FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Internasional Baca berita dari seluruh mancanegara untuk mengetahui apa yg sedang terjadi di dunia. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
TRIPOLI�Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton boleh berkoar bahwa ada tanda-tanda Muammar Kadhafi mulai mencari exit strategy. Tetapi, realitanya, pemimpin Libya itu kemarin malah terang-terangan menantang lawan-lawannya.
�Kita tidak akan menyerah,� kata Kadhafi di hadapan ribuan pendukunganya di Bab Al Azizia, kompleks kediamannya yang Senin lalu (21/3) dibom pesawat koalisi. Para pendukung sang kolonel itu juga berada di tempat yang pernah dibom AS pada 1986 untuk menjadi benteng hidup. �Kita akan mengalahkan mereka dengan segala cara. Kita akan keluar sebagai pemenang. Negara-negara fasis itu akan masuk tong sampah sejarah,� lanjut pria yang berkuasa di Libya sejak 1969 tersebut dan disambut sorak-sorai pendukungnya sebagaimana dikutip Reuters. Hillary menyampaikan, tanda-tanda bahwa orang-orang terdekat Kadhafi mulai memikirkan berbagai opsi ke depan itu dalam wawancara di kanal televisi ABC. Menurut istri mantan Presiden AS Bill Clinton itu, kontak tersebut dilakukan dengan berbagai jaringan mereka di Afrika, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika Latin. �Memang begitulah Kadhafi selama ini, sulit ditebak. Bisa jadi ini hanya untuk mengulur-ulur waktu. Tapi, sebagian perkembangan itu bisa juga didalami,� katanya. Apa pun tengara yang disampaikan Hillary, yang pasti kemunculan Kadhafi di teras Bab Al Azizia itu, meski tak lama, sudah cukup menandakan betapa gempuran pasukan koalisi selama ini tidak sampai melemahkan dia dan pasukannya. Di Misrata, kota di Libya Barat yang masih dikontrol pemberontak, misalnya, loyalis Kadhafi terus merangsek dengan tank dan persenjataan berat. Sebanyak 40 orang �sebagain besar warga sipil?dikabarkan tewas karena serangan pasukan pemerintah. Kubu pemberontak kesulitan melawan karena kalah persenjataan. Misrata mungkin tidak lama lagi jatuh lagi ke pasukan Kadhafi. Begitu pula di Ajdabiya, kota penting yang menjadi penghubung Libya Barat dengan Libya Timur. Meski empat hari beruntun terus digempur koalisi, kekuatan pro-Kadhafi sama sekali tidak melemah. Upaya pemberontak yang berada di pinggiran kota untuk masuk ke jantung kota selalu dihalau pro Kadhafi. �Saya juga heran bagaimana mereka (pro-Kadhafi) bisa tetap bertahan di tengah gempuran bertubi-tubi (di Ajdabiya). Mungkin mereka bersembunyi di bawah tanah,� kata salah seorang tentara pemberontak kepada The Guardian. Kubu pemberontak memang sangat bergantung kepada bantuan serangan dari pasukan koalisi. Sebab, selain kalah senjata, mereka lemah dari sisi organisasi dan komunikasi akibat tidak adanya kepemimpinan yang jelas. Kebanyakan di antara mereka dahulu adalah warga sipil yang otomatis tidak punya pengalaman tempur. Persoalannya, koalisi pun mulai dilanda sejumlah masalah. Selain terjadi perpecahan antaranggota Fakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), mereka menghadapi persoalan keuangan. Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis mulai megap-megap akibat besarnya biaya serbuan udara ke Libya itu. Bayangkan, pada hari pertama operasi militer yang diberi nama �Perjalanan Fajar� itu saja, AS sudah menghabiskan USD 100 juta (sekitar Rp 850 miliar). Itu hanya digunakan untuk rudal. Diperkirakan, Negeri Paman Sam membutuhkan dana di atas USD 1 miliar (Rp 8,5 triliun) jika nekat meneruskan keterlibatannya di Libya. Padahal, negeri yang masih dalam proses bangkit dari krisis finansial global yang melanda tiga tahun silam itu harus membiayai mesin-mesin perangnya di dua tempat lain, yakni Iraq dan Afghanistan. Di Afghanistan saja, per bulan si �Polisi Dunia� itu harus membelanjakan USD 9 miliar (Rp 76,5 triliun). Tidak heran bila seorang pejabat senior di Bank Sentral AS mengingatkan bahwa negeri yang dipimpin Barack Obama itu terancam bangkrut. �Itu jika kita terus bertahan di jalur fiskal yang selama ini ditempuh para pemegang otoritas,� ujar Richard Fisher, presiden Bank Sentral Cabang Dallas. Fisher menyampaikan peringatan itu melalui pidato di Universitas Frankfurt, Jerman, kemarin. Di kalangan Bank Sentral AS, Fisher dikenal sebagai banker yang sangat hawkish alias konservatif. Menurut Fisher, sekarang mulai terlihat lagi tanda-tanda ke arah krisis finansial. �Kita menyaksikan sekarang aktivitas yang sangat mungkin menggenjot harga komoditas kunci seperti minyak,� katanya. Meski tidak langsung menyebut di Libya, jelas yang dia maksud adalah aktivitas militer di negeri Afrika Utara tersebut. Harga minyak memang menggelembung 24 persen sejak 14 Februari lalu atau sejak kondisi perpolitikan di Timur Tengah dan Afrika Utara semakin panas. |
#2
|
||||
|
||||
![]()
yang namanya perang pasti memakan korban n keluarin banyak biaya..
![]() *btw gk salkam nie ndan?? ![]() |
#3
|
||||
|
||||
![]()
ya namanya juga perang..
tapi sehabis perang sich,ngerampas.. jadinya kaya lagi dah.. |
#4
|
||||
|
||||
![]()
kalau dapat ladang minyaknya kan lumayan buat nambah pemasukan
|
#5
|
||||
|
||||
![]()
ini nih...cerita lama amrik...
![]() |
![]() |
|
|