TEMPO Interaktif,
St. Louis - Meski telah mengering, spesimen burung
finch berusia lebih dari 100 tahun ini ternyata masih bermanfaat. Dari koleksi spesimen burung-burung itu, tim riset dari Amerika Serikat dan Ekuador berhasil menentukan 1898 sebagai tahun avipoxvirus atau cacar unggas, yang menyerang Kepulauan Galapagos dan mulai menginfeksi burung penghuni kepulauan itu.
Penentuan tahun ini amat penting untuk memahami penyakit unggas yang kini mempengaruhi burung-burung Galapagos. Tim riset yang dipimpin oleh Dr Patricia Parker dari University of Missouri-St Louis memeriksa 3.607 burung
finchdan
mockingbirdyang dikumpulkan di Galapagos antara 1898 dan 1906 serta kini disimpan di California Academy of Sciences di San Francisco. Mereka juga mengamati 266 burung yang dikoleksi pada 1891-1897 dan saat ini tersimpan di Zoologische Staatssammlung di Munchen, Jerman.
Para ilmuwan memeriksa struktur abnormal pada kulit burung yang diasosiasikan dengan infeksi avian pox dan menemukan 226 kandidat sejak 1898. Para ilmuwan juga mengambil sampel jaringan dari 59 spesimen untuk studi patologi lanjutan. Dari pemeriksaan itu ditemukan 21 spesimen terbukti positif avipoxvirus menggunakan pemeriksaan jaringan di bawah mikroskop dan pemindaian untuk DNA virus.
"Tanpa koleksi museum itu, pekerjaan ini mustahil dilakukan," kata Dr Jack Dumbacher, kurator Ornithology di California Academy of Sciences. "Spesimen museum juga mencantumkan tanggal pengambilan dan lokasi, sehingga dapat digunakan tak hanya untuk mempelajari spesies itu, tapi juga peristiwa historis dan kondisi lingkungan. Tanpa pustaka spesimen ini, kami mungkin tak akan pernah mempelajari kapan atau bagaimana penyakit itu menemukan jalannya ke kepulauan Darwin yang terkenal."
Parker dan timnya mencatat, sekalipun tak diketahui adanya spesies burung Galapagos yang punah, tingkat kepunahan individu melejit 100 kali lipat lebih tinggi sejak kolonisasi manusia dibanding sebelum kedatangan manusia. Sejarah avipoxvirus di Galapagos adalah data penting untuk memahami peningkatan percepatan kepunahan populasi.
Spesimen museum itu memperlihatkan tak lama setelah kedatangan manusia, virus ditemukan di pulau-pulau yang dihuni manusia. Hal itu mengindikasikan bahwa secara tak langsung manusia membantu penyebaran penyakit. "Kini kami tahu bahwa manusia berperan dalam memfasilitasi penyebaran cacar unggas di Galapagos, sehingga dapat mengembangkan kebijakan untuk mencegah penyebaran penyakit di masa depan," kata Dumbacher.
sumber >>
www.tempointeraktif.com