
1st March 2011
|
 |
Ceriwis Geek
|
|
Join Date: Nov 2010
Location: PIC#01
Posts: 19,459
Rep Power: 0
|
|
Libya di Ambang Krisis Pangan
Warga Libya antre membeli bensin di sebuah stasiun pengisian bahan bakar yang baru buka lagi, setelah tutup akibat perang saudara di kota Nalut (28/2). AP/Lefteris Pitarakis
Quote:
TEMPO Interaktif,Benghaji - Bantuan kemanusiaan dari penjuru dunia segera mendarat di kota-kota wilayah timur Libya yang telah jatuh ke tangan demonstran dan milisi antirezim Muammar Qadhafi. Maklum, ratusan ribu penduduk di kawasan ini terancam kelaparan dan kekurangan obat-obatan akibat kerusuhan politik yang kian memanas.
Kemarin pemerintah Prancis mengirim dua pesawat khusus untuk membantu penduduk Benghaji. "Ini awal operasi kemanusiaan besar-besaran," kata Perdana Menteri Prancis Francois Fillon. Selain mencegah bertambahnya korban, kata Fillon, bantuan kemanusiaan itu ditujukan agar warga Libya tidak melakukan eksodus ke kawasan Uni Eropa.
Negara lain yang tercatat memberi bantuan kepada Libya di antaranya Tunisia dan Cina. Meski Tunisia dilanda ketidakstabilan politik akibat revolusi penurunan rezim Presiden Ben Ali, penduduk Tunisia sejak beberapa hari lalu rutin memberikan bantuan logistik di perbatasan.
Adapun pemerintah Cina--lewat Kementerian Perdagangan Cina--mengirim bantuan berupa bahan pangan mencapai 10 ton, air minum 4,5 ton, 2.000 senter, dan obat-obatan. "Benghaji kritis," kata Khalifa el Faituri, seorang relawan kesehatan Kota Benghaji. Persediaan obat dan logistik diperkirakan hanya bisa bertahan sampai tiga pekan mendatang.
Kini para demonstran dan milisi anti-Qadhafi terus bergerak mendekati Tripoli. Mereka diberitakan berhasil menguasai Kota Zawiya, sekitar 50 kilometer dari Ibu Kota. Tapi serangkaian kemenangan itu tak mengubah situasi Libya, khususnya di Benghaji. Toko, pabrik, dan aktivitas penduduk masih lumpuh. Pemerintah bayangan yang dibentuk penentang Qadhafi pun tidak bisa memulihkan pasokan barang dan jasa.
Ribuan buruh migran dari Mesir, Nepal, dan Bangladesh, yang menjadi mata rantai pasokan logistik ke Benghaji, sejak pekan lalu sudah meninggalkan Libya. Roti pun kini menjadi barang langka. "Saya berjuang untuk menemukan bahan-bahan kebutuhan pokok," kata Ayman Ahmed, pria berusia 50 tahun. Akibatnya, bantuan internasional menjadi harapan terakhir.
Reuters | AP | Rudy P
|
|