|
Go to Page... |
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
[CENTER]IRONI KATA BERAKHIRAN "us"
MAAFKAN saya sebelumnya jika kali ini berkesimpulan tentang ironi “kata” yang paling banyak diperbincangkan khalayak ramai dewasa ini. Kata yang saya maksud itu adalah yang berakhir “us”. Kita mulai yang pertama, yakni Gayus (Tambunan). Spoiler for gay"US":
![]() Meski hanya bergolongan III-a, ia punya rekening senilai Rp 28 miliar, mampu membeli rumah mewah dan apartemen. Seorang rekan di almamater saya sampai ternganga mulutnya saat mendengar rekan yang lain bercerita nilai rekening milik Gayus. Tanpa sadar ia berucap, “Meskipun sudah setengah mati mengajar ke sana ke mari tanpa henti, berpindah dari satu ruang ke ruang yang lain, toh yang didapat tidak sampai sepersekian persen dari nilai simpanan Gayus”. Hitungannya sederhana sekali. Jika sekali masuk mengajar di prodi magister (S2) ia dihonori Rp 500 ribu, dan dalam sebulan ia masuk empat kali, maka baru terkumpul Rp 2 juta. Nah, untuk bisa punya uang sebanyak Gayus, sampai almarhum pun tak mungkin diperolehnya. Pantas kalau ia kecewa. Mungkin sang rekan berpikir, mengapa dulu ayah-ibunya tidak memberinya nama berakhiran “us”, siapa tahu dia bisa punya uang sebanyak Gayus. Spoiler for Anggodo A.K.A mark"US":
“Us” yang berikutnya adalah Markus. Ini bukan nama kiper nasional PSSI kita (Markus Horison). Tetapi istilah atau sebutan untuk makelar kasus. “us” ini dimunculkan oleh Komjen Susno Duadji dalam sebuah rapat Komisi DPR. Mantan Kabareskrim Polri ini menyebut “us” banyak bergentayangan di lembaga-lembaga penegak hukum. “us” ini mampu menangani jual-beli perkara. Melalui perannya, keputusan hukum dari sebuah perkara dapat ditawar-tawar. Bisa jadi, dengan duit habis perkara. Kalimat ini telah lama beredar di publik, tapi tidak ada yang berani mengungkapnya. Selaku masyarakat awam tentu kita tak mengerti siapa sebenarnya “us” ini. Mungkinkah Pak Komjen akan mampu menerangi ruang gelap itu?. Saat persidangan kasus pembunuhan pengusaha Nasruddin Zulkarnaen yang diduga melibatkan mantan Ketua KPK Antasari Azhar dulu, terlihat betapa peliknya proses hukum itu berjalan. Seperti ditayang di televisi, kita terpana akan kehebatan para penegak hukum beradu argumen. Jaksa selaku penuntut di satu sisi, dan sang pengacara sebagai pembela terdakwa di sisi yang lain, tampak saling berpendapat sesuai tafsirnya. Kita yang awam pun terkadang sulit memahami apa yang sesungguhnya terjadi. Kita bingung, siapakah yang betul, dan siapa yang salah. Yang terngiang justru kata-kata, “betul...betul...betul”, yang sering diucapkan oleh Upin dan Ipin, si kembar dalam film animasi produksi Malaysia yang sangat digandrungi oleh anak kecil sekarang. Lalu, tiba-tiba kita terhenyak pada “us” berikutnya. Seakan kita tak percaya, Jaksa Cirus (Sinaga) yang dikenal begitu tegas dan lantang berbicara di pengadilan Antasari, konon terbawa-bawa namanya dalam kasus Gayus. Bahkan, ekorannya seperti tertayang di televisi, Pak Cirus yang menjadi ketua tim jaksa peneliti kasus Gayus memiliki rumah mewah di Medan. Kita tidak tahu, betul atau tidak berita itu. Biarlah proses hukum yang membuktikannya. Spoiler for cir"US":
![]() Kita memang terasa bagai hidup dalam dunia yang telah begitu berbeda. Sebuah dunia yang terbiasa disuguhi oleh pelbagai pelanggaran norma dan etika. Begitu enteng kita memandang dan melakukan hal-hal yang salah atau buruk. Padahal, dulunya itu sangat diwanti-wanti oleh para endatu kita. Mengapa ini terjadi? Salah satunya karena kita mungkin telah terjangkiti “us” berikutnya, virus bulus. Lihat saja, bagaimana sikap dan perilaku sebagian orang-orang di seputar kita, kian hari semakin licik. Dulu Saat kita ditimpa bencana , kita meraung-raung memohon ampun kepada Allah dan berjanji bertaubat kepada-Nya. Tapi coba lihat, berapa lagi yang masih berpegang pada janji itu? Pagi dia berjanji, “ya”, sore harinya sudah bilang, “ooo”. Sebelum hebat dia bersahabat dan bersahaja, setelah kaya atau jadi pejabat, lupa akan siapa dia. Spoiler for ful"US":
![]() Kenekatan memelihara akal bulus bukannya tanpa sebab. Akibat muncul karena ada sebab. Ini pula kata akhir “us” selanjutnya, yakni fulus. Kini, orang-orang sudah jarang berbicara bagaimana menjaga moralitas, memelihara ukhuwah, dan menjaga nurani dengan nilai-nilai suci nan agung. Di hampir semua tempat orang sibuk bicara objek atau proyek, yang ujung-ujungnya “us” (fulus). Sifat bawaan yang cenderung berperilaku mengejar kesenangan (pleasure) dan menghindari penderitaan (pain), sudah nyata di tengah kehidupan kita. Korupsi dipilih sebagai jalan pintas dan dianggap pantas untuk cepat kaya. Ikhlas dan sukarela sudah jadi barang langka. Tidak usah heran, jika kini para dokter tega mogok praktek di rumah sakit hanya soal “us”, tidak mau diusik tidurnya oleh pasien yang lagi sekarat, meski ia telah mengucap sumpah. Karena us ini pula orang sudi memutus tali persaudaraan. Padahal semasa kecil dahulu mereka berada dalam buaian seorang ibu juga. Tapi, sudahlah gan! Ada juga “us” yang menyejukkan kalbu. tempat nongkrong kita sehari-hari, dia selalu ada disaat kita butuhkan... Spoiler for ceriwis."US":
![]() Spoiler for Bon"US":
Keterlaluan kalo sudah baca tapi ga mau ngasih rate, komen dan thanks
![]() Last edited by copasbyte; 18th June 2010 at 05:13 PM. |
#2
|
|||
|
|||
![]()
Kampus, Mampus, Kurus ga masuk ndan ?
|
#3
|
||||
|
||||
![]()
hasil pengamatan yg bagus ndan ..
![]() thanks ya ndan ..
__________________
![]() |
#4
|
||||
|
||||
![]()
wah jeli juga ente ndan, hehehe
|
#5
|
||||
|
||||
![]()
Huakakkaaa TS na JAY US wkaowkaowk :nyahaha:
|
#6
|
||||
|
||||
![]()
KASKUS gan??
![]() ![]() |
#7
|
||||
|
||||
![]() kayanya dah tutup ya gan yang ini dah dari juma;t offline :ilove: |
#8
|
||||
|
||||
![]()
waaaaaaaaah bisa aja nih ndan..
hasil pengamatan sendiri ndan ? |
#9
|
||||
|
||||
![]() ![]() ![]() ada ada aja... ironi us... manyus,mampus.. bagus.. ![]() ![]() ![]() |
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|