FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Travel, Wisata, Liburan Suka jalan-jalan dan traveling ke berbagai mancanegara? yuk sharing dan berbagi tips disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Nias adalah sebuah pulau indah yang terletak di sebelah barat Pulau Sumatra, berdekatan dengan Kepulauan Mentawai. Pulau Nias dihuni oleh mayoritas suku Nias yang sebagian masih memiliki budaya megalitik. Selain budaya yang kuat, Pulau Nias juga dikenal sebagai salah satu tempat surfing terbaik di dunia. Inilah sebenarnya salah satu daya tarik wisatawan mancanegara mengunjungi Nias. ![]() Jika Medan mengenal kata Horas, di Nias ada sapaan khas masyarakat kepada siapa pun, yaitu �Ya�ahowu� (semoga diberkati). �Ya�ahowu� mengandung arti memperhatikan kebahagiaan orang lain karena mengharapkan orang yang disapa diberkati oleh Yang Maha Kuasa. Makna lain dari kata ini adalah persaudaraan (dalam damai). Jadi jika bertemu dengan masyarakat Nias, kita sebaiknya mengucapkan �Ya�ahowu�. Dan, masyarakat Nias terkenal ramah dan terbuka pada pendatang. ![]() Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang tinggi. Hukum adat Nias mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran hingga kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik yang dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran di batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang. Dan, menurut salah satu mitos masyarakat Nias, asal usul suku Nias dari sebuah pohon kehidupan. Kebudayaan Nias yang kental, tercermin dari banyaknya desa adat di sana. Masyarakat Nias memang menyadari hal ini dan menjadikannya sebagai tujuan wisata potensial. ![]() Setelah gempa besar menimpa Nias pada 2005 silam, banyak jalan, rumah, dan infrastruktur yang rusak. Namun, pada akhir 2011 sebagian besar infrastruktur sudah dibangun dan sektor pariwisata juga sudah kembali bangkit. Meskipun ada beberapa peringatan akan terjadi kembali gempa di Nias, wisatawan tidak ragu mengunjungi wisatawan. Bahkan, menurut penduduk Nias, gempa besar tersebut membawa berkah tersendiri. Setelah terjadi gempa, banyak jalan mulai dibangun oleh LSM asing dengan kualitas yang sangat baik. Desa BowoMataluo Desa Bowomataluo ini sudah didaftarkan World Heritage di Unesco sejak 2009 sebagai warisan budaya dari Indonesia. Desa ini adalah desa adat sekaligus desa budaya yang cukup dikenal di Nias Selatan. Untuk mencapai desa ini, diperlukan perjalanan darat selama 3 jam dari Gunung Sitoli menuju pesisir pantai selatan Nias. ![]() Dalam bahasa Nias, Bowomataluo berarti bukit matahari. Dinamakan demikian karena desa ini terletak di ketinggian 400 meter di atas bukit. Di desa yang berhawa sejuk ini kita bisa melihat banyak rumah adat Nias Selatan yang masih terjaga. Ternyata Desa Bowomataluo adalah ibu kota desa-desa adat yang tersebar di Nias. Konon, desa ini sudah ada sejak zaman megalitikum. Peninggalan zaman itu bisa kita lihat dari sebuah bangunan kuno dan bebatuan besar di salah satu rumah adat Raja Nias yang ada di sini. ![]() Keunikan lainnya, desa ini terlihat seperti sebidang lahan luas yang rata dengan batu, yang dipenuhi deretan rumah-rumah penduduk yang saling berhadapan. Dari tangga masuk desa, kita bisa langsung melihat deretan rumah penduduk. Di antara rumah penduduk itu, rumah Raja Nias terletak di sebelah kiri. Sedangkan deretan rumah adat