Pluralitas agama sudah dirasakan sejak abad IX di pusat kerajaan Mataram Hindu. Ini dibuktikan dengan keberadaan dua candi Budha di wilayah tersebut. Faktanya adalah pluralisme itu sudah tertanam cukup lama dalam aktivitas kehidupan masyarakat zaman dulu. Dua agama ini hidup berdampingan saling mendukung dan melindungi kehidupan aktifitas keagamaan umatnya. Dengan adanya dua candi Budha ini, menjadi gambaran berharga bahwa, penanaman pluralitas di kehidupan sekarang ini bisa mengambil contoh pada abad ke IX. Dua candi Budha tersebut yaitu:
Candi Sari
“Sari” berarti “indah” atau “cantik” sesuai bentuknya yang ramping. Mungkin karena keindahannya yang menarik perhatian ia dinamakan demikian. Puncak atapnya berhiaskan 9 stupa yang sama sebagun dan tersusun dalam 3 deret. Di bawah masing-masing stupa terdapat ruangan-ruangan bertingkat 2 yang digunakan sebagai tempat tinggal, tempat meditasi dan mengajar. Arca bodhisatva terpahat pada dinding luarnya Dinding ini dihias dengan amat indahnya. Biara Budha yang dibangun pada abad 8 M ini terletak pada sisi kiri jalan raya Yogya-Solo, masuk 500 m kearah utara. Bangunan dengan panjang 17.32 m dan lebar 10 m ini merupakan sebagian saja dari kumpulan candi yang telah hilang.
Candi Kalasan
Candi Kalasan merupakan peninggalan candi Budha tertua di DIY dan Jawa Tengah. Candi ini didirikan oleh Panangkaran, raja kedua dari kerajaan Mataram Kuno pada abad 8 M sebagai persembahan kepada dewi Tara. Lengkung “kalamakara” dengan hiasan kahyangan di atasnya terpahat di atas pintu masuk dengan begitu indahnya. Keindahan hiasan dan reliefnya disebabkan oleh penggunaan sejanis semen kuno “bajralepa”. Candi ini dianggap permata kesenian Jawa Tengah.
sumber -> google