Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > HOBI > Other Discussion > Save Our Planet

Save Our Planet Forum diskusi tentang penyelamatan lingkungan hidup, tips, dan ide untuk GO Green

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 5th April 2011
fairypotter's Avatar
fairypotter fairypotter is offline
Ceriwiser
 
Join Date: Nov 2010
Location: Hogwarts|PIC#11
Posts: 618
Rep Power: 50
fairypotter is Ceriwis Prophetfairypotter is Ceriwis Prophetfairypotter is Ceriwis Prophetfairypotter is Ceriwis Prophetfairypotter is Ceriwis Prophetfairypotter is Ceriwis Prophetfairypotter is Ceriwis Prophetfairypotter is Ceriwis Prophetfairypotter is Ceriwis Prophetfairypotter is Ceriwis Prophetfairypotter is Ceriwis Prophet
Default Teknologi Baru Kurangi Lebih Dari 50% Emisi Gas Buang Industri



Quote:
Beberapa waktu yang lalu, Badan Meteorologi, Klima tologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan laporan tentang kenaikan level emisi karbon di Indonesia, di mana tahun 2004 tingkat emisi karbon Indonesia berada di tingkat 372 parts per million (ppm), kemudian melejit ke 382 ppm di tahun 2009.

Peningkatan emisi ini disebabkan setiap tahun terjadi kebakaran hutan, konversi lahan gambut di wilayah Kalimantan, Sumatera, dan peningkatan industri yang menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energi.

Tidak heran apabila pada laporan terpisah BMKG juga melaporkan peningkatan hujan asam di Indonesia. Hujan asam disebabkan oleh polutan di udara, sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOX), dan karbon dioksida (CO2) yang juga merupakan hasil pembakaran bahan bakar fosil.

Emisi Karbon

Tingkat keasaman diukur dengan skala pH 0-14. Semakin rendah tingkat pH-nya, semakin asam cairan tersebut, di mana rata-rata tingkat keasaman air hujan di kota-kota besar di bawah level netral pH 5.6, seperti Jakarta pH 4.52, Manado pH 4.22, Pontianak 4.29, dan Bogor 4.4.

Peningkatan emisi karbon itu seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Itu terlihat dari banyaknya industri baru, di mana terjadi peningkatan volume transportasi dan konsumsi masyarakat, yang berimbas pada terjadinya peningkatan emisi karbon. Walaupun pada kenyataannya penanggulangan isu perubahan iklim merupakan masalah yang dihadapi banyak negara berkembang, apakah pertumbuhan ekonomi harus berbanding lurus de ngan peningkatan emisi karbon? Hal ini tentu menjadi pertanyaan kita bersama.

Dukungan terhadap penanggulangan perubahan iklim ini juga sudah diberikan oleh pemerintah, dimulai de ngan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berjanji dalam pidatonya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) untuk mengurangi emisi karbon Indonesia sebanyak 26 persen di tahun 2020 dan ditambah dengan alokasi dana sebanyak Rp 83 triliun untuk program ini.

Menghemat Energi

Lalu, bagaimana kita sebagai individu menyatakan partisipasi kita? Atau kita se rahkan sepenuhnya masalah ini kepada pemerintah? Cara yang paling mudah adalah dengan menghemat energi. Bila kita bisa mengurangi konsumsi listrik, pembangkit tenaga listrik bisa mengurangi produksi energi sehingga membakar lebih sedikit bahan bakar. Dengan begitu, emisi karbon pun berkurang. Tetapi apakah solusi ini mungkin dilakukan di dunia yang progresif ini?

Jawaban untuk pertanyaan di atas mungkin ada di tangan mereka yang memimpin kemajuan perkembangan ekonomi kita, yaitu industri dan penyedia energi. Sebagai penghasil emisi, mereka juga berpotensi untuk mengomandani penanggulangan emisi. Sebenarnya sudah banyak inovasi tekno logi yang bisa diaplikasikan untuk mengurangi emisi pembakaran. Salah satunya de ngan menggunakan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS).

Teknologi Ecospec

Dengan teknologi CCS, CO2 yang memproduksi saat pembakaran dikompres, diamankan, dan disimpan di dalam tanah sehingga tidak mempolusi udara. Tetapi, teknologi ini terbilang mahal dan banyak ditentang masyarakat, seperti yang terjadi di Barendrecht, Belanda, di mana Menteri Perekonomian Maria van der Hoeven menerima kecaman dan tentangan tentang rencana pemerintah Belanda dan perusahaan petroleum Shell untuk menyimpan 400.000 ton CO2 di bawah shopping mall kota tersebut.

Kemudian muncul tekno logi baru yang menggunakan media air yang dielektrolisa untuk menaikkan kadar pH-nya lalu disemburkan ke gas buang hasil pembakaran untuk mengurangi gas rumah kaca dan polutan. Teknologi CSNOX yang pengembangannya dibantu oleh Maritime and Port Authority Singapore (MPA) ini dapat mengurangi level SO2, NOX dan CO2lebih dari 50 persen dan sudah memenangkan Green Ship Award 2010 di Kopenhagen.

Teknologi milik Ecospec Global Technology ini telah terpasang di kapal tanker dan dapat juga diinstalasi di darat. Akan tetapi, banyak opini skeptis yang menanyakan validitas klaim teknologi ini. Teknologi serupa,Lime Scrubbing yang menyemburkan cairan basa (ber-pH tinggi), memang mengurangi kadar sulfur dan nitrogen dari gas buang, tetapi tidak bisa mengurangi kadar CO2.

Pengamat dan ahli lingkungan hidup perlu mempelajari lebih lanjut teknologi-teknologi ini untuk memastikan apakah teknologi tersebut bisa diaplikasikan supaya Indonesia dapat mengimbangi pertumbuhan industri dan pelestarian lingkungan dengan terus berupaya menurunkan emisi karbon.
Abigail Hakim*)
Penulis adalah lulusan Babson College, Massachussetts, USA, yang juga pemerhati lingkungan, bekerja di Perusahaan Teknologi Hijau di Jakarta.


Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 03:01 PM.


no new posts