|
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Apa jadinya kalau Indonesia, khususnya Jakarta, mengalami defisit air? Bisa-bisa kita tidak lagi bisa menikmati air bersih. Membayangkannya saja sudah membuat ngeri. Tetapi itulah yang akan terjadi, jika kita tidak peduli dengan lingkungan, terutama dalam hal pelestarian air. Berdasarkan survei Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, pada tahun 2006, Indonesia memiliki cadangan air sebanyak enam persen dari keseluruhan cadangan air bersih dunia. Sedangkan menurut Water Resources Institute Washington, pada tahun 1991, Indonesia memiliki cadangan air bersih sebanyak 2.530 km kubik per tahun. Hmmm, jumlah yang tidak sedikit tentunya. Apalagi jika dibandingkan dengan keadaan sepertiga wilayah Asia Tengah, yang tidak memiliki sumber air bersih sama sekali. Kenyataan inilah, yang membuat kita dapat menikmati air bersih dengan mudah, hingga hari ini.
Tapi, jangan senang dulu. Ternyata pada penelitian lain, ditemukan bahwa ternyata sejak tahun 2000, Pulau Jawa dan Bali sudah mulai mengalami kelangkaan air. Berdasar data hasil penelitian Kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa pada tahun 2015, kelangkaan bisa meluas hingga Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Kembali ke wilayah Jakarta dan sekitarnya. Menurut Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Badan Pengendali Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta, Daniel Abbas, saat ini Jakarta dan sekitarnya sudah mulai memasuki fase yang mengkhawatirkan. Bahkan, ia meramalkan, defisit akan terus meningkat selama tiga tahun mendatang. Pernyataan ini kurang lebih didukung pula oleh hasil penelitian Water Resources Institute Washington lainnya, yang meramalkan bahwa khusus wilayah Jabodetabek diprediksi akan mengalami kekurangan air hingga 64,1 meter kubik per detik, pada tahun 2025. Namun rupanya tak perlu menunggu hingga tahun 2025. Daniel mengatakan saat ini saja, Jakarta dan sekitarnya sudah mengalami defisit air sebanyak 65,6 meter kubik setiap tahunnya. Jika dibiarkan, ramalan bahwa tahun 2025 Jakarta akan kiris air akan terwujud. ![]() Padahal, masih menurut Daniel, Pemerintah DKI Jakarta sudah menetapkan batas toleransi konsumsi air tanah, yaitu sekitar 30 hingga 40 persen dari jumlah cadangan air yang ada. Kenyataannya, batas toleransi ini selalu dilanggar, akibatnya Jakarta pun mengalami defisit air lebih cepat dari ramalan. Mungkin muncul pertanyaan di benak sebagian kita, dengan curah hujan yang demikian banyak di Jakarta, masa sih Jakarta mengalami defisit air? Daniel membenarkan hal ini. Jakarta memang memiliki curah hujan yang cukup tinggi, mencapai 2 milyar meter kubik per tahun. Masalahnya, ujarnya, air hujan tersebut tidak dapat diserap tanah. Akibat berkurangnya pepohonan yang menjadi sarana penyerap dan penahan air tanah. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab banjir yang melanda Jakarta, setiap kali turun hujan. "Keadaan seperti ini tentu tidak kita harapkan. Jangan menunggu sampai benar-benar terjadi krisis. Keadaan sekarang ini harus segera kita tangani," ujar Daniel menegaskan. Caranya, tentu saja dengan sebisa mungkin menghemat konsumsi air bersih. Mulai saja dari hal-hal kecil, misalnya mematikan keran setiap kali tidak terpakai. Atau menggunakan air seperlunya saat mandi. Saat ini juga sudah banyak ditemukan teknologi, yang dapat mendukung usaha pelestarian air bersih ini. Misalnya keran tekan, yang akan menutup jalan air, setelah beberapa waktu mengeluarkan air. Atau teknologi mendaur ulang air untuk keperluan menyiram toilet, misalnya. Jadi, tidak ada lagi alas an untuk kita tidak peduli. Keadaan lingkungan yang semakin memprihatinkan ini, memerlukan perhatian kita semua. Jangan tunggu hingga kekurangan, kalau bisa justru kita harus mencegahnya, bukan? sumber
__________________
Semoga Ceriwis Makin Rame Ya
![]() |
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|