for
Pb. Djarum:

[/url]
Uploaded with
ImageShack.us
Sejarah :
Didorong kecintaan Budi Hartono (CEO PT Djarum) pada bulutangkis serta tingginya kegemaran karyawan PT Djarum bermain dan berlatih pada olah raga yang sama. Maka pada tahun 1969 brak (tempat karyawan melinting rokok) di jalan Bitingan Lama (sekarang jalan Lukmonohadi) No. 35 - Kudus pada sore hari digunakan sebagai tempat berlatih bulutangkis di bawah nama komunitas Kudus.
Berawal dari situ, lahirlah atlit muda berbakat, Liem Swie King yang meraih prestasi demi prestasi secara gemilang, menumbuhkan keinginan Budi Hartono untuk serius mengembangkan kegiatan komunitas Kudus menjadi organisasi PB Djarum.
�Atlit harus berusaha keras, jika tak ada usaha maka tak ada pula gelar juara yang datang dengan mudah� (dikutip dari CEO PT. Djarum, Budi Hartono).
Ungkapan di atas ada benarnya, lebih lagi bagi mereka para atlit yang ikut tergabung di pelatihan klub PB Djarum. Maka untuk bergabung di klub PB Djarum menjadi atlit, sebelumnya para calon atlit diwajibkan mengikuti tahapan seleksi.
Seleksi awal untuk para calon atlit yang akan dibina meliputi faktor umur, tinggi badan, bakat, kemampuan intelektual, keseimbangan psikologisnya, kemampuan teknik dasar, serta sampai sejauh mana dukungan yang diperoleh dari orang tua.
Bila lolos seleksi awal, maka para calon atlit ini sudah bisa diputuskan untuk mengikuti kegiatan pelatihan di klub PB Djarum. Setelah itu, untuk setiap tahunnya akan dilakukan seleksi kelanjutan, seperti dalam hal kemampuan bertanding. Apabila kemampuan bertanding dari atlit bersangkutan tidak pernah meningkat, maka dengan berat hati PB Djarum akan memulangkannya.
Hal diatas dilakukan mengingat PB Djarum memberlakukan sistem promosi-degradasi dalam tahapan pelatihan para calon-calon atlitnya.
Sistem demikian dianut oleh PB Djarum, karena untuk meningkatkan iklim kompetitif di kalangan atlit. Sehingga dengan kegagalannya, atlit bisa diberi kesempatan untuk memperbaiki diri ataupun mengembangkan karirnya di bidang lain.
Sedangkan mengenai pemulangan atlit, PB Djarum juga telah menetapkan klausalnya secara tertulis, sehingga setiap orang tua atlit di PB Djarum juga akan mengetahui hal tersebut dari awal.
Pendidikan :
PB Djarum sejak dini telah menanamkan visi kepada seluruh atlitnya, agar mereka tidak mencetak keberhasilan di arena pertandingan saja, tapi juga mencetak keberhasilan di bangku sekolah.
Membagi kegiatan antara latihan bulutangkis dengan sekolah, memang bukan tugas yang mudah bagi para atlit PB Djarum, terlebih lagi mereka-mereka ini yang kebanyakan masih duduk di bangku sekolah seperti SD, SMP, dan SMA. Namun, untuk menyelaraskan dua kegiatan tersebut, PB Djarum mengambil langkah bekerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). Sehingga, kegiatan antara latihan bulutangkis dengan sekolah yang dijalani oleh para atlit bisa berjalan baik, dan tidak mengganggu satu sama lain.
Kerjasama yang dilakukan antara PB Djarum dengan Depdikbud adalah dengan pemberian dispensasi waktu di sekolah untuk para atlit. Atlit diberikan ijin untuk memulai waktu belajarnya di sekolah tidak seperti siswa lain pada umumnya. Mereka juga diberi kemudahan memperoleh ijin meninggalkan sekolah pada saat mereka harus mengikuti kejuaraan.
Selama ini sekolah-sekolah yang sudah diajak bekerjasama oleh PB Djarum guna mendukung kemampuan akademis para atlitnya yang berasal dari segala jenjang pendidikan tersebut adalah SD Barongan II, SLTP Taman Dewasa, dan SLTA Keluarga.
