatif, banyak yang merasa bahwa Kunjungan Kerja itu bahasa ilmiah nya jalan-jalan, samalah dengan studi banding ala banyak mahasiswa yang sebenarnya tak jauh jauh dari jalan-jalan. Sebenarnya Persatuan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) telah melayangkan surat terbuka ke DPR mempertanyakan kunjungan kerja ini, namun apa balasannya: kunjungan kerja ini telah lama direncanakan, sudah sulit untuk dicabeinlkan. (my first sigh, you'll have many sigh in this post)
Sehari sebelum dialog, Pak Kadir Karding (sang ketua rombongan) menyempatkan diri untuk berdiskusi via radio PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) dunia yang dipanel dengan wakil ketua PPIA, Dirgayuza Setiawan. Dari diskusi awal di radio ini, saya sudah menangkap banyak kejanggalan dalam kunjungan ini, meski pak Ketua Rombongan mengatakan bahwa kunjungan kali sangat produktif karena mereka bertemu dengan banyak pihak dan beroleh banyak masukan. Satu statament menarik dari beliau, "Saya dipilih oleh 70 ribu orang di dapil saya, dan tak satupun dari mereka yang protes tentang keberangkatan saya ke luar negeri". Well, are you sure Pak? Yakin, gak ada satupun yang protes dengan kunjungan Bapak ke luar negeri.
Quote:
Sabtu, acara dijadwalkan mulai pukul 18.00 waktu Melbourne. Saya yang sempat ketinggalan tram, telat 10 menit. Tapi syukurlah, acara belum dimulai. Saya menyempatkan sholat dan bercakap-cakap dengan beberapa kenalan. Hampir pukul 19.00, para anggota komisi VIII datang. Kami dipersilahkan untuk makan malam dulu, sebelum dialog dimulai. Yah mungkin dengan anggapan bahwa para mahasiswa ini tak akan banyak bertanya kalau sudah kenyang. Well, let's see....
Quote:
[/spoiler]
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for foto:
Spoiler for open this:
Quote:
Para mahasiswa dan masyarakat Indonesia di Australia yang bersiap "menelanjangi" para anggota Komisi 8 DPR
Quote:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for foto:
Spoiler for open this:
Quote:
Ini dia para anggota dewan yang terhormat dan pintarnya setengah mati
Acara akhirnya dimulai dengan pembukaan oleh Pak Sapto Hadi dari Konsulat Jendral RI di Melbourne. Beliau menyampaikan profil penduduk Indonesia yang ada di Melbourne, serta beberapa event yang akan diadakan di Melbourne dalam waktu dekat. FYI, acara ini diliput radio PPIA dunia serta disebarluaskan live reportnya via twitter dengan hashtag DPRinMEL. Setelah itu, acara inti dimulai. Pak Kadir Karding membuka acara dengan memperkenalkan anggota tim yang datang. Total ada 11 orang anggota komisi delapan plus 5 orang pendamping. Sesi perkenalan berlangsung hangat, Pak Kadir membawakannya dengan ramah dan menyenangkan. Pak Kadir lanjut menceritakan tentang misi mereka ke Australia. Beliau mengatakan bahwa anggota rombongan belum istirahat sejak memulai perjalanan dari Sydney. Dari penjelasan beliau, komisi VIII ternyata telah bertemu dengan beberapa pihak diantaranya Islamic Fahd School (untuk belajar penanganan sekolah swasta a.k.a madrasah dan sekolah agama lainnya), Asosiasi Muslim di Australia (untuk mendiskusikan multi-kulturalisme), Centrelink (salah satu institusi yang menangani suku Aborigin di Australia) serta dengan majlis ulama setempat (untuk mendiskusikan tentang sertifikasi halal). Pak Kadir juga menyayangkan semua media yang selalu menyalahkan anggota DPR.
Quote:
Selain itu Pak Karding juga memaparkan tentang RUU yang sedang digodok oleh Komisi VIII diantaranya RUU Fakir Miskin, RUU Kebebasan & Perlindungan beragam, RUU ZIS (Zakat Infaq Shadaqah), RUU Jaminan produk halal, RUU Keadilan dan kesetaraan gender, RUU Pendidikan yg dikelola masyarakat swasta. Alasan mereka memilih Australia adalah karena jaraknya dekat (cost effective), Australia memiliki struktur jaminan kesejahteraan sosial yang luar biasa dan sistem pendidikan swasta yang mumpuni. Saya manggut-manggut dan sedikit merasa bahwa kunjungan ini ternyata tak semubazir yang saya bayangkan, meski pertanyaan dasar saya belum bisa dijawab.
Acara selanjutnya sesi tanya jawab. Tanya jawab direncanakan untuk 2 sesi. 3 penanya untuk sesi pertama dan 3 penanya untuk sesi selanjutnya.
Sesi pertama:
Pertanyaan pertama dari saudara Bagus, yang mengutarakan bahwa dana untuk kunjungan ini menurut berita adalah Rp 811 juta, yang jika dibagi dengan jumlah rombongan akan sama dengan Rp 50 juta perorang. Dengan jumlah seperti itu, sebenarnya dana yang digunakan jauh melebihi kebutuhan hidup selama seminggu di Australia.
Pertanyaan Kedua, lupa nama penanyanya, menanyakan tentang pluralisme di Indonesia
Pertanyaan Ketiga, saudara Dirgayuza, yang mempertanyakan betapa susahnya mengakses dan menghubungi anggota dewan terkait transparansi keberangkatan mereka ke Australia. Selain itu, Yuza juga mempertanyakan alasan mengapa mereka tidak mengunjungi kantong kantong fakir miskin di Northern Territory, malah ke Sydney, Canberra dan Melbourne.
Berlanjut........
Ada videonya gan dari agan octohan09
Quote:
Originally Posted by octohana09
ini gan ada sesi dialognya, tapi nampak panik pas nerima serbuan pertanyaan, sampe ditanya email aja gk ad yg bs jawab dan akhirnya ad yg jawab, namun official email kok di yah*o.com.. bingung ane knp gk pake yg @dpr.go.id .. kan nampak profesional dan bs dipercaya...
nih ane tongolin videonya gan...
gimana pendapat agan ttg video itu
@TS :boleh jg nih taro pejwan gan
Salah satu mahasiswa yang menjadi saksinya, agan darkfreakazoidz
Quote:
Originally Posted by darkfreakazoidz
gua juga ada disana gan, dari waktu 45 menit diskusi, pembukaan sendiri 15 menit, setiap jawaban bertele2 seakan2 ulur waktu,
seharusnya sampai pagi pun diskusi mereka siap, toh mereka dipilih dan digaji oleh masyarakat, sebagai wakil rakyat harusnya siap dengerin aspirasi rakyat...masa alasan cape..
dah bebal kali yah..
Menambahkan kebenaran dari semua email2 fiktif diatas, sudah ada ceriwiser yang mencoba untuk mengirim email.....DAN DIBALAS