BPPT kali ini mengadakan kerjasama dengan JAMSTEC (Japan Marine Science and Technology Center) untuk rencana penelitian pemboran laut-dalam wilayah Indonesia dengan menggunakan kapal OD21 buatan Jepang.
Indonesia merupakan suatu wialyah yang secara geologis sangat unik dan kompleks. Letak kepulauan nusantara yang dilandasi oleh pertemuan dari tiga lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik dan lempeng Eurasia menyimpan berbagai sedimen dasar laut-dalam (seperti di Palung Sunda dan Laut Sulawesi) yang dapat menggambarkan kronologi dari terbentuknya bumi. Disamping itu, kondisi geologis yang sangat dinamis ini menyimpan berbagai prospek mineral dan energi untuk konsumsi masa depan.
Melalui [rogram riset laut-dalam internasional yang dikenal dengan Integrated Ocean Drilling Program (ODP), Jepang melalui JAMSTEC sedang membangun kapal pemboran ilmiah laut-dalam (deep sea Drilling vessel) generasi baru abad 21 dengan sistem pipa Riser yang mampu melakukan pemboman sampel sedimen pada kedalaman 2000-7000 meter di bawah dasar laut-dalam (10.000 meter).
Dengan kemampuan ini maka sampel lapisan sedimen yang terakumulasi di laut-dalam dapat diambil untuk kemudian dianalisa di laboratorium untuk menentukan umur dan waktu terbentuknya. Analisa lebih lanjut dapat dilakukan dapat dilakukan untuk mengetahui perubahan global bumi yang pernah terjadi di masa lalu. Studi seismogenik untuk mitigasi gempa bumi dan tsunami, pemahaman asal usul pembentukan permukaan bumi serta eksplorasi sumber daya mineral dan energi di daerah frontier.
Dan karena itulah BPPT dan JAMSTEC merencanakan penelitian pemboran laut-dalam dengan menggunakan kapal OD21 yang akan beroperasi pada tahun 2004.
Menurut Dr. Iwan Gunawan, Direktur TISDA BPPT saat ditemui BeritaIptek di sela-sela seminar ON Ocean Drilling for the 21st siang tadi mengatakan bahwa pernah ada penelitian di dasar laut Sulawesi yang dilakukan Jerman. Hasil penelitian ini menemukan adanya Methane Hydrates (Methan yang berbentuk padat), yang bisa dijadikan alternatif lain untuk menggantikan minyak bumi atau energi fosil. Dengan penelitian nanti nampaknya kita akan dapat mengetahui daerah-daerah mana saja yang berpotensi mengandung Methane Hydrates ini.
Selain itu juga dari sisi ilmiah, para ilmuwan kelautan Indonesia dapat menggali fakta-fakta baru tentang kondisi geologi dan prospek deposit mineral di daerah yang selama ini tidak dapat dieksplorasi karena ketidakmampuan teknologi
sumber