Login to Website

Login dengan Facebook

 

Post Reply
Thread Tools
  #1  
Old 11th December 2010
BenMossad's Avatar
BenMossad
Moderator
 
Join Date: Nov 2010
Location: מה ד
Posts: 1,381
Rep Power: 19
BenMossad tau seluk beluk forumBenMossad tau seluk beluk forumBenMossad tau seluk beluk forumBenMossad tau seluk beluk forumBenMossad tau seluk beluk forumBenMossad tau seluk beluk forumBenMossad tau seluk beluk forumBenMossad tau seluk beluk forumBenMossad tau seluk beluk forum
Thumbs up Surono, Jebolan PSSI Primavera yang Karirnya Terenggut Cedera

Sedih mendengarnya gan...Mantan pemain PSSI Primavera yang gagal berkarier diusia muda gara2 tarkam..
Quote:
 
Laju sepeda motor yang dikendarai koran ini harus beberapa kali tersendat lantaran sempitnya gang dan tajamnya tikungan di perkampungan RT 02/09 Karangasem, Laweyan, Solo. Beberapa kali pedal rem harus diinjak dalam-dalam saat muncul beberapa anak sekolah berlarian di ujung tikungan. Hanya sekali bertanya kepada warga yang lewat, koran ini bisa menemukan rumah Surono alias Jabrik, mantan anggota PSSI Primavera (1994/1995).

Rumah mungil dengan lantai keramik hitam kombinasi putih terlihat asri. Surono merupakan anggota program prestisius PSSI yang mengirim tim junior ke Liga Primavera Italia. Dia merupakan seangkatan dengan Kurniawan Dwi Julianto, Indriyanto Nugroho, dan Bima Sakti.

Ketiganya pun aktif di lapangan hijau hingga sekarang. Bahkan, rekan-rekannya tersebut sempat menjadi andalan Indonesia di even internasional.

Sayang, Surono tak bisa bersinar seperti koleganya itu lantaran didera cedera lutut yang sangat akut. ''Gelo banget (Menyesal sekali). Di usia 19 tahun sudah cedera parah. Ini menyebabkan karir sepak bola saya tamat,'' ujar Surono lirih diringi derai air mata saat ditemui Radar Solo (Jawa Pos Group) di rumahnya kemarin (10/12).

Penyesalan mendalam memang terus membayangi benak Surono ketika harus mengingat kejadian tersebut. Bahkan, dia awalnya sempat menolak menceritakan kronologi yang menyebakan impiannya itu melayang.

Hanya tetesan air mata dan suara sengau yang terdengar dari mulutnya. Membutuhkan beberapa saat bagi koran ini untuk mengajak dia mengingat kembali kejadian yang merenggut semua harapannya tersebut.

Berselang tak lama, sambil menunjukkan bekas luka di otot tendon kaki kanannya, keberanian Surono mulai tumbuh untuk menceriterakan pengalaman getirnya. Semua bermula kala libur kompertisi Liga Indonesia musim 1995.

Kebetulan, selepas mengikuti program Primavera, Surono bergabung dengan Semen Padang. Saat libur kompetisi, dia pulang kampung ke Solo.

Saat berlibur itu, dia mendapat tawaran main turnamen antarkampung (tarkam) di Pemalang. Entah apa yang ada di benaknya saat itu, dia langsung menyanggupi ajakan itu.

Namun, nahas baginya. Baru kali pertama menginjakkan kaki di lapangan, Surono mendapatkan tekel keras dari pemain lawan. Benturan keras dari belakang itu mengakibatkan Surono terkapar.

Dia oleh tim medis langsung dilarikan ke rumah sakit. Sayang, hingga akhir pertandingan, cederanya belum sembuh.

Saat pulang ke Solo, kondisi cederanya semakin parah. Bekas tebasan membengkak besar. Keluarganya membawa Surono berobat ke tukang pijat. Sayang, hasilnya tak sesuai harapan.

Selanjutnya, dia dibawa ke Rumah Sakit Panti Rapih, Jogja, untuk dioperasi. Namun, hasil operasi yang terpaksa dibiayai sendiri itu tak maksimal. Surono pun pasrah.

Kabar cedera Surono sampai juga ke telinga manajemen dan pengurus Semen Padang. Mereka memberikan batas waktu hingga tiga bulan kepada dia untuk menyembuhkan cedera. Kalau tidak kunjung sembuh, klub tak segan mencoret dia.

Sampai batas waktu yang ditentukan, cedera itu belum sembuh. Surono pun terpaksa dicoret. ''Tak enak kalau nggak ikut tarkam karena yang mengajak teman. Karir pemain bola saya tamat,'' tambahnya.

Saking beratnya cedera itu, hingga kini Surono sama sekali tak bisa berlari dan menendang bola. Dia beruntung masih bisa berjalan.

Kabar cederanya itu juga didengar beberapa rekan Primavera. Ada beberapa teman seangkatanya yang masih peduli.

Kurniawan Dwi Julianto, Bima Sakti, Eko Purjianto, Nurul Huda, Dwi Priyo Utomo, dan Kurnia Sandy masih sering menjenguk. Tapi, karena kesibukan, mereka saat ini jarang datang ke rumah.

''Sampai saat ini yang paling sering Bima Sakti dan Nurul Huda. Kedatangan mereka mengingatkan kembali memori yang dulu hilang saat menjadi pemain sepak bola,'' bebernya.

Kehadiran mereka tentunya menjadi angin segar bagi Surono. Itu disebabkan karir sepak bolanya saat ini sudah tamat. Untuk mengisi waktu, Surono mulai menekuni bidang lain.

''Sejak cedera itu saya menganggur. Tapi, sebulan ini saya diterima menjadi satpam di Akademi Seni Desain Indonesia (ASDI) Solo,'' bebernya
http://www.bolaindo.com/?page=berita&sub=detail&id=2003

Sponsored Links
Space available
Post Reply

« Previous Thread | Next Thread »



Switch to Mobile Mode

no new posts