Perjalanan PB Djarum
1969 : Karyawan Djarum mulai berlatih secara rutin di brak Bitingan Lama.
1970 : Brak menjadi tempat latihan masyarakat di luar karyawan Djarum.
1972 : Prestasi nasional pertama diraih Liem Swie King meraih Juara Tunggal Putra Junior di Piala Munadi.
1974 : PB Djarum Kudus diresmikan, diketuai Setyo Margono.
1976 : PB Djarum Semarang diresmikan. Liem Swie King mencapai All England Final, namun dikalahkan oleh Rudy Hartono.
1978 : Liem Swie King menjadi pemain PB Djarum pertama yang menjuarai Tunggal Putra All England. Liem Swie King tercatat menjadi Juara Tunggal Putra asal Indonesia ketiga.
1979 : Liem Swie King mengulangi sukses tahun sebelumnya dengan menjadi Juara All England lagi.
1981 : Liem Swie King menjadi juara All England untuk ketiga kalinya. Kartono / Heryanto menjadi Juara Ganda Putra All England.
1982 : Sarana bulutangkis terpadu dibuka di Kaliputu - Kudus.
1984 : Indonesia kembali merebut Thomas Cup. Tujuh dari delapan anggota tim Thomas berasal dari PB Djarum. Kartono / Heryanto kembali menjadi Juara Ganda Putra All England.
1985 : PB Djarum Jakarta diresmikan.
1986 : PB Djarum Surabaya diresmikan.
1989 : Atas dukungan Christian Hadinata pusat pelatihan di Jakarta diputuskan sebagai tempat pelatihan Pemain Ganda (Putra, Putri, dan Campuran).
Runner-up Kejuaraan Dunia melalui Tunggal Putra kita Ardy B. Wiranata.
1990 : Terjadi unifikasi, PB Djarum Kudus dengan PB Djarum Jakarta, menjadi PB Djarum.
1991 : Juara I All England melalui Tunggal Putra Ardy B. Wiranata. Ardy adalah orang Indonesia ke-4 yang mampu menjadi Juara Tunggal Putra All England.
1992 : Alan Budikusuma meraih medali emas tunggal putra Olimpiade Barcelona. Kemudian, Ardy B. Wiranata (tunggal putra) dan Eddy Hartono/Gunawan (ganda putra) meraih medali perak Olimpiade Barcelona. Di tahun yang sama Eddy Hartono/Gunawan meraih Juara Ganda Putra All England.
1993 : Juara I All England Tunggal Putra melalui Haryanto Arbi, Piala Dunia melalui Tunggal Putra Alan Budi Kusuma.
1994 : Juara I All England Tunggal Putra melalui Haryanto Arbi. Gunawan / Bambang Suprianto menjadi Juara Ganda Putra All England.
1995 : Juara I Kejuaraan Dunia Tunggal Putra diraih oleh Haryanto Arbi.
1996 : Perunggu Olimpiade Atlanta dimenangkan oleh Ganda Putra Antonius / Denny Kantono.
1997 : Sigit Budiarto / Chandra Wijaya menjadi Juara Dunia.
2000 : Perak Olimpiade Ganda Campuran melalui Trikus Haryanto / Minarti Timur.
2003 : Sigit Budiarto / Candra Wijaya menjuarai All England.
2004 : PB Djarum mulai pembangunan GOR bulutangkis bertaraf internasional di jalan Jati - Kudus. Di atas lahan 43.207 m2.
Perunggu Olimpiade Athena dipersembahkan oleh Eng Hian / Flandy Limpele.
2006 : GOR Jati diresmikan.
2008 : Medali Perunggu pada Olimpiade Beijing 2008 di China, disumbangkan oleh Maria Kristin Yulianti melalui nomor tunggal putri
2009 : Maria Febe Kusumastuti (tunggal putri) dan Dionysius Hayom Rumbaka (tunggal putra) berhasil menembus ke jajaran persaingan elit level dunia
Bantu ane jadi ijo dong gan
Jangan Lupa

Juga ya gan