Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > HOBI > Travel, Wisata, Liburan > Domestik

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 27th January 2011
daemon's Avatar
daemon daemon is offline
Member Aktif
 
Join Date: Nov 2010
Posts: 261
Rep Power: 208
daemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophet
Default Ujung Genteng Cantik, tetapi Terabaikan


Melepas tukik ke laut, 24 Desember 2010, menjadi pengalaman tak terlupakan bagi pengunjung Pantai Pangumbahan di Ujung Genteng.


Bagi pencinta petualangan dan pelancong sejati, langit biru dan gelombang laut di Pantai Ujung Genteng adalah kerinduan. Tepian pantai di wilayah selatan Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, itu adalah tempat melepas penat sekaligus menikmati karunia Ilahi.

Riak air laut, yang kehijauan akibat bias warna lumut dan rumput laut, mampu memagnet pengunjung untuk menjejakkan kakinya di pantai. Saat laut surut, hingga jarak 100 meter dari garis pantai berpasir putih halus itu, ketinggian air hanya sebatas lutut. Tanggal 24 Desember 2010 pagi, misalnya, puluhan orang seolah berlomba berjingkat menyusuri pantai.

Sebaran batu karang bak melengkapi panorama pantai pasir putih, yang boleh dibilang tercantik di sepanjang pesisir selatan Jawa Barat. Keelokannya semakin terasa memesona kala mentari kembali ke peraduan.

�Bagus sekali pantainya. Apalagi, saya bisa berenang bebas di sini. Saya jadi ingin kembali lagi,� komentar Indah (29), wisatawan asal Bandung, Jawa Barat, yang menghabiskan liburan panjang akhir pekan bersama dua temannya di sana. Beberapa detik kemudian, dia langsung bergaya di depan kamera dengan latar pantai, karang, dan birunya langit, mengabadikan keindahan Pantai Ujung Genteng.

Dari Bandung, Ujung Genteng yang berjarak sekitar 210 kilometer itu bisa ditempuh delapan jam. Rute berkendara adalah Bandung-Sukabumi- Lengkong-Jampang Kulon-Surade-Ciracap.

Jalan alternatif memang ada, tetapi kondisinya memprihatinkan: rusak dan berlubang di sana-sini. Kendati demikian, lukisan alam di sepanjang jalan tidak mengecewakan. Seperti perjalanan membelah punuk-punuk bukit di daerah Pasir Angin, yang terletak di ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Diri seolah melaju di atas awan.

Dari kejauhan, garis Pantai Ujung Genteng dengan deretan nyiur yang menggoda mengobati lamanya perjalanan. Sesampainya di kawasan pantai, keletihan pun terbayar. Embusan angin laut mengusir peluh yang membasahi badan.

Umumnya wisatawan memesan penginapan 1-2 minggu sebelum kedatangan. Bahkan, ada yang memesan sebulan sebelumnya, terutama saat kedatangan bersamaan dengan libur sekolah. Tarif penginapan beragam, dari Rp 200.000 hingga Rp 700.000 per malam.
Jika tidak sempat memesan tempat menginap, tidak perlu terlalu khawatir sebab sejumlah penduduk lokal biasanya bersedia menyewakan kamar dan rumah mereka. Tarifnya tidak jauh berbeda dengan tarif losmen. �Paling murah Rp 150.000 per malam. Tapi, pada musim liburan biasanya lebih mahal sekitar Rp 50.000-Rp 100.000,� kata Sandi (28), tukang ojek di sana.

Pendatang
Entah bagaimana awalnya sampai kawasan Ujung Genteng kondang sebagai tempat pelesir. Menurut cerita masyarakat setempat, sejak 20 tahun silam sudah banyak orang berdatangan ke sana. Namun, baru sekitar tahun 1990-an pantai pasir putih ini dikenal wisatawan dari kota-kota besar, bahkan sampai mancanegara. Ombaknya yang pas untuk berselancar menarik peselancar dari berbagai penjuru dunia.
Karena itu, belakangan ini banyak orang dari luar daerah hijrah ke Ujung Genteng, membentuk perkampungan. Vila, pondok penginapan, losmen, warung makan, dan tempat main biliar pun kemudian menjamur.