penduduk dan sebuah balai desa berada di sebelah kanan. Meskipun telah berusia ratusan tahun, bangunan-bangunan itu masih utuh dan terjaga dengan baik. Bangunan-bangunan itu tidak pernah direnovasi kecuali atap rumah yang diganti dengan seng agar lebih awet. ![]() Wisatawan tidak dipungut biaya untuk masuk ke desa ini. Namun, terlebih dahulu kita harus melapor kepada ketua adat setempat. Dari sana kita akan dijelaskan tentang sejarah desa adat tersebut. Tidak ada larangan khusus saat mengunjungi desa ini, selain meminta izin dan berpakaian sopan. Pantai Sorake Pantai ini sangat populer di kalangan peselancar. Sayangnya, wisatawan dalam negeri tidak banyak mengenal pantai ini. Sebaliknya, wisatawan mancanegara justru khusus datang ke Nias hanya untuk ke Pantai Sorake karena ombaknya yang besar sangat populer sebagai salah satu pariwisata andalan Indonesia. Konon, ombak pantai ini terbaik di dunia setelah Hawai. ![]() Istimewanya, gelombang tinggi di pantai ini tidak dipengaruhi arah mata angin serta pasang surut air laut. Letaknya yang berhadapan langsung dengan Samudra Indonesia membuat ketinggian ombak mencapai 3�5 meter (ini tidak dimiliki pantai-pantai lain di dunia). Pada bulan Juni dan Juli, pantai ini dipadati pengunjung karena saat itu kondisi ombak sedang tinggi. Dan, di sepanjang pesisir pantainya terdapat banyak losmen yang diperuntukkan bagi para peselancar. ![]() Tradisi Hombo Batu atau Lompat Batu Mungkin kita ingat dengan gambar tradisi lompat batu di uang seribu rupiah awal 1990-an. Dan, ketika mendengar kata Nias, kita pun langsung teringat tradisi unik ini. Namanya tradisi bernilai budaya tinggi ini disebut Hombo Batu. ![]() Pada zaman dahulu, sering terjadi peperangan antar-desa di Nias. Sebagai pertahanan, akhirnya banyak desa memasang pagar batu tinggi. Agar bisa menyerang musuh, pemuda yang akan menjadi prajurit pun diwajibkan berlatih melompati batu pertahanan ini. Padahal tinggi batu tersebut sekitar 2 meter. Hampir semua desa adat di Nias memiliki menara batu ini. Dahulu, menara batu ini memang digunakan sebagai ajang berlatih melompat bagi pemuda yang akan maju berperang. Namun karena perang antar-desa sudah tidak ada, sekarang tradisi ini diteruskan sebagai salah satu bentuk ritual upacara dan simbol budaya masyarakat Nias. Para pemuda Nias melakukan tradisi ini untuk menunjukkan bahwa mereka sudah dewasa dan matang secara fisik. Dengan melakukan lompat batu, mereka akan diakui sebagai lelaki pemberani dan memenuhi syarat untuk menikah. ![]() Untuk melihat tradisi lompat batu, kita bisa mengunjungi Desa Bowomatulo�desa lain sudah jarang melakukan tradisi ini. Di desa ini kita bisa melihat Lompat Batu dengan mudah tanpa ada larangan khusus. Saat ada Festival Nias, kita bisa melihat atraksi ini dengan gratis. Festival Nias biasanya diselenggarakan pada bulan Agustus dan puncak acaranya diadakan di Desa Bowomatulo. Namun, jika mengunjungi Nias di luar bulan Agustus, kita tetap bisa menonton tradisi ini dengan permintaan khusus kepada kepala desa. Kemudian kepala desa menunjuk beberapa pemuda untuk melakukan lompat batu. Tentu saja, ini tidak gratis. Seorang pelompat harus kita bayar Rp150.000�Rp200.000 untuk 2 hingga 3 kali lompatan (dan penggunaan pakaian adat). Selain pelompat batu, kita juga bisa melihat tari perang dengan tarif yang sama. ![]() Source www.alambudaya.com |
![]() |
|
|