Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge

Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 27th May 2012
rumahmenteng's Avatar
rumahmenteng rumahmenteng is offline
Senior Ceriwiser
 
Join Date: May 2012
Posts: 5,900
Rep Power: 21
rumahmenteng mempunyai hidup yang Normal
Default Mencari Prestasi Melalui Paintball



Para pemain dibekali dengan sejumlah gerakan sebagai bentuk persiapan sebelum pertandingan dimulai.







Indonesia tidak hanya dikenal di pentas dunia dari kekayaan sumber daya alam (SDA) atau kesenian budaya yang dimilikinya, tapi masih banyak hal lain yang mengharumkan nama negera berlambang garuda tersebut. Prestasinya di dunia olahraga, juga sempat dibanggakan, meski saat ini merosot tajam. Hal itu, tentunya mengundang keprihatinan, sehingga perlu kerja keras untuk membangkitkan kembali prestasi olahraga Indonesia. Guna mewujudkannya, maka diperlukan perhatian dari semua pihak, mulai dari pemerintah, swasta dan masyarakat.



Semua pihak harus memberikan kontribusi terhadap prestasi olahraga. Selain itu, yang terpenting adalah pembinaan yang berkesinambungan, sehingga melahirkan atlet-atlet yang bisa menggemparkan dunia dengan prestasi. Mereka mengukir prestasi di bidang olahraga, khususnya di ajang multi event. Saat ini, bukan hanya Christopher Rungkat (petenis), Chris John (petinju), Jauhari Johan (atletik) saja yang menjadi kebanggaan Indonesia, namun ada olahraga baru yang menilahirkan atlet-atlet dengan membawa nama Sumut khususnya Kota Medan yang selalu ikut serta dalam turnamen-turnamen di tingkat Asia.



Olahraga simulasi tempur ini, yang ditekuni Novrial. Kapten Tim Sumatera Tiger paintball itu mengukir prestasinya melalui paintball. Menurutnya, dia mulai berlatih paintball sejak pertangahan 2010. Jam terbangnya pun mengikuti berbagai kejuaran paintball, sudah lumayan. Akhir 2010, pemuda berusia 24 tahun ini sudah mengikuti world cup di Kuala Lumpur, Malaysia. Selanjutnya, pada 2011 dia mengikuti dua kali kejuaraan paintball di Bangkok, Thailand dan Langkawi, Malaysia.



Pada Mei tahun ini, anak bungsu dari empat bersaudara tersebut kembali bertempur di arena paintball dengan target meraih mendali emas. Selain itu, dalam tahun ini juga, timnya berlaga dalam Indonesia open yang rencananya digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Medan, sebagai tuan rumah.



Untuk meraih jam terbang yang diikutinya, karyawan swasta ini pun harus berlatih secara berkisenambungan, sebanyak empat kali dalam seminggu. Perjuangannya pun tak gampang, bukan jarang ia harus mengeluarkan uang dari sakunya sendiri untuk membeli perlengkapan paintball yang masih mahal. Untungnya, setelah bergelut dengan komunitas Kenanga paintball di Medan, dia bisa saling pinjam perlengapan.



"Awalnya, saya beranggapan olahraga paintball itu mahal, namun setelah berkecimpung, ternyata tidak semahal yang diduga," ujarnya.



Saat ini, dia berusaha agar olahraga tersebut semakin merakyat dan komunitas paintball semakin berkembang khusunya di Medan. Selain itu, bisa mengharumkan Indonesia kepada dunia melalui paintball.



Tentunya, hal itu tidak bisa hanya diraih sendiri bersama komunitasnya, namun memerlukan bantuan dan perhatian dari pemerintah. Tak hanya pemerintah, tapi bantuan dari instansi swasta dan masyarakat umum sangat diperlukan, guna mengembangkan olahraga tersebut di Medan, tandasnya.







Penemuan



Jenis olahraga simulasi tempur ini, mulai dikenal di Medan sekira tahun 2000an. Ide permainan ekstrim ini berawal pada 1976 saat Evan Thomspon kembali ke New Hampshire. Untuk menandai pohon-pohon yang telah dipanen dan jumlah hewan ternak, dengan menggunakan Nel-Spot pistol. Kemudian, pada 1981, Gaines dan sebelas orang lain memainkan pertandingan paintball pertama kali.



Permainan awal adalah menangkap bendera. Para pemain bersaing dalam tim atau individu, untuk saling menembak lawan dengan peluru penandaan untuk merebut bendera lawan. Peluru berbentuk bola kecil yang mengandung pewarna larut didorong dari perangkat disebut marker paintball (senjata paintball). Paintball terdiri dari non-toksik dan polimer biodegradable yang larut dalam air.







Permainan, bisa dimainkan dengan persaingan yang terorganisir yang melibatkan liga di seluruh dunia, turnamen, tim profesional, dan pemain. Bahkan teknologi paintball, juga digunakan oleh pasukan militer, penegak hukum dan organisasi keamanan untuk latihan tempur, respon kerusuhan.



Olahraga ini dimainkan di outdoor atau indoor berbagai ukuran dengan lapangan yang alami atau medan buatan. Aturannya pun bervariasi, seperti menangkap bendera, eliminasi batas amunisi, membela atau menyerang titik tertentu atau menangkap obyek yang menarik tersembunyi di arena permainan.



Permainan dapat berlangsung mulai dari detik hingga jam, bahkan berhari-hari sesuai skenario. Legalitasnya pun bervariasi antara negara dan wilayah. Selain itu, pemain diharuskan memakai pelindung wajah (masker) dan aturan permainan yang ketat.















Kontroversial



Sebelumnya, Disbudpar Medan mengusulkan pelaksaan even paintball sebesar Rp. 1 miliar kepada Komisi C DPRD Medan. Rencana tersebut sempat mengundang perdebatan sengit, hingga akhirnya tetap disetujui.



Kontroversial bukan hanya di parlemen, namun dari sejumlah elemen masyarakat. Penggunaan anggaran itu dianggap menciderai pemuda dan kepentingan masyarakat Medan, sebab Medan masih membutuhkan anggaran cukup besar untuk pembenahan sarana dan prasarana yang yang belum maksimal dinikmati masyarakat.



Mestinya, dana sebesar itu bisa digunakan untuk mengangkat potensi dan kreativitas pemuda yang berkaitan dengan kekayaan hasanah budaya lokal. Mereka meminta pemerintah, membatalkan penggunaan anggaran yang sangat besar itu.



Ketua Asosiasi Paintball Indonesia (API) Sumatera Utara, Palti Siregar menyebutkan, penyelenggaraan kejuaraan paintball diyakini dapat meningkatkan pendapatan sektor pariwisata khususnya dari segmen Meeting Incentive Conference Exhebition (MICE), karena termasuk olahraga wisata, sehingga bisa mendatangkan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Bahkan negeri jiran seperti, Malaysia, Singapura, Thailand dan Philipina telah mengagendakan secara rutin kejuaraan tersebut, tandasnya.



Terlepas dari masalah kontroversial itu, yang terpenting bagaimana pemerintah bijaksana dalam mengakomodir pro dan kontra yang terjadi, sehingga tidak ada pembunuhan kreatifitas anak bangsa.





sumber:http://www.analisadaily.com/news/rea.../#.T7MXh8Xj4ms



Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 09:26 PM.


no new posts