
14th April 2011
|
 |
Ceriwiser
|
|
Join Date: Dec 2010
Location: Bandung
Posts: 541
Rep Power: 43
|
|
Tanaman Pengganggu Jadi Biogas
Quote:
Eceng gondok adalah tanaman pengganggu. Berkembang biak dengan sangat cepat, sehingga seringkali menyumbat saluran irigasi. Akibatnya, banjir. Tapi di Desa Kertasari, Karawang, Jawa Barat, eceng gondok digunakan untuk menghasilkan biogas, dipakai untuk memasak sehari-hari.
Edeng Sumirat, warga Desa Kertasari, Karawang, Jawa Barat, saban dua hari sekali mengambil eceng gondok di sungai dekat rumahnya. Sudah hampir dua tahun ini ia memanfaatkan eceng gondok sebagai bahan bakar alternatif. Edeng adalah orang pertama yang melakukannya di desa ini. Eceng gondok mulai dipakai sebagai bahan bakar alternatif sejak warga kesulitan mencari kayu bakar dan minyak tanah. Hasil fermentasi daun eceng gondok yang lebarnya setelapak tangan ini diolah jadi biogas.
Teknologi pengolahan ini diperoleh dari Universitas Singaperbangsa Karawang, UNSIKA dan PT PLN awal 2009 lalu. Ketika itu, warga dikumpulkan di balai desa untuk belajar mengolah pembusukan eceng gondok jadi biogas dengan bantuan sinar matahari. Dosen Teknik Industri Universitas Singaperbangsa Karawang UNSIKA, Sukanta menjelaskan teknologi ini diciptakan untuk mengurangi jumlah eceng gondok yang merajalela sampai menutup jalur irigasi dan menjadi hama pertanian.
Keluarga Odin juga pengguna biogas eceng gondok. Bersama istrinya, Odin rajin mengambil eceng gondok dari rawa yang berjarak 1 kilometer dari rumah. Penghasilannya sebagai tukang becak tak cukup kalau harus untuk beli elpiji.
�Seminggu 2 kali ngambil eceng gondoknya. Iya siap deh pokoknya, abis pulang ngebecak. Sebecak penuh neng, 20 kiloan lebih deh,� tutur Odin.
Namun pengguna biogas dari eceng gondok di Desa Kertasari Karawang ini, hanya segelintir, 3 keluarga dari total 10 rumah tangga yang menerima paket alat pengolahan biogas eceng gondok.
Sabni sempat pakai eceng gondok sebagai bahan bakar. Tapi berhenti setelah beberapa bulan. Repot, kata dia. Proses pembusukan eceng gondok, makan waktu 3 hari. Belum lagi ia harus bolak-balik ke rawa atau sungai untuk mengambil eceng gondok.
Sudah butuh perjuangan, api dari biogas eceng gondok hanya bisa bertahan 20 menit sehari.
Alhasil, sudah lima bulan ini alat-alat pengolah biogas eceng gondok teronggok begitu saja di halaman belakang rumahnya.
Dari 10 paket alat pengolah biogas eceng gondok, tinggal 3 rumah yang menggunakannya. Kepala Urusan Pemerintah Daerah Desa Kertasari Endi Ramlan mengatakan, warga kecewa karena pakai eceng gondok justru repot.
�Kemungkinan mereka malas mencari eceng gondoknya, padahal stok sih banyak dan lumayan manfaatnya. Iya itu juga sih tekanan gasnya sedikit jadi gak kuat buat masak nasi,� ujar Endi.
Dosen Teknik Industri UNSIKA Karawang yang memperkenalkan alat pengolah biogas eceng gondok, Sukanta mengatakan, biogas dari eceng gondok ini sebetulnya bisa lebih dimaksimalkan. Drum sebaiknya ditempatkan di tempat yang langsung terkena sinar matahari, untuk mempercepat proses pembusukan.
Teknologi baru memang selalu butuh sosialisasi dan pendampingan terus-menerus. Direktur Eksekutif Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia Erwin Susanto mengatakan, warga perlu diajak untuk terus belajar. Meski sumber daya alamnya melimpah, kalau teknologinya tak dipelajari, bakal percuma.
�Melihat bukan fungsi dari waktu, tapi melihatnya dari fungsi efektif atau tidak. Misalnya anda tergesa-gesa bikin satu program, eceng gondok ini dilaksanakan. Kemudian apa yang bisa kita pikirkan adalah bagaimana menerapkan teknologi ini di masyarakat. Secara logika saja, apakah ini tepat guna atau tidak. Kalau teknologi kurang kuat maka pemanfaatkan akan sulit. Saya maksud kuat di sini bukan berarti teknologi mesti canggih dan luar biasa. Namun ini harus tepat guna, dan bermanfaat buat masyarakat,� ujar Erwin.
Supaya eceng gondok bisa terus dimanfaatkan sebagai energi alternatif, penyuluhan bakal dilakukan lagi di balai desa. Kepala Urusan Pemerintahan Desa Kertasari Endi Ramlan mengatakan, sumber daya eceng gondok yang berlimpah harus dimanfaatkan, ketimbang terus-terusan jadi tanaman pengganggu.
|
|