
1st February 2011
|
 |
Ceriwis Geek
|
|
Join Date: Nov 2010
Location: PIC#01
Posts: 19,459
Rep Power: 0
|
|
Krisis Politik Mesir Ganggu Perekenomian, Harga Sayuran Melambung
REUTERS/Mohamed Abd El-Ghan
Quote:
TEMPO Interaktif, Kairo - Krisis politik di Mesir yang berlangsung lebih dari sepekan tak hanya memukul roda ekonomi bidang perbankan, pasar modal, dan jutaan dollar melayang dari negara, melainkan juga menghantam pengusaha mini.
Harga sayur mayur, buah-buahan dan kebutuhan pokok di berbagai pasar induk merayap naik. Di pasar sayur di distrik al-Manial, Kairo tengah, misalnya, harga kentang pekan lalu Rp 45 ribu per kilogram, kini naik menjadi Rp 60 ribu per kilogram. Sedangkan bawang kucai menjadi Rp 70 ribu per kilogram, naik sekitar Rp 4500 per kilogram.
"Harga naik saban hari, sulit diprediksi," kata Hassan al-Masri, seorang pemasok sayuran di pasar. "Kadang-kadang truk bisa kirim, terkadang tidak," tambahnya.
Hassan mengatakan, biasanya para vendor mengirimkan barang-barang tersebut pada pagi dini hari ke kota, namun perjalanan mereka terganggu karena pemerintah menerapkan jam malam selama 16 jam sehari.
"Saya harus menjajakan sayuran saya seharian," kata Saber Hamadi, seorang pedagang sayuran yang meletakkan barang dagangannya, wortel dan bawang, di belakang mobil pick up di jalan utama kawasan komersial al-Manial.
Beberapa pusat bisnis, kendati jauh dari kegiatan unjuk rasa massal, seperti di al-Manial, Imbaba, dan Giza juga terkena imbas ekonomi. Lebih dari separuh pusat bisnis di distrik ini tutup.
Sementara toko-toko telepon seluler dan cafe-cafe penyedia jaringan internet di seluruh pojok kota juga tutup. Pendek kata, hampir semua sumber mata kehidupan lumpuh.
Sejumlah sopir taksi mengatakan, mereka telah menaikkan tarif sedikit lebih mahal dari biasanya. Sebab ketika mereka membawa penumpang untuk diantarkan ke satu tempat, mereka harus memutar jalan sehingga mengurangi penghasilan.
Ahmed Said, pengemudi taksi yang mangkal di belakang jalan di pusat bisnis Giza mengatakan, dia hanya sanggup melakukan sejam perjalanan dari tiga jam di pagi hari.
"Taksi saya bersih," ujarnya.
Lain lagi dengan Khaled Sayed, pemilik 20 perahu yang beroperasi di Sungai Nil. Dia mengaku, akibat demonstrasi besar-besaran usahanya benar-benar ambruk. Padahal Sayed harus menggaji beberapa karyawannya, sedangkan penghasilannya turun dari Rp 2.000.000 per hari menjadi Rp 750 ribu per hari.
"Saya sadar, tiga perempat orang sejak sekarang tidak bekerja lagi," ujarnya.
Industri pariwisata, andalan perekonomian Mesir juga terpukul keras akibat lumpuhnya roda ekonomi negeri Piramida. Harga makanan yang dijual pelancong asing sangat mahal, termasuk di restoran perahu di Sungai Nil, bahkan sebagian besar tutup. Demikian juga agen perjalanan ikut-ikutan menutup usahanya.
AL JAZEERA | CHOIRUL
|
|