
7th April 2011
|
 |
Ceriwis Geek
|
|
Join Date: Nov 2010
Location: PIC#01
Posts: 19,459
Rep Power: 0
|
|
Produksi Minyak di Basis Pemberontak Libya Terhenti
Seorang anak mengibarkan ngibarkan bendera pemberontak saat massa pro pemberontak berkumpul di Kota Benghazi, Libya, Rabu (6/4). Warga kota Benghazi berkumpul untuk menekan pihak NATO untuk segera kembali menyerang pasukan Qadhafi. Tempo/Arie Basuki
Quote:
TEMPO Interaktif, Benghazi - Produksi di ladang minyak yang dikuasai pemberontak di Libya timur telah terhenti setelah diserang pasukan yang setia kepada Muammar Qadhafi, seorang juru bicara pemberontak mengatakan pada hari Rabu.
Ladang minyak di Misla dan daerah oasis Waha terkena artileri Qadhafi pada hari Selasa dan Rabu, kata juru bicara Hafiz Ghoga kepada wartawan di Benghazi.
"Ladang minyak ini adalah satu-satunya yang memompa minyak ke Tobruk," kata Ghoga. "Mereka berhenti memompa hari ini."
Sebelumnya serangan udara pasukan koalisi Barat kemarin membombardir wilayah pertahanan pasukan Libya yang memihak Kolonel Muammar Qadhafi di Brega, kota minyak di sebelah utara Libya. Tank-tank dan persenjataan artileri medan milik tentara Libya porak-poranda. Alhasil, pasukan kubu pembangkang pun melenggang maju hampir setengah jalan ke Brega.
"Kendaraan lapis baja musuh berhasil dihancurkan," kata Kolonel Abu Muhammad kepada Reuters. Saling rebut kota ini masih terus terjadi. Serangan udara koalisi Barat membuat tentara Libya keteteran sehingga laskar pembangkang bisa bergerak agak leluasa. Adapun jalur diplomatik tak kunjung menemui kata sepakat.
Maklum saja kedua belah pihak tak ada yang mau saling mengalah. Kelompok pembangkang tetap ingin Qadhafi dan keluarganya hengkang. Hal itu diutarakan Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini. �Solusi untuk masa depan Libya ada syaratnya," tutur Menteri Frattini selepas bertemu wakil kebijakan luar negeri dewan pemberontak Ali al-Essawi di Roma, Italia.
"Syaratnya rezim Qadhafi mesti hengkang," tutur Frattini, lagi. Kubu Qadhafi pun ngotot Sang Kolonel tetap duduk di singgasananya. "Kolonel Muammar Qadhafi sosok pemersatu Libya," ujar juru bicara pemerintah Libya, Moussa Ibrahim, yang pernah tinggal di Inggris selama 10 tahun itu. "Kami tak ingin bernasib sama dengan Irak, Somalia, atau Afganistan."
REUTERS | ERWIN Z
|
|