�Sejumlah warga bekerja sebagai pelayan atau penunggu kamar di vila-vila milik pendatang itu. Selebihnya (yang bekerja di sektor jasa wisata) adalah pendatang karena dulunya daerah ini kosong. Orang-orang dari Palabuhanratu (Sukabumi) dan (Kota) Sukabumi banyak datang ke sini,� papar Adang Sholehudin, petugas penangkar penyu di Kawasan Konservasi Taman Pesisir Penyu Pangumbahan, Ujung Genteng.

Rahmatillah (27), seorang warga, mengakui, penduduk asli jarang bekerja di sektor jasa pariwisata. Umumnya mereka bertani, melaut, atau bahkan menjadi tenaga kerja migran di luar negeri. Kalaupun ada, hanya sebagai tukang ojek yang menawarkan jasa pengantaran dari Ujung Genteng ke sejumlah lokasi wisata di sekitarnya, pergi-pulang. Rendahnya minat warga berusaha di sektor wisata, bisa dibilang, diserobot pendatang.

Buruknya infrastruktur pantai, seperti jalan rusak, minimnya penunjuk arah, keterbatasan tempat sampah, dan lokasi penginapan yang tidak tertata adalah nila dalam susu sebelanga Ujung Genteng. Wisatawan butuh waktu 15 menit dengan ojek bertarif Rp 50.000 (pergi-pulang) untuk menuju Kawasan Taman Pesisir Penyu Pangumbahan. Tak sedikit mobil turis terjebak di jalan berlumpur ketika memaksa lewat jalan rusak itu.

Suaka margasatwa
Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Herdiwan Iing Suranta, Ujung Genteng memang bukan daerah tujuan wisata karena kawasan ini masih merupakan bagian dari Suaka Margasatwa Cikepuh. Pengelolaannya pun di bawah kewenangan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat.
�Kawasan itu paling digemari turis asing untuk berselancar karena ombaknya yang menantang. Namun, semestinya kunjungan ke kawasan itu diatur ketat dan tidak boleh sembarangan,� katanya.

Itulah sebabnya fasilitas bagi wisatawan pun terbatas di sana. �Akan lain jadinya jika Kementerian Kehutanan mengubah statusnya menjadi kawasan wisata yang dibuka untuk umum. Kami pun siap menyediakan fasilitas (pariwisata),� kata Herdiwan.

Sekalipun bukan kawasan wisata, tingginya angka kunjungan ke Ujung Genteng sepatutnya menjadi perhatian BBKSDA dan pemerintah. Kenyamanan dan keselamatan pengunjung tentunya patut diutamakan.

Setiap saat turis-turis yang datang bisa saja terancam gelombang tinggi dan cuaca buruk. Tanpa adanya papan larangan di sekitar pantai ataupun penunjuk arah, Ujung Genteng tak ubahnya rimba raya yang molek, tetapi penuh marabahaya.

Potensi wisata di sana, tak disangkal, telah menjadi nadi perekonomian penduduk di selatan Ciracap itu. Pembiaran kawasan Ujung Genteng tumbuh menjadi lokasi wisata �liar� hanya akan menguntungkan segelintir orang. Akankah penduduk lokal tidak mendapat tempat di nirwananya sendiri dan tergeser pendatang yang berkekuatan modal?




Reply With Quote
  #2  
Old 27th January 2011
daemon's Avatar
daemon daemon is offline
Member Aktif
 
Join Date: Nov 2010
Posts: 261
Rep Power: 208
daemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophetdaemon is Ceriwis Prophet
Default

Jika Repost Silahkan di Closed aja
Salkam, Silahkan di Moderasi

and Jangan Lupa Ndan...!!!


Dan Melon Untuk Thread yang Informatif
Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 03:50 PM.


no new posts