
28th January 2011
|
 |
Ceriwis Geek
|
|
Join Date: Nov 2010
Location: PIC#01
Posts: 19,459
Rep Power: 0
|
|
Anggota Kompolnas: Publik Makin Tak Puas Kinerja Polri
Gedung Mabes Polri di jalan Trunojoyo. TEMPO/Bernard Chaniago
Quote:
TEMPO Interaktif, Jakarta - Anggota Komisi Kepolisian Nasional Novel Ali menyatakan, adanya gerakan anti mafia hukum yang dideklarasikan sejumlah tokoh mengindikasikan publik dan masyarakat semakin tidak puas atas kinerja jajaran Polri dalam pemberantasan korupsi. "Bagi jajaran Polri, adanya deklarasi anti mafia hukum dan penanganan kasus mafia pajak Gayus Tambunan yang diambil KPK harus menjadi evaluasi dan refleksi," kata Ali di Semarang, Jum'at (28/1). "Adanya gerakan anti mafia hukum menjadi resiko ketidakpuasan atas kinerja penegak hukum, terutama Polri"
Menurut Ali, banyaknya desakan agar Komisi Pemberantasan Korupsi menangani kasus mafia pajak Gayus juga menunjukan publik makin tak percaya pada kinerja Polri. Sebab, hingga kini Polri dianggap tak berani ambil risiko untuk memberantas dan mengadili anggota-anggotanya yang terlibat dalan kasus mafia pajak Gayus Tambunan.
Seharusnya, kata Ali, karena sudah mendapatkan intruksi dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Polri harus optimal mengadili para perwiranya yang terlibat kasus Gayus. "Harus jadi input dan pemicu untuk optimal," kata pengajar Universitas Diponegoro Semarang ini. Penegakan hukum, tambahnya, tidak boleh diskriminatif, termasuk kepada anggota Polri.
Ia menilai kinerja Polri dalam pemberantasan korupsi dan mafia hukum masih sangat lemah. "Polri hanya terlihat hebat dalam pemberantasan terorisme dan kasus-kasus narkotik," katanya. Itu pun, imbuh Ali, dalam perburuan terorisme selalu dikaitkan dengan adanya tekanan dari dunia internasional, terutama negara-negara Barat.
Sebelumnya, sejumlah tokoh yang mengatasnamakan Gerakan Rakyat Anti Mafia Hukum (Geram Hukum) mendeklarasikan perang terhadap korupsi, Kamis (27/1/2011). Deklarasi dibacakan Ketua Pusat Kajian Anti Korupsi UGM Zainal Arifin Mochtar di Galeri Cafe Komplek Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta Pusat, yang didampingi sejumlah tokoh seperti Teten Masduki, Wimar Witoelar, Anis Baswedan, dan puluhan aktivis lainnya.
|
|