FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Save Our Planet Forum diskusi tentang penyelamatan lingkungan hidup, tips, dan ide untuk GO Green |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Selamat datang di Wakatobi yang indah, demikian tertulis di baliho yang terletak di lapangan terbang Matahora, di Kabupaten Wakatobi. Sebuah daerah otonom dulunya merupakan bagian dari Kabupaten Buton. Baru kira-kira 5 tahun Wakatobi mengelola pemerintahannya sendiri dan hasilnya sangat menakjubkan. Sebuah lapangan terbang dengan panjang landasan 1.400 km sudah selesai dibangun dan telah diresmikan penggunaannya oleh Menteri Perhubungan pada bulan Juni 2009 yang lalu, dan masih terus membangun dengan memperpanjang landasannya hingga 2.200 meter tahun 2010 mendatang. �Saya sangat berharap pesawat besar seperti Boeing 737 bisa mendarat di sini tahun depan,� kata Ir. Hugua, Bupati Wakatobi pada peresmian bandara Juni lalu. Keinginan dan harapan Bupati boleh dibilang realistis, sebab Kabupaten Wakatobi memiliki potensi yang sangat besar, terutama di dua sektor, yakni Pariwisata dan Kelautan Perikanan. Belum lama berselang, pemerintah Wakatobi menggelar Festival Wakatobi dan Sail Indonesia, acara ini telah menarik dan memikat lebih kurang 45 perahu layar dari mancanegara. Satu perahu umumnya berisi 4 orang dan ratusan turis ini betah tinggal selama lebih dari 14 hari di Pulau Wangi-Wangi sejak tanggal 14 hingga 28 Agustus. Para turis ini kagum dengan kawasan terumbu karang yang masih dalam kondisi bagus, air laut yang biru, ikan-ikan yang begitu mudah ditangkap dan rasanya manis dan gurih. Selain itu juga mereka senang dengan kebudayaan suku-suku yang tinggal di Kepulauan Wakatobi, seperti Suku Bajo, Suku Buton, dan suku-suku kecil penghuni asli pulau-pulau kecil yang umumnya ramah-ramah alam menyambut mereka. Dengan hadirnya ratusan turis peserta Sail Indoensia ini, maka pasar-pasar dan toko-toko pun ramai dikunjungi. Masyarakat senang karena barang dagangan mereka terjual. Para turis memborong, beras, tepung, minyak, roti, air, minuman ringan, bahkan bir untuk dikonsumsi baik selama di Wakatobi dan sebagai stok untuk pelayaran berikutnya. Ada yang menghitung rata-rata pengeluaran me-reka Rp.1 juta sehari, kalau 14 hari kira-kira Rp. 14 juta, dikali sekitar100 orang, berarti sekitar Rp.1,4 miliar yang terserap ke masyarakat, terutama masyarakat kecil di Wakatobi. Direktur Jenderal Destinasi Departemen Pariwisata dan Kebudayaan, Firmansyah Rahim cukup gembira dengan kunjungannya ke Wakatobi. Menurut Firnansyah, event seperti ini layak untuk diselenggarakan setiap tahun, kalau perlu lebih sering. Selain bermanfaat untuk Wakatobi, juga bagi Pariwisata Indonesia. Memang sudah diketahui kalangan Pariwisata bahwa turis asing sangat kagum dengan keunikan alam Indonesia khususnya Wakatobi. Oleh karena itu, pemerintah Wakatobi perlu memanfaatkan hal itu dengan membuat event-event menarik semacam itu. September hingga Desember 2009, Pemerintah Daerah Walatobi telah menggelar sejumlah event , tentunya bekerja sama dengan sejumlah organiser. Beberapa event menarik antara lain Seminar Terumbu Karang dan Pemanasan Global yang akan diadakan pada tanggal 9 -10 Oktober 2009 di Wakatobi, yang menghadirkan pembicara lingkungan hidup dan Pariwisata antara lain Prof.Dr. Emil Salim, Prof. Dr. Abimanyu Takdir Alamsyah, Dr. Setyo Mursidik, Dr. Malikusworo Hutomo, Jatna Supriatna, Emirsyah Satar, dan Felia Salim. Acara ini juga akan membawa para peserta seminar keliling Pulau Hoga, snorkeling, diving,dan mengunjungi habitat ratusan lumba-lumba. Kegiatan menarik lainnya adalah Seminar tentang Kawasan Pesisir dan pemberdayaannya yang akan dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sekaligus memperingati ulang tahun berdirinya Kabupaten Wakatobi. Sejumlah Bupati daerah pesisir pantai diharapkan datang ke Wakatobi mengahadiri acara yang disponsori JICA dan WWF ini. ![]() Arti Wakatobi Wakatobi adalah gabungan sekitar 4 pulau besar yang terletak di kawasan Laut Banda, Propinsi Sulawesi Tenggara. Keempat Pulau itu bernama Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Jadi Wakatobi merupakan akronim dari nama 4 pulau itu. Jumlah penduduk lebih kurang 110.000 jiwa dengan mata pencaharian sebagai pedagang, petani, dan nelayan. Unggulan utama di kabupaten ini adalah terumbu karang,pantai yang indah, dan hasil-hasil perikanan seperti ikan tuna, tongkol, ikan kecil lainnya, rumput laut, dan hasil-hasil lainnya seperti udang, lepiting, lobster, teripang laut, siripikan hiu, cumi-cumi, dan lain-lain. Oleh karena itu Pemda menitikberatkan pembangunan dan perhatiannya pada sektor pariwisata dan perikanan. Untuk resort yang terletak di Pulau Tomia, yaitu Wakatobi Resort, tercatat lebih kurang 1.800 turis asing setiap tahun yang datang menginap dengan tarif minimum Rp. 50.000.000 per orang untuk 1 minggu. Ini berarti puluhan, milyar devisa yang masuk ke Waktobi. Saat ini Bupati Wakatobi sedang memfokuskan perhatiannya untuk meningkatkan pemasukan devisa dari turis asing. Diharapkan dalam 3 tahun mendatang ratusan milyar lagi yang akan masuk dan berputar di Wakatobi. Oleh karena itu bandara harus diperpanjang sehingga turis asing bisa datang langsung dari Makasar, Bali, Jakarta, atau Menado. Sekarang untuk ke Wakatobi baru ada penerbangan yaitu sebuah pesawat Grand Caravan milik Sushi Air. Pesawat yang dapat mengangkut 12 penumpang ini terbang 2 kali sehari dari Kendari ke Wakatobi. �Kalau anda tertarik melihat alam yang indah, menyelam, snorkeling, atau makan ikan bakar, mari kunjungi Kabupaten Wakatobi,� kata Bupati Hugua berpromosi. Oleh : Audrey G. Tangkudung (Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia) Sumber: http://www.biruvoice.com/berita/mari...-wakatobi.html
__________________
Semoga Ceriwis Makin Rame Ya
![]() |
![]() |
|
|