FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Internasional Baca berita dari seluruh mancanegara untuk mengetahui apa yg sedang terjadi di dunia. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
VIVAnews - Memasuki musim kemarau, negara-negara tetangga Indonesia mulai pusing. Pasalnya, seperti tahun-tahun sebelumnya, mereka mendapat 'kiriman' kabut asap akibat kebakaran hutan yang sudah menjadi langganan di Indonesia.
Salah satu negara yang kini sedang pusing adalah Thailand. Setiap tahun, asap tebal selalu menyelimuti wilayah Selatan negara itu. Tak hanya membuat sesak nafas, kabut asap kelewat tebal tahun ini memaksa para nelayan merapat ke pelabuhan. Tak bisa mencari nafkah. Minimnya jarak pandang di laut dikhawatirkan berakhir dengan musibah. Provinsi yang terpengaruh asap sejauh ini meliputi Satun di perairan Andaman, Narathiwat, Pattani, dan Songkhla di Teluk Thailand. Padahal, Songkhla adalah sentra perikanan Negeri Gajah Putih itu. "Asap sedemikian tebal di wilayah teluk, kapal nelayan, besar maupun kecil tak dapat melanjutkan perjalanan ke laut. Sebab nahkodanya tak bisa melihat kejauhan," kata pengurus asosiasi perikanan Thailand dimuat situs Phuket News, Selasa 3 Juli 2012. Ratusan kapal pun berduyun-duyun kembali ke pelabuhan Songkhla. Jumlah itu belum termasuk nelayan yang sedang dalam perjalanan. Diperkirakan operasi para nelayan harus terhenti total selama 1-2 hari, hingga visibilitas membaik. Untungnya, pabrik dan distribusi perikanan belum terpengaruh. Sebab, masih cukup ikan yang berhasil ditangkap kapal-kapal itu sebelumnya. Laporan pemerintah Thailand menyebut, jumlah hot spot atau titik api di Sumatera -tempat di mana api membakar hutan- telah menurun dari 202 beberapa hari lalu menjadi 107 pada hari Minggu lalu. Tapi, kuatnya angin Muson Barat Daya, diduga menjadi faktor asap berhembus hingga ke Laut Andaman. Para pejabat Thailand mengatakan bahwa meskipun kabut tebal, kesehatan masyarakat tidak terancam. "Rata-rata dalam 24 jam, partikel kecil di udara tak lebih besar dari 10 mikron." Kendati demikian, pemerintah tetap mengirim 60.000 masker ke wilayah Selatan Thailand, meliputi Satul, Songkhla, Pattani, Yala, dan Narathiwa. Masing-masing 12.000 buah. Masker diberikan terutama bagi kelompok rentan atau berisiko, yakni pasien penyakit jantung, alergi, dan penderita asma. Juga orang tua dan anak-anak. Tak hanya Thailand yang pusing. Malaysia, pun harus menerima 'ekspor' kabut asap asal Indonesia. Saking tebalnya kabut asap di Negeri Jiran itu, menara kembar tertinggi di dunia, Petronas, sampai tak terlihat. Hal ini sampai diberitakan Harian The New York Times edisi Sabtu 23 Juni 2012. "Selama bertahun-tahun, Petronas, menara kembar tertinggi di dunia menjadi landmark yang berkilauan yang bisa dilihat dari kejauhan. Namun, akhir pekan lalu, gedung 88 lantai itu diselimuti kabut asap," demikian dimuat di media terkemuka Amerika Serikat itu. Departemen Kesehatan Malaysia mengeluarkan peringatan pada warga untuk memakai masker, terutama bagi mereka yang mengalami gangguan pernafasan. "Disarankan tetap tinggal di rumah, jika keluar pakailah masker." Direktur Jenderal Departemen Lingkungan Hidup Malaysia, Halimah Hassan, mengatakan kabut asap yang membuat sesak warga di Kuala Lumpur sejak pertengahan Juni itu dinilai sebagai kondisi terburuk selama 2012. Indeks polusi melewati ambang batas 100, yang berarti tak sehat. Halimah memperingatkan kabut asap bisa terus menjadi masalah selama beberapa bulan mendatang, akibat cuaca kering dan angin Muson Barat Daya yang bertiup hingga September. Indonesia dan Kebakaran Hutan Indonesia selalu dihantui masalah kebakaran hutan tiap kali menginjak musim kemarau. Termasuk tahun ini. Kabut asap dilaporkan telah menyelimuti Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Selain itu hampir lebih dari 150 titik api juga muncul di Pulau Sumatera. Selain membuat negara tetangga kesal, kabut asap ini berpotensi mengganggu transportasi dan kesehatan masyarakat di negeri sendiri. Meski begitu, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kalimantan Barat, Darmawan, membantah tudingan Malaysia kalau Indonesia, khususnya Kalimantan Barat sebagai penyuplai kabut asap. "Tidak benar itu, kalau kita dikatakan sebagai penyuplai kabut asap bagi Malaysia. Justru, di Semenanjung Malaysia itu terbanyak titik apinya, dan itu* terjadi pada 2011 lalu," katanya di Pontianak. Kendati demikian, pihaknya akan segera memantau titik api di Kalimantan Barat. "Harus dilihat dulu hot spot dan arah anginnya ke mana. Tetapi, kami pastikan itu anginnya bukan ke Malaysia, hanya di daerah sekitar kita saja," ujarnya. Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Supadio Pontianak, Dasmian Sulvian, menyatakan ada 31 titik api di Kalimantan Barat, saat ini, yang tersebar di sejumlah kabupaten. "Tetapi, di Malaysia juga banyak titik apinya," kata dia. Salah satu pemicu kebakaran hutan ini adalah pembukaan lahan secara sembarangan dan tidak memedulikan dampak lingkungan. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kalimantan Barat mengaku akan menindak keras jika terbukti ada perusahaan yang sengaja terlibat dalam pembakaran lahan di wilayahnya. "Kalau mereka melakukan pembakaran, kita tindak bersama. BLHD Kalbar* akan segera* turun bersama Polda Kalbar dan memeriksa mereka. Akan kami bawa ke pengadilan," kata Darmawan lagi. Tapi, dia mengakui BLH masih memaklumi pembakaran lahan yang dilakukan secara tradisional oleh sejumlah masyarakat di sana. Sebab, lahan yang dibakar itu hanyalah terbatas dan berskala kecil. "Kalau masyarakat kan paling-paling di bawah dua hektare, itu paling banyak bakar lahannya. Tetapi, jika dilakukan oleh perusahaan itu sudah ada undang-undang yang mengaturnya," tuturnya. (eh) � VIVAnews ![]() |
#2
|
||||
|
||||
![]()
gak papa, paling gak itu menunjukkan betapa peduli kita dengan negara tetangga, lah daripada mereka gak dikasih kiriman sama sekali, seperti kata pepatah gak ada rotan asap pun jadilah bro,
![]() |
#3
|
||||
|
||||
![]()
sayang sekali masalah ini bisa berimbas ke pandangan warga negara luar mengenai pemerintah indonesia tidak bisa menangani masalah asap ini...
![]() |
#4
|
||||
|
||||
![]()
hihihi...
kena asap pusing... pake paru2 hutan indonesia diem aja... |
![]() |
|
|