FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Sepak Bola Tempat berkumpulnya para Bola mania di seluruh tanah air. Fans ataupun pecinta bola bisa berbagi info disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Original Posted By Arief Kamil
KabarIndonesia - Di tengah prokontra sebagian kalangan, khususnya PSSI tentang rencana Arifin Panegoro cs dalam menggulirkan Liga Premier Indonesia (LPI) tahun ini ternyata banyak juga kalangan yang mendukung berlangsungnya kompetisi yang merupakan tandingan ISL tersebut Mendapati dukungan yang diberikan masyarakat pecinta sepakbola Indonesia serta klub-klub amatir yang menyatakan diri bergabung di bawah bendera IPL membuat pengurus PSSI di bawah komando Nurdin Halid semakin meradang. PSSI sempat menegaskan akan menjatuhkan sanksi tegas kepada klub, pelatih, pemain dan wasit yang terbukti ikut terlibat dalam pelaksanaan LPI. Klub, pelatih, pemain, dan wasit yang sudah terdaftar di PSSI dan ikut di LPI, maka musim depan mereka tidak akan diperbolehkan bermain di event yang digelar PSSI. Keputusan sepihak dari otoritas sepakbola tertinggi di negeri ini memang sangat di sesalkan. Mengingat apa yang dilakukan IPL dengan agenda kompetisinya tentu tidak terlepas demi memajukan dunia sepakbola tanah air. Meski pun tidak dipungkiri sedikit kental dengan unsur bisnis yang tidak bisa dipisahkan dari dunia si kulit bundar. Seperti yang dijelaskan pihak Liga (LPI), kompetisi ini dibuat dalam rangka menciptakan kemandirian klub-klub sepak bola di Indonesia agar tidak selalu bergantung pada dana APBD pada daerah masing-masing. Perumus LPI ingin klub-klub di Indonesia benar-benar profesional dan tidak tergantung dari suntikan dana dari pemerintah. Selama ini dengan mengikuti kompetisi ISL atau Liga Indonesia yang dikelola PSSI, klub tidak mendapatkan penghasilan sebagaimana yang didapat klub-klub Eropa, seperti Liga Inggris, Italia, Spanyol dll. Konon LPI yang dikelola Arifin bersama beberapa pengusaha Indonesia ini akan memberikan dana awal sebesar Rp 30 miliar untuk setiap klub yang bergabung dengan LPI. Ibarat makan di warung Padang, pihak LPI mampu memberikan sepiring nasi plus rendang dengan segelas teh es. Sedangkan ISL hanya mampu memberikan sesuap nasi dengan seteguk air putih. Pilih mana? Dibanding kompetisi yang digarap PSSI, LPI dan kompetisi di Eropa dimiliki oleh pesertanya sehingga seluruh keuntungan yang didapat dari kompetisi itu dikembalikan ke peserta. Sementara kompetisi di Indonesia, klub tidak mendapatkan keuntungan finansial apa pun dengan mengikuti kompetisi tersebut kecuali hanya mendapat subsidi dalam jumlah kecil dari dana sponsor. Selama ini, klub sangat bergantung kepada APBD, yang merupakan uang rakyat. Sebagai bukti keseriusan pengurus LPI, Rabu kemarin (19/11) diadakan pertandingan laga amal yang bertajuk "Untuk Indonesiaku". Pertandingan yang mempertemukan antara Surabaya FC dengan IndoHolland FC berakhir dengan skor 2-1 yang mayoritas masih memiliki garis keturunan dari Indonesia, seluruh pendapatan berupa penjualan tiket akan disumbangkan untuk daerah yang sedang tertimpa bencana seperti korban di Wasior, letusan Gunung Merapi dan tsunami di Mentawai. Suksesnya laga amal yang disaksikan jutaan pasang mata publik sepakbola Tanah Air tersebut membuktikan, penyelenggara LPI sudah siap untuk menggelar kompetisi. Memang masih terlalu dini mengatakan bahwa persiapan sudah siap seratus persen, namun setidaknya laga amal ini bisa menjadi acuan dan evaluasi bagi penyelenggaraan kompetisi Liga Primer Indonesia. Secara garis besar penyelenggaraan pertandingan pertama oleh LPI bisa dikatakan sukses dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Tapi PSSI melihat kesuksesan pertandingan ini dari sudut lain. Melalui Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI, Nugraha Besoes, PSSI dinyatakan telah mengirimkan surat kepada Konfederasi Sepakbola Afrika (CAF), serta FIFA, terkait dengan keberadaan perangkat pertandingan asal Mesir di laga yang tidak memiliki izin dari PSSI tersebut. Bahkan dalam situs resmi PSSI, Nugraha Besoes juga mencela mantan anggota AFC dan Federasi Sepakbola Malaysia, M. Subramaniam, yang ikut ambil bagian menjadi perangkat pertandingan dalam laga amal. Entah lupa atau memang ingin terus meneror LPI, apa yang dilakukan PSSI ini sebenarnya tidak tepat. Pertandingan ini adalah laga amal yang bukan merupakan pertandingan resmi FIFA, AFC maupun PSSI. Semua yang berperan atas nama pribadi. Jadi kalau PSSI berpedoman pada aturan FIFA, hal ini sebenarnya salah sasaran karena pertandingan ini tidak berafiliasi kepada asosiasi atau organisasi sepakbola mana pun. Apa yang dilakukan PSSI, bukanlah sikap bijaksana menyikapi sebuah laga amal, dan malah semakin menyudutkan posisi PSSI di mata masyarakat. Ke mana sebenarnya arah tujuan PSSI, membangun sepakbola Indonesia atau hanya sekedar ingin mempertahankan kekuasaan semata? Namun yang jelas kehadiran IPL diharapkan mampu memperbaiki mutu sepak bola dalam negeri sekaligus langkah awal dari kebangkitan prestasi sepakbola kita di belantika sepakbola dunia. Semoga saja untuk ke depannya PSSI tidak cemburu lagi pada IPL, bergandengan tangan adalah jalan terbaik Bung! Semoga! (*) |
![]() |
|
|